AsikBelajar.Com | Disiplin berasal dari kata “diciple” artinya seseorang yang belajar dari atau dengan patuh dan sukarela mengikuti seseorang pemimpin, yang dimaksud pemimpin disini adalah orang tua atau guru yang mempunyai kewajiban mengajar anak tentang perilaku moral yang disetujui dan berlaku di kelompok masyarakat.
Kata “diciple” berasal dari pengikut nabi Isa AS yang sangat taat dan patuh kepada nabi Isa dalam menjalankan perintah-perintah nabi. Kata diciple itulah menjadi diciplin atau patuh/taat (tepat waktu). Disini P. Daeng Sari dalam #16
Depdiknas menyatakan. Disiplin dapat juga diartikan sebagai: taat, patuh, tidak melanggar, tidak membantah, menyelesaikan tugas tepat waktu. Sesuai contoh sederhana tentang disiplin antara lain.
- Disiplin berlalu lintas, berarti mentaati mematuhi semua peraturan (UU) lalu lintas atau dengan kata lain tidak melanggar aturan berlalu lintas yang berlaku.
- Disiplin kerja, berarti selalu menyelesaikan tugas tepat waktu dengan penuh rasa tanggung jawab.
- Disiplin belajar, berarti melakukan tugas-tugas belajar dengan penuh rasa tanggung jawab antara lain dengan menggunakan bahan belajar dengan tepat, tidak membuang-buang waktu belajar dengan percuma, datang ke sekolah tepat waktu, menyelesaikan tugas-tugas dengan baik, patuh kepada aturan sekolah dll.
- Disiplin dalam bermain, berarti mentaati mematuhi semua aturan permainan yang berlaku atau tidak melanggar aturan permainan yang telah ditentukan.
Disiplin merupakan salah satu faktor penentu bagi seseorang untuk berhasil memenuhi tugas dan kewajiban dengan baik, seseorang yang memiliki kepandaian, keterampilan, kepandaian, keterampilan, kemampuan bergaul tetapi #17
tidak memiliki disiplin dapat mengakibatkan tugas dan kewajibannya tidak selesai tepat waktu. Sikap disiplin tidak secara otomatis dibawa sejak lahir. Disiplin (sikap moral) dibentuk oleh lingkungannya melalui pola asuh orang tua, guru dan orang-orang dewasa di sekitar diri individu.
Melalui penanaman disiplin sejak dini diharapkan anak dapat berperilaku dengan cara-cara yang sesuai dengan standar kelompok sosial dan kelompok budaya dimana anak itu berada Karena itu peranan orang tua sejak anak lahir sampai berusia dini dan guru sejak anak berusia sekolah TK, sangat dominan dalam penanaman serta pembinaan si kap disiplin.
Seringkali kita lihat, disiplin dalam arti sempit diartikan dengan “hukuman”. Artinya disiplin itu digunakan hanya bila anak melanggar peraturan atau perintah dari orang tua, guru, atau orang dewasa yang berkewajiban membina
dan mengatur kehidupan anak tersebut di lingkungan masyarakat dimana ia berada. Berdasarkan uraian di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa:
Disiplin adalah sikap moral kerelaan untuk mematuhi mentaati semua norma-norma dan aturan yang berlaku sebagai suatu standar perilaku dan standar budaya dalam kehidupan sehari-hari di masyarakat dimana kita berada dengan penuh rasa tanggung jawab, dan merupakan kewajiban orang tua, guru serta orang-orang dewasa untuk membina menanamkan dan mengembangkan nilai-nilai disiplin (sikap moral disiplin) ke daiam diri anak sejak dini.
Sebenarnya seorang anak sejak lahir tidak saja membutuhkan kasih sayang, makan, minum, perhatian serta pengalaman untuk meningkatkan pengetahuannya, namun juga “penghargaan” atas apa yang dilakukan secara
benar, serta “larangan”, bahkan hukuman atas perbuatan yang tidak benar. Batasan inilah yang diperlukan anak agar ia setahap demi setahap mengenal dan mengerti serta yakin akan apa saja yang diharapkan darinya.
Menyadari adanya perbedaan yang besar antara disiplin dan hukuman adalah penting. Karena kerap kali kita menyamakan keduanya. Apabila kita menertibkan anak-anak, maka kita berusaha agar mereka mengerjakan apa yang kita inginkan. Jika kita menghukum anak-anak, kita menghukum mereka supaya menembus suatu kesalahan terhadap keluarga kita, suatu disiplin yang baik akan #18
dapat kita tanamkan kepada anak-anak ialah menolong mereka untuk mengerti cinta kita satu sama lain, cinta yang telah menciptakan mereka Kita ingin agar mereka hidup sesuai dengan cinta itu, bukan karena tertekan atau karena terpaksa, melainkan karena dengan rela saling memperhatikan.
Disiplin sangat penting artinya bagi perkembangan anak. Bahkan para ahli mengatakan bahwa dengan disiplin anak akan hidup lebih bahagia. Sebab dalam lingkungan yang mengajarkan disiplin berbagai kebutuhan anak dengan sendirinya dapat terpenuhi. Dengan mengenal aturan-aturan anak akan merasa lebih aman karena mereka tahu dengan pasti perbuatan mana yang boleh dan mana yang tidak boleh dilakukan. Apabila aturan-aturan telah tertanam, anak akan berusaha menghindari perbuatan-perbuatan terlarang dan cenderung melakukan hal-ha1 yang dianjurkan. Karena ia telah mempunyai patokan yang jelas, ia tidak lagi hidup dalam bimbingan.
