
4 Penyebab Dukungan Jokowi Menurun - AsikBelajar.Com. Tulisan ini adalah hasil dari mencermati pendapat Denny JA tentang prilaku Jokowi sebagai pigur seorang presisen Indonesia. Kenapa tulisan ini jadi menarik untuk disimak? Pertama karena sdr. Denny JA adalah orang yang sangat berperan dalam kemenangan Jokowi dalam pilpres 2014. Kedua karena sdr Denny JA adalah seorang profesional di bidang opini publik. Ketiga adalah karena sdr. Denny JA mempunyai "tangan" yang banyak di lapangan untuk mendapatkan data melalui surveynya dengan metode statistiknya. Dengan tiga alasan tersebut (sebenarnya masih banyak kehebatan Denny JA), sangat rasional jika "kicauannya" menjadi sesuatu yang sangat perlu kita cermati, apalagi menyangkut seorang presiden yang kebetulan pernah menjadi kliennya.
Adapun judul artikel aslinya adalah Denny JA: Belum 100 hari, Jokowi Sudah 'Blunder' Empat Kali yang kami ambil dari http://www.republika.co.id/ dan diakses tanggal 22/11/2014. Dan dalam artikel lainnya Denny JA mengatakan bahwa dukungan yang ada kepada Jokowi di bawah angka 50%. Apa saja 4 yang dianggap Denny sumber kesalah Jokowi? ialah...
Blunder keempat: penunjukan Jaksa Agung berasal dari partai politik. Puncak tertinggi penegakkan hukum tak membuat publik nyaman. Penunjukkan jaksa agung ini dapat menjauhkan Jokowi dari pendukung utamanya: aneka civil society yg sangat concern dgn penegakkan hukum.
Blunder keempat: penunjukan Jaksa Agung berasal dari partai politik. Puncak tertinggi penegakkan hukum tak membuat publik nyaman. Penunjukkan jaksa agung ini dapat menjauhkan Jokowi dari pendukung utamanya: aneka civil society yg sangat concern dgn penegakkan hukum.
Blunder ketiga adalah saat menaikkan harga BBM dalam waktu yang tidak tepat. Saat ini harga minyak dunia justru turun. Blunder BBM ini menjauhkan Jokowi dari pendukung tradisionalnya: wong cilik. Dari Pilpres Juli lalu, karena wong cilik ini Jokowi menang tipis atas Prabowo. Kini sebagian wong cilik mulai menjauh dari Jokowi.
Blunder kedua adalah ketika Jokowi menjanjikan kabinet "non-transaksional, the dream team." Publik sangat merindukannya terwujud. Yang terjadi, kabinet "as usual," penuh dengan transaksi dan kompromi. Banyak yg bukan "the right person in the right place."
Blunder pertama adalah janji membentuk kabinet ramping. Cukup lihat di google mengenai janji kampanye itu. Publik sudah membayangkan reformasi yg akan dilakukan Jokowi atas jumlah kementrian, membuatnya lebih ringkas dan efektif. Yang terjadi kembali kabinet "as usual" yang sama banyaknya dengan kabinet presiden SBY. Beda antara janji dan realisasi.
Itulah 4 Blunder yang dilakukan oleh Jokowi menurut Denny JA. Yang menjadi pertanyaan kita adalah kenapa Jokowi melakukannya? Apakah konsultan politik atau orang dekatnya tidak memberikan "bantuan" pemandangan terhadap keputusan yang akan diambil? Entahlah (IMHO).
0 Comments
Berikan Komentar Terbaik Anda Disini [NO SPAM, SARA n PORN]. Terima Kasih