AsikBelajar.Com | Dalam artikel ini Prof. Dr. Suharsimi Arikunto memaparkan pengertian metode dan instrumen penelitian, perbedaannya, manfaat dan macam kisi-kisi instrumen, serta hal yang mempengaruhi pemilihan metode dan instrumen pengumpulan data dalam penelitian. Di bawah ini uraian lengkap tersebut:
Telah dipahami beberapa metode dan instrumen pengumpulan data. Masing-masing metode dan instrumen mempunyai kebaikan dan keburukan. Dalam melaksanakan satu penelitian biasanya digunakan lebih dari satu metode atau instrumen, agar kelemahan yang satu dapat ditutup dengan kebaikan yang lain. Kadang-kadang sesuatu metode merupakan keharusan untukdipakai dalam penelitian. Tetapi kadang-kadang merupakan salah satu alternatif saja, sehingga pilihan metode yang dapat digunakan dapat dipilih-pilih.
Tidak sedikit peneliti yang mengacaukan pengertian ”metode” dengan ”instrumen”. Sebetulnya kedua hal tersebut berkaitan, dan peneliti juga harus dapat memahami kaitannya.
-Metode penelitian adalah cara yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data penelitiannya. Seperti sudah dijelaskan, variasi metode dimaksud adalah: angket, wawancara, pengamatan atau observasi, tes, dokumentasi.
-Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap, dan sistematis sehingga lebih mudah diolah. Variasi jenis instrumen penelitian adalah: angket, ceklis (check-list) atau daftar centang, pedoman wawancara, pedoman pengamatan. Ceklis sendiri memiliki wujud yang bermacam-macam.
Dengan demikian maka dapat dikatakan: “Peneliti di dalam rnenerapkan metode penelitian menggunakan instrumen atau alat, agar data Yang diperoleh lebih baik”.
Pemilihan metode dan instrumen penelitian sangat ditentukan oleh beberapa hal, yaitur objek penelitian, sumber data, waktu, dan dana yang tersedia, jumlah tenaga peneliti, dan teknik yang akan digunakan untuk Mengolah data bila sudah terkumpul. Mungkin saja seseorang ingin sekali menggunakan metode wawancara untuk mengumpulkan data tetapi karena Waktu yang tersedia sempit, lalu menggunakan angket. Demikian juga mungkin peneliti ingin menggunakan metode pengamatan secara cermat terhadap objek, tetapi metode pengamatan memerlukan waktu lama dan keterampilan yang memadai.
Contoh:
Seorang ahli akuntansi ingin meneliti kebiasaan para pedagang pasar mengadministrasikan kegiatan transaksi yang dilakukannya. Peneliti bermaksud mengetahui catatan jenis apa saja yang mereka buat, catatan sederhana tanpa memperhatikan prinsip-prinsip akuntansi, sederhana dan menggunakan sedikit prinsip akuntansi (diteliti yang mana), atau biasa membuat jurnal lengkap. Dalam hal ini peneliti mengadakan pengamatan beberapa kali datang ke pasar, mewawancarai para pedagang dan menelaah catatan yang dibuat para pedagang, misalnya jurnal pembayaran tunai saja (cash paymentas journal).
Dibandingkan antara wawancara dan pengamatan, metode angket memang lebih praktis. Oleh karena itu penentuan metode penelitian memerlukan pemikiran dan pertimbangan yang matang.
Untuk mendapat gambaran hubungan antara metode dengan instrumen penelitian, periksalah tabel berikut di bawah.
Untuk melengkapi penjelasan tentang hubungan antara metode dengan instrumen, berikut ini disampaikan uraian tentang metode dan instrumen dalam kaitannya dengan sumber data.
Contoh: misalnya penelitian dengan variabel: ”Kualitas kegiatan belajar-mengajar di kelas”.
Agar diperoleh data yang lengkap dan betul-betul menjelaskan kualitas belajar-mengajar dari berbagai segi, peneliti hendaknya mengumpulkan data dari beberapa sumber data, antara lain: guru (orang), siswa (orang), proses belajar-mengajar yang sedang berlangsung (tempat), kondisi dan sarana fisik (tempat), catatan yang dimiliki oleh siswa (kertas), dan daftar nilai (kertas). Jika peneliti ingin cermat, maka perlu digunakan tabel kisi-kisi tentang hubungan hal-hal tersebut.
Dalam menentukan sumber data, jenis metode pengumpulan data dan instrumen penelitian, peneliti sangat perlu mempertimbangkan beberapa hal lain, seperti yang sudah disebutkan, yaitu tenaga, waktu, dana, dan faktor-faktor pendukung maupun penghambat. Namun untuk langkah awal, agar pada akhirnya diperoleh metode dan instrumen yang tepat, sebaiknya peneliti berpikir ideal dahulu, sesudah itu baru mempertimbangkan faktor-faktor tersebut.
