
Pilihlah Daku Kau Ku Tipu (PDK2T) – AsikBelajar.Com. Judul tulisan ini diinspirasi oleh cerita LUPUS yang aslingya adalah “Kejarlah Daku Kau Ku Jitak”. Tapi tulisan ini hanya ingin bercerita ditambah opini tentang kenyataan yang terjadi pasca pemilu pemilihan presiden tahun 2014 ini. Hal ini diawali dari sebuah cerita antara penulis dengan seorang tukuang cukur yang umurnya sudah lanjut. Suatu kali, entah kenapa bapak tua itu sedikit “curhat” dengan sedikit kesal kepadaku. “Baru beberapa bulan jadi presiden sudah menaikan bbm” begitu awalnya memulai pembicaraan. Maka akupun bertanya, “apakah barang-barang lain ikut naik Pa” tanyaku. “Jelaslah, semua pada ikut naik, mulai cabe sampai angkutan” katanya dengan suara kecewa. Akupun bisa memaklumi kekesalan bapak tua langgananku ini. Terus bapak tua melajutkan curhatnya…”dulu, jaman Soeharto masyarakat diberi lahan kepada transmigrasi. Sebelum menghasilkan, mereka diberi jatah makanan untuk hidup. Pupuk gratis. Hasilnya bukan untuk pemerintah, melainkan untuk masyarakat sendiri. Sekarang boro-boro diberi, eh malah di gusur”. Begitulah obrolan kami selama potong rambut di tempat bapak tua.
Apa yang dapat kita ambil dari cerita tersebut? Secara implisit, bapak tua tersebut bisa mewakili “komunitas”nya. Kita sebagai bagian dari “mereka” harusnya sudah saatnya peka dengan kondisi sekarang. Rakyat dibagian akar rumput sebenarnya tidak neko-neko. Rakyat cara berpikirnya sangat sederhana. Mereka sudah cerdas dan bisa mencermati janji-janji politik para politikus sekarang. Sederhana pemikiran mereka adalah bagaimana harga-harga yang ada di pasaran tersebut dapat terjangkau dengan daya beli mereka. Pengalaman menunjukkan bahwa, kenaikkan BBM selalu diikuti harga kebutuhan lainnya. Karena peran BBM sebagai pengerak transfortasi, mesin produksi dll. Lalu, apa yang dirasakan rakyat pemilih dalam pilpres 2014 kemarin? Jelas kecewa, bahkan mereka merasa “tertipu” dengan gaya “blusukan” dan gaya sederhana sang presiden. Sang presiden dianggap mereka tidak “peka” merasakan penderitaan mereka. Salahkah mereka membandingkannya dengan presiden terdahulu? Tentu tidak dan itu sah-sah saja sebagai hak warga negara selama tidak membuat instabilitas nasional. Lalu dalam hatikupun ingat judul buku LUPUS yang aku modif menjadi Pilihlah Daku Kau Ku Tipu (PDK2T).
Leave a Reply