AsikBelajar.Com | Tulisan ini hanya sebagai keprihatinan kepada negara dan bangsa Indonesia yang pernah dirampok para bankir dipenghujung era orde baru. Tulisan ini juga peringatan untuk para generasi millenial yang saat itu mungkin belum lahir atau baru lahir.
Di penghujung tumbangnya orde baru, sejumlah pengusaha dan bankir Cina panen BLBI (Bantuan Likuiditas Bank Indonesia). Banyak diantara mereka yang kemudian melarikan diri ke luar negeri dengan meninggalkan aset rongsokan sebagai jaminan dana talangan. Menurut catatan Kompas 2 Januari 2003, jumlah utang dan dana BLBI yang diterima Sudono Salim alias Liem Sioe Liong sekitar Rp 79 triliun, Sjamsul Nursalim alias Liem Tek Siong Rp 65,4 trilyun, Sudwikatmono Rp 3,5 trilyun, Bob Hasan alias The Kian Seng Rp 17,5 trilyun, Usman Admadjaja Rp 35,6 trilyun, Modern Group Rp 4,8 trilyun dan Ongko Rp 20,2 trilyun. Dan masih banyak lagi (http://www.voa-islam.com/read/politik-indonesia/2016/04/03/43231/bacaberikut-belasan-korupsi-mega-besar-yang-dilakukan-etnis-cina-di-indonesiakpk-berbuat-apa#sthash.wvny6pQ3.dpbs diakses tgl.24/11/2019). Asal tahu, saat itu kurs dollar terhadap rupiah berkisar antara Rp.2.200 – Rp.2.500/US$.
Menurut data dari pemberitaan Tempo menuturkan bahwa hasil audit Badan Pemeriksa Keuangan pada tahun 2000, BLBI merugikan negara Rp 138,442 triliun dari Rp 144,536 triliun BLBI yang disalurkan. Kredit itu diberikan kepada 48 bank dengan rincian 10 bank beku operasi, 5 bank take over, 18 bank beku kegiatan usaha, dan 15 bank dalam likuidasi (https://bisnis.tempo.co/read/765395/negara-rugi-rp-2-000-triliun-akibat-penyelewengan-blbi yang diakses pada Tanggal.23/11/2019).
Data lain menunjukan bahwa kasus BLBI suka atau tidak suka terjadi pada kepemimpinan Presiden Megawati Soekarno Putri. Untuk BLBI menurut berita di http://www.tribunnews.com/, kerugian negara sebesar 600 Triliun dan proses hukumnya sampai sekarang masih berlaku (http://www.tribunnews.com/nasional/2013/12/07/ikhsan-modjo-bandingkan-kerugian-negara-blbi-rp-600-t-lapindo-72-t-century-rp-67-t, diakses tanggal 28 Juli 2014).
Kasus lebih banyak menguntungkan para pengusaha dari penyalahgunaan dana yang seharusnya untuk talangan likuiditas perbankan pada waktu itu. Kenapa terjadi? BLBI menurut banyak pengamat bisa terjadi karena kualitas berpikir kepemimpinan.
Semoga kita bangsa Indonesia mau belajar dari kesalahan masa lalu kita. Caranya jangan mau termakan hasutan dalam memilih pemimpin dan jangan mau dijadikan pendukung suatu partai apabila partai itu justru menghalalkan uang sebagai imbalannya. Semoga dapat menjadi bahan renungan dan pembelajaran bagi kita semua.
Leave a Reply