Skip to main content

Posts

Showing posts from June, 2013

Peristiwa-peristiwa Belajar menurut Robert M. Gagne

Pembelajaran menurut Gagne [2] adalah seperangkat    proses yang bersifat internal bagi setiap individu sebagai hasil transformasi rangsangan yang berasal dari persitiwa eksternal di lingkungan individu yang bersangkutan (kondisi).  Agar kondisi eksternal itu lebih bermakna sebaiknya diorganisasikan dalam urutan persitiwa pembelajaran (metode atau perlakuan).  Selain itu, dalam usaha mengatur kondisi eksternal dierlukan berbagai rangsangan yang dapat diterima oleh panca indra, yang dikenal dengan nama media dan sumber belajar. Pembelajaran menurut Gagne hendaknya mampu menimbulkan persitiwa belajar dan proses kognitif.  Peristiwa belajar (instructional events) adalah persitiwa dengan urutan sebagai berikut : menimbulkan minat dan memusatkan perhatian agar peserta didik siap menerima pelajaran, menyampaikan tujuan pembelajaran agar pseerta didik tahu apa yang diharapkan dala pembelajaran itu, mengingat kembali konsep/prinsip yang telah dipelajari sebelumny...

Contoh Pembelajaran Kolaboratif di Kelas

Salah satu contoh strategi pembelajaran kolaboratif adalah card sort.  Strategi ini digunakan untuk mengajarkan konsep, penggolongan sifat, fakta tentang obyek, atau mengulangi informasi.  Strategi ini menguras banyak energi, sehingga tidak disarankan digunakan ketika siswa dalam kondisi letih.  Prosedurnya adalah sebagai berikut: Berilah siswa kartu indeks yang memberikan informasi atau contoh yang cocok dengan satu atau lebih katagori. Mintalah siswa untuk mencari temannya dan menemukan orang yang memiliki kartu dengan katagori yang sama. Biarkan siswa yang kartu katagorinya sama menyajikan sendiri kepada yang lainnya. Selagi masing-masing katagori dipresentasikan, buatlah point dari pembelajaran tersebut yang dirasakan penting. Referensi:     _____________. Vygosky. [on line]  http://www.learningandteching.info FÃ¥hræus, E.R. (2006).Collaborative Learning through Forum Systems– Problems and Opportunities. [on line] http://www.dsv.su.se/~evafa...

Peranan Guru dalam Kelas Kolaboratif

Seperti yang telah dibahas sebelumnya, guru bertindak sebagai perantara (mediator)  dalam aktivitas dan proses pembelajaran. Renven Fenerstein dan Lev Vygotsky memaknai  mediator sebagai fasilitator , model dan juru latih. a) Fasilitator ( pemudah cara ) Fasilitator dalam perkara–perkara yang terlibat dalam mewujudkan lingkungan yang aktif dan kaya dengan idea baru, memberi ruang kepada bekerja secara kolaboratif dengan penyelesaian masalah, dan menyediakan berbagai tugas bermakna bagi masa depan siswa. b)  Pengatur kelas Guru mengatur kelas dengan standar kelas kolaborasi.  Kelas kolaboratif dilengkapi dengan berbagai bahan bacaan. Dalam kelas ditempatkan ruangan jurnal, majalah , buku–buku rujukan, surat kabar dan berbagai media lain yangoleh diakses siswa sebagai penghubung idea. Siswa mampu menjalankan  aktivitas atau proyek untuk menjalankan eksperimennya. c) Memberi tugas pada siswa Selain menyusun atur siswa dalam kelas, siswa juga diberi tugas...

