request-free-img

Pengertian Perkembangan Kognitif Anak Usia Dini

Home » Belajar » Pengertian Perkembangan Kognitif Anak Usia Dini

AsikBelajar.Com | Istilah cognitive berasal dari kata cognition yang padananya knowing, berarti mengetahui. Dalam arti yang luas, cognition ialah perolehan, penataan dan penggunaan pengetahuan (Neiser dalam Jahja, 2013:56). Selanjutnya kognitif juga dapat diartikan dengan kemampuan belajar atau berfikir atau kecerdasan yaitu kemampuan untuk mempelajari keterampilan dan konsep baru, keterampilan untuk memahami apa yang terjadi di lingkungannya, serta keterampilan menggunakan daya ingat dan menyelesaikan soal-soal sederhana (Pudjiati & Masykouri, 2011:6). Sejalan dengan yang dikemukakan oleh Istilah Maslihah (2005) bahwa kognitif sendiri dapat diartikan sebagai kemampuan untuk mengerti sesuatu. Artinya mengerti menunjukkan kemampuan untuk menangkap sifat, arti, atau keterangan mengenai sesuatu serta mempunyai gambaran yang jelas terhadap hal tersebut. Perkembangan kognitif sendiri mengacu kepada kemampuan yang dimiliki seorang anak untuk memahami sesuatu (Maslihah, 2005).Sementara itu di dalam kamus besar bahasa Indonesia, kognitif diartikan sebagai sesuatu hal yang berhubungan dengan atau melibatkan kognisi berdasarkan kepada pengetahuan faktual yang empiris. (Alwi, dkk, 2002: 579). Lebih lanjut proses kognisi adalah sebuah proses #31

mental yang mengacu kepada proses mengetahui (knowing) sesuatu (Berk, 2005). Kemudian Yusuf (2005:10) mengemukakan bahwa kemampuan kognitif ialah kemampuan anak untuk berfikir lebih kompleks serta melakukan penalaran dan pemecahan masalah, berkembangnya kemampuan kognitif ini akan mempermudah anak menguasai pengetahuan umum yang lebih luas, sehingga ia dapat berfungsi secara wajar dalam kehidupan masyarakat sehari-hari.

Dalam perkembangan selanjutnya, istilah kognitif menjadi populer sebagai salah satu domain atau wilayah/ranah psikologis manusia yang meliputi setiap perilaku mental yang berhubungan dengan pemahaman, pertimbangan, pengolahan informasi, pemecahan masalah, kesengajaan, dan keyakinan. Selanjutnya, kognitif sering kali diartikan sebagai kecerdasan, daya nalar atau berpikir. Kognitif adalah pengertian yang luas mengenai berpikir dan mengamati sehingga muncul tingkah laku yang mengakibatkan orang memperoleh pengetahuan atau yang dibutuhkan untuk menggunakan pengetahuan (Patmodewo, 2003:27). Kognitif atau intelektual adalah suatu proses berfikir berupa kemampuan atau daya untuk menghubungkan suatu peristiwa dengan peristiwa lainnya serta kemampuan menilai dan mempertimbangkan segala sesuatu yang diamati dari dunia sekitar.

Kognitif dapat diartikan sebagai pengetahuan yang luas daya nalar, kreatifitas atau daya cipta, kemampuan berbahasa serta daya ingat. Gabungan antara kematangan anak dengan pengaruh lingkungan disebut kognisi. Dalam kognisi anak dapat menyelesaikan masalah lingkungan sendiri. Untuk menggambarkan perilaku manusia yang berkaitan dengan kemampuan intelegtual dapat dilihat sebagai berikut:

a) Idiot IQ. 0-29: yaitu merupakan kelompok individu terbelakang yang paling rendah tidak dapat berbicara atau mengucapkan beberapa katasajadanbiasanyatidakdapatmengurusdirinyasendiri.Perkembangan intelegensinya rata-rata sama dengan anak normal umur 2 tahun, sering kali umurnya tidak tahan lama, sebab selain intelegensinya rendah, juga badanya tidak tahan tehadap penyakit.

b) Imbecile IQ. 30-40: yaitu kelompok ini setingkat lebih tinggi dari anak idiot, ia dapat belajar berbahasa dan dapat mengurus dirinya #32
sendiri dengan pengawasan yang teliti. Pada anak tigkatan ini dapat diberi latihan-latihan ringan, tetapi dalam kehidupannya selalu tergantung pada orang lain. Tidak dapat berdiri sendiri. Kecerdasannya sama dengan anak normal 3-7 tahun. Anak kelompok ini tidak bisa dididik di sekolah biasa.

