AsikBelajar.Com | Pada perencanaan kurikulum sesuai DAP, perlu diperhatikan beberapa hal berikut (Bredekamp&Coople, 1997).
a. Kurikulum DAP harus mencakup semua aspek perkembangan anak (fisik, emosi, sosial, spiritual, dan kognitif) melalui pendekatan yang terpadu. #3.12
Proses belajar atau pengembangan anak akan efektif apabila tidak dilaksanakan secara terpisah-pisah untuk tiap bidang pengembangan, tetapi perlu dilaksanakan secara terpadu yang melibatkan seluruh aspek perkembangan. Faktanya, tiap kegiatan yang awalnya diharapkan menstimulasi salah satu aspek perkembangan saja tetap akan mempengaruhi aspek-aspek perkembangan anak yang lain.
b. Perencanaan kurikulum yang tepat harus didasarkan pada pengamatan pendidik dan catatan yang lengkap tentang minat dan tingkat perkembangan setiap anak.
Asesmen yang secara kontinu dilaksanakan oleh pendidik sangat berguna baginya untuk mengetahui minat, bakat dah kebutuhan setiap anak sehingga ia dapat menyusun kurikulum yang sesuai untuk anak-anak tersebut. Hal ini karena DAP menekankan pada tiga aspek kesesuaian yang telah dibahas di awal artikel ini. Informasi yang cukup penting untuk dipertimbangkan dalam perencanaan kurikulum, antara lain adalah tentang latar belakang keluarga, misalnya tentang gaya perilaku, pola interaksi, dan berbagai permainan yang telah dikenal anak dalam lingkungan keluarganya.
c. Perencanaan kurikulum harus diarahkan pada pembelajaran sebagai proses yang interaktif. Pendidik perlu menyiapkan lingkungan agar anak dapat belajar secara aktif melalui eksplorasi dan interaksi dengan pendidik, teman-teman maupun bahan alam di sekitarnya.
Sebaiknya pendidik tidak menggunakan standar orang dewasa untuk menilai keberhasilan anak. Misalnya, pengunaan standar benar-salah, justru akan menghambat anak untuk bereksplorasi lebih lanjut karena anak akan takut berbuat kesalahan. Anak perlu diberikan kesempatan untuk bermain agar ia dapat berlatih memecahkan masalah. Saat anak dapat mengatasi masalahnya sendiri, dia akan merasa berhasil dan hal ini akan menumbuhkan motivasinya untuk terus belajar. Pendidik sebaiknya tidak membatasi proses belajar dengan konsep bagus-kurang atau sempurna-tidak sempurna tentang hasil pekerjaan yang dibuat anak. Sebaliknya, aktivitas anak perlu terus ditingkatkan dengan terus merangsang minat, sikap kritis dan kreativitas mereka.
d. Kegiatan dan materi pengembangan sebaiknya konkret, nyata, dan relevan dengan kehidupan anak.
Kegiatan bermain diperlukan anak dalam kurun waktu yang cukup lama karena kegiatan ini memberikan pengalaman konkret yang melibatkan #3.13
seluruh indra anak. Secara bertahap anak akan mulai mengerti konsep abstrak dan berpikir simbolis. Oleh karena itu, selain benda nyata berbagai gambar dan cerita perlu digunakan sesering mungkin agar anak mendapatkan pengalaman nyata. Sedang buku kerja, LKA, buku mewarnai, dan contoh gambar untuk ditim/dijiplak anak tidak sesuai jika sering digunakan untuk anak usia dini.
e. Program pengembangan anak usia dini perlu menyediakan layanan dengan cakupan yang lebih luas dari berbagai tingkat minat dan kemampuan anak pada usia kronologis tertentu. Pendidik diharapkan dapat memenuhi kebutuhan anak yang mempunyai minat dan kemampuan tertentu meskipun hal itu di Iuar batas rentangan perkembangan normal yang diharapkan dicapai anak tersebut. Misalnya, untuk anak usia 3-4 tahun yang sudah menguasai jenis puzzle yang sederhana maka perlu disediakan puzzle yang lebih bervariasi dan lebih sulit agar anak tidak cepat bosan. Demikian pula dengan ketertarikan sebagian anak terhadap berbagai piranti canggih, misalnya cara mengoperasikan hand phone jenis tertentu atau memanfaatkan berbagai fasilitas di komputer, perlu disiapkan oleh pendidik.
f. Pendidik perlu mengembangkan berbagai variasi kegiatan dan materi pengembangan, dan mengupayakan kegiatan dengan tingkat kesulitan, kompleksitas dan tantangan yang lebih tinggi agar anak terlibat aktif, dan dapat mengembangkan pemahaman dan keahliannya. Beberapa contoh program sesuai tingkat usia yang dapat dilakukan pendidik, misalnya berikut ini.