Sifat Kelas Kolaboratif

Ada empat sifat – sifat umum yaitu dua perkara berkenaan dengan perubahan hubungan antara guru dan siswa,  yang ketiga berkaitan dengan pendekatan baru penyampaian guru dan yang keempat menyatakan isi kelas kolaboratif. a)  Berbagi informasi antara siswa dan guru Dalam kelas tradisional, guru adalah sebagai pemberi informasi yang mutlak di mana aliran informasi bergerak satu arah saja yaitu dari guru ke siswa dan sedikit sekali dari  siswa kepada siswa yang lain. Guru dianggap mempunyai pengetahuan tentang isi mata pelajaran, keahlian, dan pengajaran. Siswa hanya menunggu arahan yang akan diberi oleh guru. Siswa yang memberi reaksi yang berbeda dianggap sebagai pengganggu di dalam kelas, begitu juga untuk siswa  yang tidak memahami atau membantah arahan. Akan tetapi berlainan dengan guru kolaboratif, siswa  menilai  dan sentiasa membina ilmu pengetahuan, pengalaman personal, pembinaan bahasa komunikasi, strategi dan konsep pengajaran pembelajara...

Landasan Filosofi Pembelajaran Kolaboratif

Landasan Filosofi Pembelajaran Kolaboratif .  Seperti halnya pembelajaran koopertif, pembelajaran kolaboratif pun didasarkan pada landasan kontruktivisme sosial.  Selain itu kondisi kooperatif dan kolaborasi diperlukan pada kondisi dunia saat ini. Silberman menyatakan bahwa pada saat ini siswa dihadapkan pada ledakan pengetahuan, perubahan yang cepat, dan ketidakpastian.  Untuk menghadapi dunia yang seperti itu diperlukan kehidupan berkelompok.  Hidup berkelompok akan menumbuhkan rasa aman, sehingga memungkin menghadapi berbagai perubahan bersama-sama.  Untuk itulah perlu pembelajaran berkelompok. Vygotsky [1896-1934] (1962), salah satu pengagas konstruktivisme sosial, yang terkenal dengan teori “Zone of Proximal Development” (ZPD).  ”Proximal” dalam bahasa sederhana bermakna “next“.  Vygotsky mengamati, ketika anak diberi tugas untuk dirinya sediri, mereka akan bekerja sebaik-baiknya ketika mereka bekerjasama (berkolaborasi).  Selanjutnya Vygots...

Makna Pembelajaran Kolaboratif

Makna Pembelajaran Kolaboratif .  Dalam kamus besar bahasa Indonesia (1994), kolaboratif dan kooperatif diartikan sama dengan bersifat kerjasama.  Tetapi karena kata kolaboritf dan kooperatif diambil dari bahasa Inggeris, maka maknanya harus dilihat di kamus istilah bahasa Inggeris.  Dalam kamus Webster cooperative diartikan  involving the joint activity of two or more; done with or working with others for a common purpose or benefit, sedangkan collaborative diartikan Accomplished by collaboration, sedangkan definisi collaboration diartikan Act of working jointly: “they worked either in collaboration or independently”.  Collaboration sinonim dengan coaction (n), quislingism (n).  Dari sisi bahasa, tampak bahwa keduanya mempunyai kemiripan dari sisi berkelompok, perbedaannya adalah kolaborasi lebih menekankan pada inisiatif sebagai bentukan sendiri bukan suatu hasil rekayasa orang lain untuk bekerjasama . Beberapa pendapat lain berkaitan dengan pembelajar...

Peran Media Pembelajaran

Peran media pembelajaran .  Dalam pendidikan media difungsikan sebagai sarana untuk mencapai tujuan pembelajaran. Karena informasi yang terdapat dalam media harus dapat melibatkan siswa, baik dalam benak atau mental maupun dalam bentuk aktivitas yang nyata, sehingga pembelajaran dapat terjadi. Materi harus dirancang secara lebih sistematis dan psikologis, serta ditinjau dari segi prinsip – prinsip belajar agar dapat menyiapkan instruksi belajar yang efektif. Disamping menyenangkan, media pembelajaran harus dapat memberikan pengalaman yang menyenangkan dan memenuhi kebutuhan individu siswa, karena setiap siswa memiliki kemampuan yang berbeda. Kemp dan Dayton(1985 : 3-4) mengemukakan beberapa hasil penelitian yang menunjukkan dampak positif dari penggunaan media sebagai bagian integral pembelajaran di kelas, atau sebagai cara utama pembelajaran langsung, sebagai berikut : Penyampaian pelajaran tidak kaku. Pembelajaran bias lebih menarik. Pembelajaran menjadi lebih interaktif deng...