c) Moron atau Debil IQ. 50-69; yaitu kelompok ini sampai tingkat tertentu dapat belajar membaca, menulis dan membuat perhitungan- perhitungan sederhana dan dapat diberikan pekerjaan rutin.

d) Bodoh IQ 70-79: yaitu kelompok ini berada di atas kelompok terbelakang dan di bawah kelompok normal. Secara susah payah dengan beberapa hambatan, individu ini dapat melaksanakan sekolah lanjutan pertama, tetapi sukar sekali untuk dapat menyelesaikan kelas-kelas terakhir di SLTP.

e) Normal rendah IQ 80-89; yaitu kelompok ini termasuk pada kelompok normal, mereka ini agak lambat dalam belajar dan mereka dapat menyelesaikan sekolah di SLTP.

f) Normal sedang IQ 90-109: yaitu kelompok ini termasuk kelompok normal yang merupakan kelompok terbesar persentasenya dalam populasi penduduk

g) Normal tinggi IQ 110-119; yaitu kelompok ini termasuk kelompok normal tetapi berada pada tingkat yang tinggi.

h) Cerdas IQ 120-129; yaitu kelompok ini sangat berhasil dalam perkerjaan sekolah, mereka sering sekali terdapat dalam kelas biasa.

i) Sangat cerdas IQ 130-139; yaitu kelompok ini lebih cakap dalam membaca, mempunyai pengetahuan tentang bilangan yang sangat baik, perbendaharaan kata yang luas, dan cepat memahami pengertian yang abstrak. Pada umumnya faktor kesehatan kekuatan, dan ketengkasan lebih menonjol daripada anak normal.

j) Jenius 140 ke atas; yaitu kelompok ini kemampuan sangat luar biasa, mereka pada umumnya memiliki kemampuan memecahkan masalah dan menemukan sesuatu yang baru walaupun mereka tidak bersekolah. #33

Sujiono (dalam Khadijah, 2013) mengungkapkan bahwa anak usia dini adalah anak yang baru dilahirkan sampai usia 6 tahun. Usia dini merupakan usia yang sangat menentukan dalam pembentukan karakter dan kepribadian anak. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Plato seorang ahli filsafat dalam Jamaris bahwa waktu yang paling tepat mendidik anak adalah sebelum usia 6 tahun. Hal ini diperkuat dengan pendapat yang dikemukakan oleh Cekoslavia yang bernama Jhon Amus Comenius dalam Jamaris bahwa pendidikan telah dimulai sejak anak berada dalam pangkuan ibunya (Jamaris, 2005: 1). Lebih rinci Montessori dalam Hainstock (1999:10-11). mengungkapkan bahwa masa ini merupakan periode sensitif (sensitive periods), selama masa inilah anak secara khusus mudah menerima stimulus-stimulus dari lingkungannya. Pada masa ini anak siap melakukan berbagai kegiatan dalam rangka memahami dan menguasai lingkungannya. Selanjutnya Montessori mengungkapkan bahwa usia keemasan merupakan masa dimana anak mulai peka untuk menerima berbagai stimulasi dan berbagai upaya pendidikan dari lingkungan, baik disengaja maupun tidak disengaja. Pada masa peka inilah terjadi pematangan fungsi-fungsi fisik dan psikis sehingga anak siap merespon dan mewujudkan semua tugas-tugas perkembangan yang diterapkan muncul pada pola perilakunya sehari-hari. (G. Hainstock, 1999:34)

Dengan demikian, disimpulkan bahwa perkembangan kognitif anak usia dini adalah kemampuan cara berpikir anak usia dini dalam memahami lingkungan sekitar sehingga pengetahuan anak bertambah. Artinya dengan kemampuan berfikir ini anak dapat mengeksplorasikan dirinya sendiri, orang lain, hewan dan tumbuhan, serta berbagai benda yang ada di sekitarnya sehingga mereka dapat memperoleh berbagai pengetahuan tersebut. #34

Sumber:
Khadijah, 2016. Pengembangan Kognitif Anak Usia Dini. Medan: Perdana Publishing. Hal. 31 – 34.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *