AsikBelajar.Com | Melalui observasinya, dalam eksperimen Piaget yang paling terkenal ialah pengkonservasian benda cair, sebagai berikut: “anak-anak diberi dua gelas A1 dan A2, yang dipenuhi air dengan ketinggian yang sama, mereka dirtanya apakah dua gelas ini mengandung jumlah cairan yang sama, dan semuanya setuju. Kemudian, penguji (atau anak-anak itu) #64.
menuangkan cairan dari gelas A1 ke gelas P yang lebih rendah dan lebar bentuknya. Mereka ditanya lagi apakah jumlah caian itu masih sama. Pada tingkatan pra operasional, respons anak terbagi dua.
Pertama: anak-anak gagal untuk mengkonservasi, artinya mereka gagal bahwa kuantitasnya masih sama. Biasanya mereka mengatakan bahwa A1 sekarang memiliki cairan yang lebih banyak karena bentuk gelasnya lebih tinggi, atau sebaliknya mereka menjawab bahwa gelas P memiliki cairan yang lebih banyak karean bentuknya lebih lebar. Dalam kedua kasusu ini anak-anak memusatkan hanya pada satu dimensi, tinggi atau lebar gelas. Mereka begitu melekat pada satu dimensi persepsi tersebut- cara melihat sesuatu-sehingga gagal memahami kalau secara logis cairan itu mestinya tetap sama.
Kedua: anak-anak sanggup mengambil satu langkah maju menuju konservasian namun tidak bisa mencapainya. Seorang anak laki-laki mungkin mengatakan bahwa A1 memiliki cairan lebih banyak karena bentuk gelasnya labih tinggi, kemudian mengubah pikirannya dan berkata bahwa P memiliki cairan lebih banyak karena lebih lebar, dan kemudian jadi bingung sendiri. Anak ini menunjukkan suatu regulasi intuitif, dia mulai emmahami adanya dua dimensi perseptual, namun belum bisa memikirkan keberadaan keduanya secara serempak sehingga baginya perubahan pada satu dimensi membatalkan perubahan pada dimensi lainnya. Kebingungan ini menandakan dia sadar kalau sedang menantang dirinya sendiri, sehingga menjadi baik jika dia segera menyelesaikan kontradiksi ini dan bergerak ke tahap pengkonservasian.
Anak-anak umumnya mencapai pengkonservasian benda cair kira-kira apada usia 7 tahun. ketika mereka bertindak demikian, mereka sedang memasuki tahapan operasi berpikir konkrit. Pada dasarnya anak mencapai pengkonservasian dengan menggunakan tiga argumen. Pertama: anak mungkin berkata, “kita tidak menambahkan atau mengurangi apapun, jadi mestinya jumlah cairan ini tetap sama.”ini adalah argumen identatis. Kedua: anak mungkin berkata, “gelas ini memang lebih tinggi dan yang lain lebih lebar, meskipun begitu jumlah cairannya akan tetap sama. “ini disebut argumen kompensatif bahwa perubahan akan membatalkan keduanya satu sama lain. Anak berasumsi bahwa perubahan adalah bagian dari sebuah sistem yang terorganisasikan sehingga perubahan #65.
dalam satu dimensi mestilah terkait dengan perubahan kompensatif dimensi lainnya. Kegiatan anak mungkin berkata “mereka masih sama karena kita masih bisa menuang kembali cairan itu ke tempat yang semual. “ini disebut argumen inversi. Piaget percaya bahwa anak-anak dengan operasi berfikir konkrit dapat menggunakan ketiga argumen ini, meskipun jawaban ini tidak spontan diutarakannya waktu mengerjakan sebuah tes. (Crain, 2007:184-186)
Oleh karena itu, Piaget menyatakan bahwa perkembangan kognitif terjadi dalam empat tahapan, masing-masing tahap berhubungan dengan usia dan tersusun dari jalan pikiran yang berbeda-beda. Menurut Piaget, semangkin banyak informasi tidak membuat pikiran anak lebih maju. Kualitas kemajuannya berbeda-beda.
Adapun Penjelasan untuk Tahapan piaget menurut Khadijah itu adalah:
fase sensorimotor [Klik Disini untuk Penjelasannya],
fase pra operasional [Klik Disini untuk Penjelasannya],
fase operasional konkrit [Klik Disini untuk Penjelasannya] dan
fase operasional formal [Klik Disini untuk Penjelasannya] #66.
Sumber:
Khadijah, 2016. Pengembangan Kognitif Anak Usia Dini. Medan: Perdana Publishing. Hal. 64 – 66.
Leave a Reply