AsikBelajar.Com | Nabi Muhammad selalu dikenal sebagai pedagang yang jujur dan benar dalam menginformasikan produknya. Jika produknya memiliki kekurangan, nabi Muhammad langsung menyampaikan yang sebenarnya. Shidig mempunyai arti kejujuran. Kejujuran adalah komponen ruhani yang memantulkan berbagai sikap terpuji. Mereka berani menyatakan sikap secara transparan, terbebas dari segala kepalsuan dan penipuan. Hatinya terbuka dan selalu bertindak lurus sehingga, mereka memiliki keberanian moral yang sangat kuat.

Seorang yang cerdas secara ruhaniah, senantiasa memotivasi dirinya dan berada dalam lingkungan orang-orang yang memberikan makna kejujuran, sebagaimana firman Allah SWT dalam surat At Taubah ayat 119:
Wahai orang-orang yang beriman! Bertagwalah kamu kepada Allah, dan hendaklah kamu berada bersama-sama orang-orang yang benar.
Setiap pebisnis harus menjaga martabat dirinya dan memulai aktivitas bisnisya dengan niat yang baik, tulus dan disertai pikiran yang jernih, terbuka dan transparan. Sikap jujur berarti selalu melandaskan ucapan, keyakinan, serta perbuatan berdasarkan ajaran Islam. Tidak ada kontradiksi dan pertentangan yang disengaja antara ucapan dan perbuatan. Kertajaya dan Sula juga menambahkan kejujuran merupakan puncak moralitas iman dan #25 karakteristik yang paling menonjol dari orang yang beriman.
Bahkan, kejujuran merupakan karakteristik para nabi. Tanpa kejujuran, kehidupan beragama tidak akan berdiri tegak dari kehidupan dunia tidak akan berjalan baik. Sebaliknya, kebohongan adalah pangkal kemunafikan dan ciri orang munafik. Selain itu dalam sebuah hadist Rasulullah SAW. Bersabda:
Hendaklah kalian jujur (benar) karena kejujuran mengantarkan kepada kebaikan. Dan kebaikan akan mengantarkan ke dalam surga. Seseorang yang selalu berusaha untuk jujur akan dicatat oleh Allah sebagai orang jujur. Dan jauhilah oleh kamu sekalian dusta(kizdib), karena dusta itu.akan mengantarkan kepada kejahatan. Dan kejahatan akan mengantarkan ke dalam neraka. Seseorang yang selalu berdusta akan dicatat oleh Allah sebagai pendusta. (HR Al-Bukhari)
Jujur adalah lawan kata dari kata kidzb. Jujur adalah kesesuaian antara berita yang disampaikan dan fakta, antara fenomena dan yang diberitakan, serta antara bentuk dan substansi. Kejujuran dalam dunia bisnis, bisa juga ditampilkan dalam bentuk kesungguhan dan ketepatan (mujahadah dan itgan). Tampilannya dapat berupa: ketepatan waktu, mengakui kelemahan dan kekurangan (tidak ditutup-tutupi): menjauhkan diri dari berbuat bohong dan menipu. Dalam hal ini bisa dicontohkan dalam mempromosikan barang tidak ada yang harus ditutup-tutupi dan disembunyikan.
Syariah memang senantiasa mengajak orang-orang shaleh untuk jujur dalam menjalankan segala urusan. Kejujuran dan rasa tanggung jawab yang memancar dari galbu, merupakan sikap sejati manusia yang bersifat universal. Sehingga, harus mejadi keyakinan dan jati diri serta sikapnya yang paling otentik, asli, dan tidak #26 bermuatan kepentingan lain, kecuali ingin memberikan keluhuran makna hidup.
Al-Our’an memerintahk in pada manusia untuk jujur, ikhlas, dan benar dalam semua p rjalanan hidupnya, dan ini sangat dituntut dalam bidang bisnis syariah. Sikap jujur akan terlihat dalam kemampuan menjalankan amanah-amanah yang diberikan. Orang yang jujur sudah pasti amanah dalam setiap kepercayaan yang diberikan kepadanya.
Dalam diri seorang pedagang sifat Shiddiq haruslah tertanam dalam dirinya dalam melakukan aktivitas perdagangan dan menjalin hubungan dengan pelanggan. Pedagang senantiasa mengedepankan kebenaran informasi yang diberikan dan jujur dalam menjelaskan keunggulan produk yang dimiliki. Sekiranya dalam produk yang dipasarkan terdapat cacat atau kelemahan, maka seharusnya menyampaikan secara jujur kelemahan atau cacat dalam produknya kepada calon pembeli. Salah satu sumber hilangnya keberkahan jual beli, yaitu jika seseorang menjual barang cacat yang kecacatannya disembunyikan. Sabda Rasulullah SAW:
Tidak halal bagi seseorang menjual sesuatu barang dengan tidak menerangkan (cacat) yang ada padanya, dan tidak halal bagi orang yang tahu (cacat) itu, tapi tidak menerangkannya. (H.R. Baihagie). #27
Sumber:
Ngalimun, et.al. (2019). Komunikasi Bisnis (Kewirausahaan Dalam Islam). Yogyakarta: Dua Satria Offset. Hal. 25-27.
Leave a Reply