Guru adalah makhluk individu sekaligus makhluk sosial. Hal ini berarti selain ia harus mengembangkan profesional yang berkaitan dengan pengembangan diri pribadi juga harus mengembangkan kompetensinya yang berkaitan dengan kehidupan sosial, karena sesungguhnya ia bagian dari masyarakat di sekitarnya. Oleh karena itu seorang guru yang profesional dituntut untuk dapat bersosialisasi dengan baik. Salah satu modal bersosialisasi yang baik adalah kepandaian dalam berkomunikasi secara efektif, bai dengan peserta didik, teman sejawat, maupun orangtua / wali orangtua dan masyarakat. Selain berkomunikasi juga mengembangkan hubungan secara efektif dengan mereka. Untuk menuju kepada profesionalisme yang berkaitan dengan kompetensi sosial ini, ada beberapa kiat yang dapat dilakukan, yaitu :
a. Banyak bergaul dengan siapa saja tanpa memandang tingkatan usia dan status ekonomi. Dengan demikian ketika melakukan pendekatan dengan berbagai kalangan dapat beradaptasi dengan cepat.
b. Sering mengikuti aktivitas ilmiah / seminar, baik sebagai peserta maupun penyaji, sehingga memiliki keberanian di dalam mengemukakan gagasan / ide. Hal ini posi-tif dalam menunjang kemahiran berkomunikasi di depan kelas ketika mengajar.
c. Sering berbincang-bincang dengan peserta didik di saat-saat senggang tanpa harus dalam suasana formal. Seringkali guru takut kehilangan wibawa ketika melakukan hal tersebut, namun hal itu tidak akan terjadi ketika ketika mengajar di kelas kita mampu membuat penciptaan citra diri yang positif sebagai pengajar / pendidik. Dengan demikian, guru dapat bertindak sebagai sahabat, orangtua, pembimbing, maupun pendidik dengan penempatan diri yang sesuai.
d. Menunjukkan keakraban melalui komunikasi yang bersahabat, sehingga peserta didik merasa nyaman dan tanpa ragu “curhat” bila ada masalah.
e. Siap membantu peserta didik kapanpun diperlukan tanpa membeda-bedakan.
f. Memperlakukan peserta didik sesuai dengan kedudukannya, tidak meremehkan, dan selalu menghargai apapun keadaannya. Hal ini penting, karena keberhasilan belajar peserta didik selain dipengaruhi faktor intern juga hubungan sosialnya de-ngan guru (Slameto, 1993 ; 54). Ketertarikan peserta didik pada pembawaan guru yang ramah dan dapat diajak bicara akan menumbuhkan motivasi belajarnya.
g. Memiliki kemampuan empati (tanggap dan peka terhadap keadaan anak didik) yang ditumbuhkan dengan cara sering berkomunikasi dan memperhatikan mereka.
h. Guru perlu mengetahui dunia trend-nya peserta didik, sehingga dapat melakukan komunikasi yang baik, lancar, dan nampa “gaul” di mata peserta didik.
i. Sebaiknya guru tidak mudah marah tanpa alasan yang jelas, karena akan meng-ganggu komunikasi selanjutnya dengan peserta didik. Rasa takut akan menye-babkan peserta didik menjauh, sehingga komunikasi tidak terjalin dengan baik.
Meskipun setiap hari kita berkomunikasi dengan banyak orang, tetapi komuni-kasi yang terjadi belum tentu komunikasi edukatif yang menunjang keberhasilan kita untuk menjadi guru yang profesional. Oleh karena itu tidak ada salahnya jika kita mencoba kiat-kiat tersebut.
a. Banyak bergaul dengan siapa saja tanpa memandang tingkatan usia dan status ekonomi. Dengan demikian ketika melakukan pendekatan dengan berbagai kalangan dapat beradaptasi dengan cepat.
b. Sering mengikuti aktivitas ilmiah / seminar, baik sebagai peserta maupun penyaji, sehingga memiliki keberanian di dalam mengemukakan gagasan / ide. Hal ini posi-tif dalam menunjang kemahiran berkomunikasi di depan kelas ketika mengajar.
c. Sering berbincang-bincang dengan peserta didik di saat-saat senggang tanpa harus dalam suasana formal. Seringkali guru takut kehilangan wibawa ketika melakukan hal tersebut, namun hal itu tidak akan terjadi ketika ketika mengajar di kelas kita mampu membuat penciptaan citra diri yang positif sebagai pengajar / pendidik. Dengan demikian, guru dapat bertindak sebagai sahabat, orangtua, pembimbing, maupun pendidik dengan penempatan diri yang sesuai.
d. Menunjukkan keakraban melalui komunikasi yang bersahabat, sehingga peserta didik merasa nyaman dan tanpa ragu “curhat” bila ada masalah.
e. Siap membantu peserta didik kapanpun diperlukan tanpa membeda-bedakan.
f. Memperlakukan peserta didik sesuai dengan kedudukannya, tidak meremehkan, dan selalu menghargai apapun keadaannya. Hal ini penting, karena keberhasilan belajar peserta didik selain dipengaruhi faktor intern juga hubungan sosialnya de-ngan guru (Slameto, 1993 ; 54). Ketertarikan peserta didik pada pembawaan guru yang ramah dan dapat diajak bicara akan menumbuhkan motivasi belajarnya.
g. Memiliki kemampuan empati (tanggap dan peka terhadap keadaan anak didik) yang ditumbuhkan dengan cara sering berkomunikasi dan memperhatikan mereka.
h. Guru perlu mengetahui dunia trend-nya peserta didik, sehingga dapat melakukan komunikasi yang baik, lancar, dan nampa “gaul” di mata peserta didik.
i. Sebaiknya guru tidak mudah marah tanpa alasan yang jelas, karena akan meng-ganggu komunikasi selanjutnya dengan peserta didik. Rasa takut akan menye-babkan peserta didik menjauh, sehingga komunikasi tidak terjalin dengan baik.
Meskipun setiap hari kita berkomunikasi dengan banyak orang, tetapi komuni-kasi yang terjadi belum tentu komunikasi edukatif yang menunjang keberhasilan kita untuk menjadi guru yang profesional. Oleh karena itu tidak ada salahnya jika kita mencoba kiat-kiat tersebut.
0 Comments
Berikan Komentar Terbaik Anda Disini [NO SPAM, SARA n PORN]. Terima Kasih