Biasanya teknik sampling ini digunakan data dari populasi yang berkaitan dengan demografi (kependudukan) seperti: lokasi geografis, usia, jenis kelamin, pendidikan, pendapatan,dll. Pada dasarnya qupta sapling sama dengan Judgment sampling dua tahap. Tahap pertama adalah tahapan dimana peneliti merumuskan kategori kontrol atau quota dari populasi yang akan diteliti, seperti: jenis kelamin, usia, ras yang terdefinisikan dengan baik sebagai basis dari keputusan pemilihan sampel. Tahap kedua adalah penentuan bagaimana sampel akan diambil, dapat secara Convenience atau judgment tergantung pada situasi dan kondisi pada saat akan dilakukan penelitian dan apa yang akan diteliti serta kemampuan dari peneliti sendiri.
Perbedaan antara Judgment sampling dengan Quota sampling terletak adanya suatu batasan pada quota sampling bahwa sampel yang dipilih harus sejumlah tertentu yang dijatah (quotum) dari setiap subgroup yang telah ditentukan daru suatu populasi. Ukuran sampel pada Quota sampling biasanya cukup besar dengan harapan agar karakteristik sampel (statistik) sedapat mungkin mendekati karakteristik populasinya (parameter).
Kelebihan
1. Rendahnya biaya penelitian yang dikeluarkan.
2. Ada keleluasaan peneliti untuk menentukan elemen-elemen untuk setiap quotanya. Bahkan pada kondisi tertentu, hasil penelitian dpat menyamai hasil penelitian yang dilakukan dengan salah satu teknik sampling yang termasuk rumpun probability sampling.
Kekurangan
Ditinjau dari bias yang mungkin terjadi, terlihat bahwa dengan teknik sampling ini akan diperoleh data yang sangat beragam. Kondisi ini secara langsung akan berakibat pada tingginya tingkat kesulitan dalam merumuskan hasil penelitian. Penyebab bias yang lainnya adalah tidak adanya suatu prosedur atau tata cara yang baku bagi pewawancara dan teknik wawancaranya. Permasalahan bertambah lagi dengan kenyataan di lapangan bahwa pewawancara cenderung mencari lokasi/tempat-tempat dimana sampel dapat ditemukan dan kadang pewawancara memilih-milih responden untuk diwawancarai berdasarkan kriteria yang tidak dapat diterima seperti penampilan (gaya berpakaian, sikap), jenis kelamin, ras dan lain sebagainya.
Contoh Aplikasi
Misalkan akan diteliti kebiasaan membaca koran dari orang dewasa di Jakarta yang diperkirakan berjumlah 4 juta orang. Aplikasi Quota sampling dilaksanakan dengan menentukan kategori-kategori kontrol sebagai berikut:
a. Jenis Kelamin: Pria dan Wanita
b. Usia: 18-30
31-45
46-60
> 60 tahun
Dalam kaitannya dengan penelitian ini, mungkin Quota sampling bukan merupakan satu-satunya pilihan, tetapi karena dengan Quota sampling kita dapat membuat pencerminan dari populasinya maka Quota sampling dipilih. Kembali ke contoh di atas anggaplah akan diambil 10.000 sampel dan diketahui beberapa informasi dari populasinya (berkaitan dengan kategori kontrol) sebagai berikut:
a. Jenis Kelamin : Pria 60%
Wanita 40%
b. Usia : 18-30 40%
31-45 30%
46-60 23%
> 60 tahun 7%
Atas dasar informasi tersebut maka komposisi dari sampel (10.000 orang), harus mengandung 60 % pria, 40 % wanita, dan dari 10.000 sampel tersebut harus terdiri dari 40 % orang yang berusia antara 18-30 tahun, 30 % berusia 31-45 tahun, 23 % berumur antara 46-60 tahun, 7 % berusia > 60 tahun. Inilah yang dimaksud dengan Quota sampling dimana kita berusaha membuat pencerminan terhadap komposisi dari populasinya dengan harapan agar statistik yang diperoleh sedapat mungkin mendekati nilai parameternya.
Sumber:
Sugiarto dkk. 2001. Teknik Sampling. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Leave a Reply