1) Program untuk bayi dan toddler (Usia sampai 2-2,5 tahun): Bayi dan toddler belajar mengenal lingkungan melalui indranya (dengan melihat, mendengar, mengecap, mencium, dan merasakan), menanggapi benda-benda yang bergerak di sekitarnya, dan melalui interaksi sosial dengan pendidik/pengasuhnya. Bayi yang belum dapat berjalan akan Iebih banyak belajar dari pendidik/pengasuhnya sehingga pendidik perlu sering menstimulasi bayi dengan mengajak bayi mengobrol, bernyanyi, memberikan berbagai mainan yang bisa diindra dan diutak-atik (dimanipulasi) atau memeluk dan menggendong bayi sambil menunjukkan berbagai objek yang menarik disekitarnya. Sedang untuk anak toddler yang sudah dapat berjalan, perlu diperkenalkan dengan berbagai maman yang lebih #3.14
bervariasi dan dikenalkan bahasa melalui penguasaan kosakata untuk mempelajari lingkungannya.
Masa bayi dan toddler ini adalah masa kritis dalam pembentukan rasa percaya (trust) anak pada orang lain dan lingkungannya. Jika rasa percaya itu berkembang dengan baik maka anak akan merasa aman dan terdorong untuk terus bereksplorasi dengan hal-hal baru yang ia temui di lingkungannya. Oleh karena itu, mendidik dan mengasuh anak usia ini memerlukan kesabaran yang tinggi. Sering kali dalam rangka eksplorasi itu anak berusaha membongkar pasang, membanting atau memukul-mukulkan mainannya. Anak juga perlu diberikan kesempatan untuk berlatih memakai baju sendiri meskipun awalnya masih kesulitan dan bajunya terbalik makan sendiri meskipun masih berceceran kemana-mana dan membutuhkan waktu yang sangat lama dibanding jika disuapi oleh pengasuhnya, melepas celana dan pergi ke toilet, sendiri meskipun awalnya masih harus ditemani, dan sebagainya. Setiap upaya tersebut perlu dilakukan dengan sabar dan tanpa kritikan.
Anak usia 2-2,5 tahun sudah mulai suka berbicara dan sangat pesat dalam belajar berbahasa sehingga perlu diberikan berbagai buku dan puzzle dari bahan yang keras dengan isi yang sederhana, dan gambaI-gambar. Buku-buku cerita tersebut perlu dibacakan dengan suara keras pada anak agar kosakata anak semakin banyak. Anak usia ini juga perlu diajak bermain musik, bemyanyi, melompat, menari, dan berlari.
2) Program untuk anak usia 3-4 Tahun
Kurikulum bagi anak usia 3 tahun diharapkan menekankan pada pengembangan bahasa, kegiatan, dan berbagai gerak terutama gerak motorik kasar. Beberapa kegiatan yang sesuai untuk anak usia ini antara lain adalah bermain drama, menarik mainan beroda, memanjat, menyusun balok atau puzzle, kesempatan untuk berbicara, dan mendengarkan cerita sederhana.
Sedang anak usia 4 tahun biasanya tertarik dengan kegiatan yang lebih bervariasi dan gerak motorik halus seperti: menggunting, seni, manipulasi bentuk (misalnya dengan plastisin), dan memasak. Anak usia ini mulai dapat mengenal dan mengingat berbagai benda berdasarkan bentuk, warna atau ukurannya, dan mulai mengembangkan dasar konsep matematika serta kemampuan memecahkan masalah. #3.15
g. Pendidik harus memberikan kesempatan pada anak untuk memilih sendiri ragam kegiatan, materi, peralatan, dan waktu yang cukup untuk melakukan eksplorasi melalui keterlibatan anak secara aktif. Pendidik perlu memfasilitasi keterlibatan anak tersebut dengan memberikan materi, kegiatan, mengajukan berbagai pertanyaan dan mengemukakan pendapat yang dapat memacu. anak untuk berpikir.
