AsikBelajar.Com. Pembelajaran model Cooperatvie Script bernaung pada teori konstruktivis. Teori konstruktivis adalah kooperatif yang digunakan dalam pembelajaran Cooperative Learning termasuk di dalamnya model Cooperatvie Script. Menurut Stahl sebagaimana dikutip oleh Etin Solihatin ada beberapa
prinsipnya, sebagai berikut:
Sumber:
16) Etin Solihatin. 2008. Cooperative Learning Analisi Model Pembelajaran IPS, (Jakarta: Bumi Aksara), h. 7-9.
prinsipnya, sebagai berikut:
- Perumusan tujuan belajar siswa harus jelas. Sebelum menggunakan strategi pembelajaran, guru hendaknya memulai dengan merumuskan tujuan pembelajaran dengan jelas dan spesifik. Tujuan tersebut menyangkut apa yang diinginkan oleh guru yang harus disesuaikan dengan tujuan kurikulum dan tujuan pembelajaran serta harus dalam konteks kalimat yang mudah dimengerti oleh siswa secara keseluruhan. Hendaknya dilakukan guru seelum kelompok belajar terbentuk.
- Penerimaan yang menyeluruh oleh siswa tentang tujuan belajar. Guru hendaknya mampu mengkondisikan kelas agar siswa dapat menyesuaikan dirinya untuk bekerjasama di dalam kelompok belajarnya guna memahami pengetahuan dan keterampilan yang telah ditetapkan untuk dipelajari.
- Ketergantungan yang bersifat positif. Guru harus merancang terlebih dahulu materi dan tugas pelajaran siswa agar siswa memahami dan mungkin untuk melakukan kegiatan dalam kelompoknya. Kondisi belajar ini memungkinkan siswa untuk merasa tergantung secara positif pada anggota kelompok lainnya dalam mempelajari dan menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan guru.
- Interaksi yang bersifat terbuka. Dalam kelompok belajar, interaksi yang terjadi bersifat langsung dan terbuka dalam mendiskusikan materi dan tugas yang diberikan oleh guru. Susasana belajar ini akan membantu keterbukaan mengemukakan pendapat antar siswa serta memberi dan menerima masukan, ide, saran, dan kritik dari temannya secara positif.
- Tanggung jawab individu. Salah satu dasar penggunaan cooperative learning dalam pembelajaran adalah motivasi belajar dan dilakukan secara bersama -sama. Oleh karena itu, motivasi belajar siswa sangat dipengaruhi oleh kemampuan individu siswa yang telah dipelajarinya. Sehingga secara individual siswa mempunyai tanggung jawabnya tersendiri untuk mengerjakan tugas dan memahami materi dengan kelompoknya masing-masing.
- Kelompok bersifat heterogen. Keanggotaan kelompok harus bersifat heterogen sehingga interaksi kerja sama yang terjadi menimbulkan karakteristik siswa yang berbeda. Kondisi ini merupakan media yang sangat baik bagi siswa untuk mengembangkan kemampuan dan melatih dirinya dalam suasana terbuka dan berpikir kritis.
- Interaksi sikap dan perilaku sosial yang positif . Dalam mengerjakan tugas kelompok, siswa bekerja dalam kelompok sebagai suatu kelompok kerja sama. Dalam interaksi dengan siswa lainnya,siswa tidak begitu saja bisa menerapkan dan memaksakan sikap dan pendiriannya pada anggota kelompok lainnya. Siswa harus belajar bagaimana meningkatkan kemampuan interaksinya dalam memimpin, berdiskusi, bernegosiasi, dan mengklarifikasi berbagai masalah dalam menyelesaikan tugas-tugas kelompok.
- Tindak lanjut. Setelah masing-masing kelompok belajar menyelesaikan tugas dan pekerjaannya, selanjutnya perlu dianalisis bagaimana penampi lan dan motivasi belajar siswa dalam kelompok belajarnya. Oleh karena itu, guru harus mengevaluasi dan memberikan siswa kesempatan dalam berbagai masukan dan ide terhadap motivasi belajar siswa dan aktivitas mereka selama kelompok belajar siswa tersebut bekerja.
- Kepuasan dalam belajar. Setiap siswa dan kelompok harus memperoleh waktu yang cukup untuk belajar dalam mengembangkan pengetahuan, kemampuan, dan keterampilannya. Perolehan belajar siswa sangat terbatas sehingga guru hendaknya mampu merancang dan mengalokasikan waktu yang memadai dalam menggunakan model pembelajarannya.16)
Sumber:
16) Etin Solihatin. 2008. Cooperative Learning Analisi Model Pembelajaran IPS, (Jakarta: Bumi Aksara), h. 7-9.
0 Comments
Berikan Komentar Terbaik Anda Disini [NO SPAM, SARA n PORN]. Terima Kasih