AsikBelajar.Com | Upaya penanaman nilai moral secara baik dan benar kepada anak bukanlah masalah sederhana. Artinya upaya tersebut tidak dapat dilakukan oleh sembarang orang tanpa pengetahuan dan keterampilan khusus. Orang dewasa yang diberi tugas melakukan penanaman nilai moral, salah satunya hams memahami pengetahuan tentang perkembangan moral anak. Agar dapat melakukan penanaman nilai moral secara baik dan benar, pelajarilah dengan penuh kecermatan uraian materi tentang perkembangan moral berikut ini.
1. Arti Perkembangan Moral
Perkembangan moral yang terjadi pada seseorang dapat dilihat melalui perilaku moralnya. Secara umum dikatakan telah terjadi perkembangan moral pada seseorang, apabila perilakunya menunjukkan kesesuaian dengan nilai moral #46
dan norma yang berlaku di masyarakat. Nilai moral dan norma yang dirnaksud disini adalah yaitu nilai moral dan norma yang berkaitan dengan tata cara, kebiasaan dan adat yang berlaku dalam masyarakat.
Pada tahap awal nilai moral itu ditanamkan melalui pola asuh yang diterapkan oleh orang tua atau guru (setelah anak memasuki jenjang pendidikan pra sekolah) Anak juga bisa mencontoh perilaku moral orang tuanya atau orang
dewasa lain yang ada di sekitarnya.
Pola asuh dan contoh perilaku dari orang tua atau orang dewasa lain dengannya sangat berpengamh dalam perkembangan moral yang terjadi pada seorang anak. Itulah sebabnya perkembangan moral tidak dapat dipisahkan dari perkembangan sosial dan kepribadian seseorang. Secara umum interaksi antara orang tua atau orang dewasa dengan anak dianggap sebagai faktor penting pada perkembangan moral anak. Beberapa perbedaan pandangan memang terjadi antara tokoh perkembangan moral yang satu dengan yang lainnya. Hal ini karena perbedaan dasar filosofi dalam menyorotinya. Untuk mengetahui lebih jauh tentang perkembangan baik buruk, salah benar anak usia dini silahkan anda mempelajari teori perkembangan moral berikut ini.
a. Yerkembangan Moral menurut Teori Psikoanalisa Sigmund Freud
Freud menyoroti perkembangan moral dengan menyandarkan perkembangan pada perkembangan kepribadian yang terjadi pada anak. Freud secara khusus menekankan pada bagaimana anak merasakan dan membedakan
tentang benar dan salah.
Untuk memperjelas teorinya, Freud membagi struktur kepribadian manusia ke dalam tiga bagian masing-masing bagian disebut “id”, “ego”, “super ego”. “Id” adalah dorongan yang berada di bawah sadar manusia, “id” ini ada
pada anak yang berusia satu sampai dua tahun pertama kehidupannya. Struktur kepribadian yang disebut “id” ini yang terlihat adalah: tampil dalam bentuk perilaku yang tidak terkendali, pada tahap ini anak belum mengenal nilai dan norma yang berlaku dalam masyarakat. #47
Struktur kepribadian pada tahap berikutnya yaitu tahap “ego”. Struktur ini ada pada diri anak setelah usia dua tahun. Indikator perilakunya adalah anak mulai belajar mengendalikan dorongan-dorongan dari dalam dirinya, anak mulai mampu menemukan cara-cara rnenyelesaikan masalah yang lebih masuk akal dan dapat diterima oleh orang-orang di lingkungan serta menyeleksi perilaku yang boleh dan tidak boleh ditampilkan.
Kemampuan di atas muncul seiring dengan perkembangan kognitif anak yang mulai tampak dan mampu memahami pembicaraan orang sekitarnya. Dengan demikian, orang tua atau orang dewasa lain sudah dapat memperkenalkan norma dan nilai dengan cara yang sederhana. Semakin berkembang egonya sedikit
demi sedikit anak sudah mulai menentukan sikap dan perilaku yang bisa diterima oleh lingkungannya.