Anak yang tidak mengenal disiplin akan tumbuh menjadi anak yang tidak bahagia dan mereka tidak dicintai. Ini disebabkan mereka merasa bahwa tak seorangpun memperhatikan mereka dan seolah-olah tidak ada batasan bagi mereka. Berabgai aturan dasar dalam pendidikan tidaklah dibuat semuanya demi kenikmatan orang tua, namun juga dibentuk agar bermanfaat bagi anak. Hak-hak seorang anak adalah hak untuk dilindungi, tidak saja terhadap orang lain tetapi juga terhadap dirinya sendiri, terhadap dorongan-dorongan pribadinya yang belum terkendalikan. Mereka berhak untuk tergantung pada orang tua, sampai mereka siap mengadakan pilihan berdasarkan penilaian diri sendiri. Karena itu mereka berhak diberi aturan-aturan sampai mereka mengerti apa artinya “Tanggung jawab” penuh dan memikul sendiri akibat suatu perbuatan atau kesalahan”.
Adalah benar bahwa disiplin juga berpegang teguh pada aturan-aturan secara konsekuen melalui cara-cara yang mudah dimengerti anak. Tetapi konsekuen tidak berarti bersitegang leher, karena sering kompromi lebih efektif untuk anak-anak, mereka akan mengerti bahwa yang penting bukanlah aturannya namun “alasan” yang mendasari aturan itulah yang penting. Misalnya saja “main bola di kamar dilarang, tapi kalau di kebun boleh”. Jelaslah bagi sianak bahwa #19
bukan main bola yang dilarang, tetapi tempatnya yang kurang cocok, demi melindungi barang pecah-belah yang ada di kamar. Menurut V. Lestari dalam Alex Sobur secara menyeluruh. tuiuan dari disiplin adalah untuk membina anak agar belajar menguasai dirinya. Selanlutnya penguasaan diri itu punya macam-macam, misalnya untuk mencapai suatu keinginan pribadi, atau menjaga nama baik dengan tidak melakukan hal-hal yang bertentangan dengan tuntutan lingkungan.
Jelas, disiplin bukan untuk mengekang kebebasan, tetapi justru untuk memberi kebebasan dalam lingkungan yang aman. Misalnya kita lnengatakan pada anak, “bermainlah di halaman, tapi jangan sampai ke luar pagar”. Dalam hal ini, si anak mendapat kebebasan bermain, tapi di tempat yang aman dari lalu lintas ramai. Di luar pagar ada kemungkinan ia cedera, karena di sana memang bukan tempat untuk bermain.
Umumnya, banyak anak-anak yang tampak baik-baik ketika masih dibawah disiplin, tetapi apabila mereka lepas dari peraturan-peraturan yang keras itu mereka tidak sanggup mengendalikan diri mereka sendiri. Disiplin dengan tongkat besi dalam mendidik anak tanpa pengertian dari pihak anak akan menghasilkan suatu jumlah anak-anak yang kuasa otak dan batinnya lemah. Maka apabila mereka berdiri dalam dunia untuk bertindak bagi dirinya sendiri, mereka tidak sanggup karena mereka sudah dilatih menurut saja tanpa menggunakan pertimbangan sendiri.
Salah satu dari akibat-akibat yang menyedihkan dari seorang anak yang terlampau sedikit mengenal disiplin, ialah bahwa sebagian dari hukuman yang harus dipikulnya justru datang dari orang-orang yang pada waktu yang lampau tidak berusaha menanamkan disiplin kepadanya. Prof Arthur T. Jersild, Pd.D dalam Alexsopbur berpendapat, bahwa disiplin itu sendiri tidak dapat dikatakan bersifat baik atau jelek, soal ini tergantung pada tepat atau tidaknya suatu disiplin.
Disiplin yang dapat membantu anak melindungi dirinya dari kesukaran-kesukaran atau bahaya-bahaya yang tanpa disiplin mungkin saja akan menimpa dirinya merupakan suatu ha1 yang sangat dibutuhkan. Salah satu hasil dari pendisiplinan ini ialah membantu anak mengontrol segala perbuatannya. Pada waktu kelak jika #20
ia makin bertambah dewasa, ia harus makin sanggup mengontrol dirinya sendiri. Tetapi disiplin akan tidak sehat sifatnya apabila dilakukan secara keras dan berlebih-lebihan atau terlampau mengekang anak dan bukan untuk menolong anak, atau apabila disiplin tadi dilaksanakan dengan cara yang kasar, melukai hati anak dengan cara yang salah atau juga apabila disiplin hanya ditujukan kepada anak-anak tertentu dalam keluarga saja, sedangkan anak-anak yang lain lagi dibebaskan dari disiplinnya itu Salah melaksanakan atau menerapkan disiplin akan menimbulkan ha1 yang sebaliknya, misalnya bersikap bandel, nakal, tidak mau makan, mogok sekolah, membangkang dll. Sebahagian besar disebabkan karena salah disiplin. Ia bersikap demiluan karena dirinya merasa tersinggung. Selanjutnya, haruslah dihindarkan disiplin karet, yang hanya kadang-kadang saja diberlakukan, sedangkan dilain waktu boleh dan dapat dilanggar tanpa adanya resiko yang akan diterima oleh sipelanggarnya. Justru pada saat anak-anak melakukan pelanggaran, dia memerlukan bantuan orang tua. Ia memerlukan lindungan dan bantuan orang dewasa untuk menguasai dorongan-dorongan hatinya, tanpa anak, merasa kehilangan muka. #21
Sumber:
Rakimahwati, 2012. Metodologi Pengembangan Moral, Agama, Disiplin, dan Afektif (Bahan Ajar). Padang: Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Padang. Hal. 16-21.
Leave a Reply