Pemahaman yang menarik dari definisi ini ialah ide-ide baru yang segar sangat diharapkan muncul dari proses pembelajar tersebut. Melalui proses ini diharapkan adanya peningkatan kreativitas, kemampuan kewirausahaan, dan ekonomi organisasi (Pucik,1993). Syafar (1995) menyatakan sebagian besar pakar memandang bahwa organisasi pembelajaran adalah suatu proses yang membentang sepanjang waktu, yang dikaitkan dengan pemilikan knowledge, yang diharapkan mampu meningkatkan kinerja organisasi.
Organisasi sebenarnya dapat dipandang sebagai makhluk hidup (organism) yang keberadaannya sangat ditentukan oleh kemauan dan kemampuannya untuk bertahan (survive) dalam menghadapi persaingan dengan para pesaingnya. Dalam konteks seperti ini, sesungguhnya semua organisasi senantiasa belajar, baik disadari atau tidak, dalam rangka mempertahankan kelangsungan hidupnya sehingga organisasi belajar bukanlah suatu hal yang baru. Dalam kaitan ini, maka keunggulan komparatif dan kompetitif suatu organisasi sangat ditentukan oleh kemauan dan kemampuannya untuk belajar lebih cepat dari saingannya sehingga kemampuan strategis organisasi lebih meningkat, siap bersaing, dan mengungguli. Oleh karena itu, keunggulan masa depan sangat ditentukan oleh pemilikan ilmu pengetahuan. Artinya, siapa yang lebih cepat belajar, ia akan lebih unggul, demikian kata Drucker (1993). Sejalan dengan pendapat ini Hartanto (1995) menyatakan bahwa organisasi pembelajaran adalah syarat untuk menjaga kelangsungan hidup organisasi.
Organisasi pembelajaran menurut Simatupang (1995) ialah organisasi yang sangat adaptif dan responsif terhadap lingkungan eksternal dan internalnya. Kekuatan internal berkenaan dengan kekuatan kerja tim yang solid, produktif, profesional, dan berkualitas tinggi. Sedangkan perilaku adaptif dan responsif merupakan ciri manusia karya yang memiliki kompetensi, motivasi, wawasan, dan inovasi tinggi. Lingkungan eksternal organisasi bersifat langsung (mikro) dan tidak langsung (makro). Lingkungan eksternal mikro terdiri atas para pesaing (competitors), penyalur (suppliers), pelanggan (customers), lembaga-lembaga keuangan (financial institutions), pemerintah (government), organisasi pekerja (labour unions), media, dan kepentingan kelompok khusus (specialinterest groups). Lingkungan eksternal makro meliputi variabel teknologi, ekonomi, politik, dan sosial.
Marquardt (1996) mendefinisikan organisasi pembelajaran ialah suatu organisasi yang berkemampuan belajar secara kolektif dan terus-menerus untuk mengubah dirinya menjadi lebih baik, memanaj, dan menggunakan pengetahuan untuk kesuksesan organisasinya.
Organisasi pembelajaran (learning organization) ialah kemampuan organisasi untuk tanggap dan mampu menjawab berbagai kondisi lingkungan yang memengaruhi keberhasilannya.
Keberhasilan organisasi dalam menghadapi persaingan global ditentukan oleh seberapa jauh organisasi memiliki keunggulan komparatif dan kompetitif. Dalam persaingan global berbagai indikasi muncul, yang membedakannya dengan persaingan domestik antara lain adanya ketidakpastian, perubahan yang sangat cepat dan sulit diramalkan, liberalisasi ekonomi, dan kerumitan global. Bila organisasi tidak tanggap dengan perubahan-perubahan tersebut, maka lamakelamaan organisasi itu akan tertinggal, ditinggalkan anggotanya, dan akhirnya bubar (mati). Jadi, organisasi pembelajaran merupakan organisasi yang sangat adaptif dan responsif terhadap lingkungan eksternalnya dan sekaligus kuat lingkungan internalnya.
Lingkungan luar organisasi berkembang sangat pesat oleh munculnya Teknologi Informasi (TI). Dunia seolah-olah dibentuk dan diarahkan ke titik tanpa batas oleh perkembangan TI tersebut. Dalam konteks ini muncul motto; ”Siapa yang menguasai informasi akan menang dalam persaingan”. Dengan demikian, persyaratan untuk memenangkan persaingan global adalah penguasaan TI. Untuk itu, kualitas SDM yang merupakan faktor kekuatan internal menjadi sangat penting, dalam arti semakin mampu SDM-nya mengoperasikan dan mengembangkan TI, semakin tinggi pula daya saing organisasinya.
Sehebat dan sebesar apa pun suatu organisasi pastilah dimulai dari gabungan atau kumpulan orang sebagai satu tim yang mula-mulanya biasa-biasa saja. Kemudian, orang-orang itu menjalani proses pembelajaran setahap demi setahap selama berorganisasi dengan berpedoman pada norma dan tujuan organisasi.
Dari berbagai pandangan teoretis organisasi pembelajaran di atas, dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud organisasi pembelajaran ialah pembelajaran individu dan kelompok dalam organisasi agar menjadi yang paling unggul di antara pesaingnya. Dalam praktiknya organisasi pembelajaran ialah bagaimana organisasi memecahkan permasalahannya secara sistematis dan komprehensif, percobaan pendekatan baru, belajar dari pengalaman sendiri dan masa lalu, belajar dari keberhasilan orang lain, melakukan transfer ilmu pengetahuan secara tepat, cepat, hemat ke seluruh jajaran anggota organisasi.
Sumber:
Usman, Husaini. 2011. Manajemen: Teori, Praktek, dan Riset Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Hal.206-208.
Keyword terkait:
pengorganisasian dalam manajemen, pengorganisasian dan struktur organisasi, pengorganisasian dan organisasi
Leave a Reply