Anak-anak memerlukan waktu yang cukup tanpa campur tangan pendidik untuk terlibat secara penuh, termasuk untuk menyelidiki dan memilih berbagai kegiatan. Peran pendidik dalam hal ini adalah menyiapkan lingkungan dan memfasilitasi anak, dengan cara sebagai berikut.
1) Menyiapkan ragam kegiatan dan bahan yang dapat dipilih anak karena keragaman tersebut akan membuat perhatian anak bertahan lebih lama dan memberikan kesempatan padanya dalam mengambil keputusan.
2) Menawarkan pada anak-anak untuk ikut serta dalam kegiatan kelompok kecil atau kegiatan individu.
3) Membantu dan membimbing anak jika anak tampak kesulitan selama beraktivitas atau kurang tertarik dengan berbagai pilihan kegiatan yang disediakan.
4) Memberikan kesempatan pada anak untuk berinisiatif dan melakukan kegiatan sendiri sesuai pilihannya. Untuk menguasai suatu keterampilan, anak perlu diberi kesempatan mengulang-ulang suatu kegiatan secara suka rela, bukan karena diminta oleh pendidik.
h. Pengalaman, bahan, dan perlengkapan pengembangan yang berasal dari berbagai budaya (multikultur) dan tidak bias gender perlu dikembangkan untuk anak segala usia.
Pengembangan yang multikultur dan tidak bias gender ini akan mendekatkan kurikulum pada salah satu aspek DAP, yaitu sesuai dengan individu, dan bermanfaat untuk hal-hal berikut.
1) Meningkatkan konsep dan harga diri tiap anak.
2) Mendukung integritas keluarga tiap anak.
3) Mendoring proses belajar anak baik di rumah dan lembaga pengasuhan anak dengan cara memperkuat keterikatan.
4) Memperluas pengalaman anak dan keluarganya dengan mendapatkan pengetahuan dari orang lain terutama dari mereka yang aktif di masyarakat. #3.16
5) Memperkaya kehidupan bagi setiap anak dan keluarganya dengan mencoba menerima dan berapresiasi penuh terhadap persamaan dan perbedaan di antara mereka.
i. Program pengembangan yang dipersiapkan pendidik perlu memperhatikan keseimbangan anak dalam beraktivitas dan istirahat.
Bagi bayi dan anak toddler, tidur dan kegiatan penenangan lainnya
(seperti menyimak sajak atau mendengarkan musik yang lembut) akan memberikan waktu istirahat yang cukup dari kegiatan fisik mereka.
Anak usia 2-3 tahun membutuhkan waktu tidur pagi dan sore hari, dan memerlukan periode transisi/peralihan yang direncanakan dengan baik untuk mendapatkan ketenangan dan penyegaran, terutama sebelum dan sesudah makan atau tidur.
Anak usia 2,5 – 3 tahun sudah memiliki minat yang baik dalam kegiatan kelompok kecil atau kegiatan yang dibimbing pendidik, dan mulai menikmati dalam menyimak cerita atau musik atau bermain bersama dengan jari (finger play) di sela-sela waktu aktifnya. Sedang anak usia 4-5 tahun masih memerlukan waktu untuk tidur siang sejenak, khususnya jika mereka sebelumnya terjaga (tidak tidur) cukup lama. Anak-anak pada usia ini juga memerlukan beberapa altematif rencana kegiatan penenangan dan biasanya menyukai kegiatan kelompok kecil.
j. Berbagai pengalaman dan kegiatan di luar mang perlu diperkenalkan pada anak segala usia.
Perkembangan fisik anak yang begitu cepat membuat mereka memerlukan berbagai aktivitas di luar rumah untuk melatih motorik kasarnya, mempelajari lingkungan sekitamya dan mendapatkan pengalaman baru selain di dalam rumah. Kegiatan di luar rumah/TPA/KB merupakan bagian yang integral dengan kurikulum dan perlu perencanaan matang karena anak membutuhkan waktu yang tidak sebentar untuk memulihkan tenaganya setelah beraktivitas di luar ruang. #3.17
Sumber:
Aisyah, Siti. 2008. Materi Pokok Perkembangan dan Konsep dan Pengembangan Anak Usia Dini. Jakarta: Universitas Terbuka Departemen Pendidikan Nasional. Hal. 3.12-3.17
Leave a Reply