Dengan bertambahnya gengetahuan anak tentang aturan, nilai dan norma yang berlaku di masyarakat, menyebabkan terbentuknya struktur baru pada kepribadian anak yaitu berkembangnya “super ego”. Menurut Sigmund Freud “super ego” mulai tampak matang pada anak usia enam sampai tujuh tahun.
b. Perkembangan Moral menurut pandangan Behavioristik (berorientasi perilaku)
Para tokoh behavioristik menekankan pada peran orang tua sebagai pelatih perilaku moral bagi anak-anaknya. Menurut pandangan ini, semua perilaku tetrnasuk perilakii moral adalah proauk dati pemberian Reinforcement, hukuman dan model dari orang tua.
Agar anak memperoleh gambaran yang jelas tentang reinforcement, hukum dan model dari orang tua, perhatikan dengan seksama contoh berikut ini.
Contoh Pemberian Reinforcement
Seorang anak berusia tiga tahun pada awalnya memiliki kebiasaan ngompol. Suatu waktu ia memberitahu pada ibunya bahwa ia ingin pipis. Selanjutnya ibu akan membawa anak tersebut ke kamar mandi sambil membantu
anak untuk membuang air kecil.#48
Agar anak mau mengulang perilakunya (memberi tahu dulu kalau mau pipis), kepada si anak perlu diberikan reinforcement (penguat) Reinforcement tersebut dapat diwujudkan dalam bentuk pujian atau hadiah lain yang dapat membuat anak senang.
Contoh Pemberian Hukuman
Apabila seorang ibu menjumpai anaknya usia tiga tahun menunjukkan perilah bandel kepada anak sebayanya, ibu dapat secara langsung dapat memberikan hukuman kepada anaknya. Ibu dapat memberikan teguran dengan
ekspresi marah, misalnya dengan mengacungkan telunjuk. Dengan mulai berkembangnya kemampuan bahasa pada anak usia tiga tahun, ibu dapat nlenjelaskan secara verbal kepada anaknya mengapa ia dimarahi. Dengan
perasaan takut dimarahi lagi, anak secara berangsur-angsur akan menghentikan kebiasaan nakalnya.
Model Perilaku yang Dicontohkan
Dalam pandangan behavioristik, segala sikap dan perilaku orang tua akan dengan mudah ditiru oleh anak. Oleh karena itu untuk menanamkan perilaku yang baik kepada anak, orang tua atau guru harus mencontohkannya.
Apabila orang atau guru menginginkan anak menjadi orang yang jujur, jangan sekali-kali berbohong pad anak. Berbicaralah secara sopan di hadapan anak, agar anak memiliki gerilaku yang sopan pula. Begitu juga apabila orang tua atau guru menginginkan anak memiliki kebiasaan yang tertib dan rapih, orang tua atau guru harus secara konsisten mencontohkannya.
Apabila orang tua atau guru menginginkan anak menjadi orang yang jujur, jangan sekali-kali berbohong kegada anak. Basaimana dengan peran guru PAUD? Guru dapat diibaratkan sebagai orang tua kedua bagi anak di sekolah. Dalam posisi sebagai orang tua kedua, tentunya guru PAUD dapat lebih meningkatkan penanaman nilai moral kepada anak yang sudah mulai menunjukkan perilaku moral posistif. Sebaliknya adalah tugas guru untuk memperbaiki perilaku moral anak yang kurang mendapatkan penanaman nilai moral yang baik dari orang tuanya. #49
TentUya akan Terasa sulit menaanamkan niIai moral kepada anak, apabila ternyata di rumahnya anak tersebut memperoleh penelitian nilai moral yang buruk. Oleh karena itu kerjasama antara guru dan orang tua anak harus dijalin secara intensif. Hal ini penting dilakukan agar ada keselarasan antara penanaman nilai moral dilakukan orang tua dengan yang dilakukan di sekolah. #50
Sumber:
Rakimahwati, 2012. Metodologi Pengembangan Moral, Agama, Disiplin, dan Afektif (Bahan Ajar). Padang: Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Padang. Hal. 46 – 50.
Leave a Reply