Dalam hal ini peneliti perlu menyusun sebuah rancangan penyusunan instrumen yang dikenal dengan istilah “kisi-kisi”. Menurut pengertiannya kisi-kisi adalah sebuah tabel yang menunjukkan hubungan antara hal-hal yang disebutkan dalam baris dengan hal-hal yang disebutkan dalam kolom. Kisi-kisi penyusunan instrumen menunjukkan kaitan antara variabel yang diteliti dengan sumber data dari mana data akan diambil, metode yang digunakan dan instrumen yang disusun.
Adapun manfaat dari kisi-kisi dimaksud adalah sebagai berikut:
1. Peneliti memiliki gambaran yang jelas dan lengkap tentang jenis instrumen dan isi dari butir-butir yang akan disusun.
2. Peneliti akan mendapatkan kemudahan dalam menyusun instrumen karena kisi-kisi ini berfungsi sebagai pedoman dalam menuliskan butir-butir.
3. lnstrumen yang disusun akan lengkap dan sistematis karena ketika menyusun kisi-kisi peneliti belum dituntut untuk memikirkan rumusan butir-butirnya.
4. Kisi-kisi berfungsi sebagai ”peta perjalanan” dari aspek yang akan dikumpulkandatanya, dari mana data diambil, dan dengan apa pula data tersebut diambil.
5. Dengan adanya kisi-kisi yang mantap peneliti dapat menyerahkan tugas menyusun atau membagi tugas dengan anggota tim ketika menyusun instrumen.
6. Validitas dan reliabilitas instrumen dapat diperoleh dan diketahui oleh pihak-pihak di luar tim peneliti sehingga pertanggungjawaban peneliti lebih terjamin.
Ada dua macam kisi-kisi yang harus disusun oleh seorang peneliti sebelum menyusun instrumen, yaitu: (1) kisi-kisi umum, dan (2) kisi-kisi khusus.
1. Kisi-kisi umum adalah kisi-kisi yang dibuat untuk menggambarkan semua variabel yang akan diukur, dilengkapi dengan semua kemungkinan sumber data, semua metode dan instrumen yang mungkin dapat dipakai. Yang termuat di dalam kisi-kisi umum ini baru rancangan ideal. Tentang apakah semua sumber data, metode, dan instrumen tetap akan dipakai atau tidak, tergantung dari ketepatan menurut pertimbangan peneliti.
2. Kisi-kisi khusus, yaitu kisi-kisi yang dibuat untuk menggambarkan rancangan butir-butir yang akan disusun untuk sesuatu instrumen.
Contoh kisi-kisi hubungan antara sumber data, metode, dan instrumen pengumpulan data adalah sebagai berikut.
Langkah sesudah kisi-kisi seperti ini terisi adalah mendaftar jenis-jenis instrumen yang terdapat pada kolom ”instrumen”. Jika ternyata:
1. Terlalu banyak jenis instrumen yang diperlukan.
2. Ada instrumen yang tidak efisien, artinya hanya diperlukan untuk mengumpulkan sedikit data, maka peneliti harus memilih hanya beberapa instrumen yang memang sangat perlu saja. Dalam hal ini mungkin:
a. Peneliti harus mengubah metode untuk beberapa sumber data, misalnya dari angket menjadi wawancara (karena pertanyaannya ternyata terlalu sedikit).
b. Peneliti terpaksa mengurangi sumber data, dan mengambil data dimaksud dari sumber data lain yang dipilih.
Jika pekerjaan ini sudah selesai, langkah selanjutnya adalah membuat kisi-kisi khusus untuk setiap instrumen, dengan kolom sebagai berikut:
Secara garis besar, pemilihan metode dan instrumen pengumpulan data dipengaruhi oleh beberapa hal, antara lain:
1. Tujuan penelitian
Yang sekaligus menentukan jenis dan macam variabel. Dalam bab sebelumnya Saudara sudah dilatih untuk membuat kategorisasi variabel, sekaligus menentukan metode apa yang tepat untuk mengumpulkan datanya.
2. Sampel penelitian
Apabila sampelnya besar, tentu saja peneliti tidak mampu menggunakan wawancara atau observasi. Angket akan lebih tepat agaknya.
3. Lokasi
Apabila lokasi penelitian meliputi daerah yang luas, akan lebih efektif jika menggunakan metode kuesioner.
4. Pelaksana
Apabila pelaksanaannya cukup banyak sedangkan responden tidak begitu banyak, maka sangat mungkin menggunakan wawancara atau observasi. Akan tetapi jika keadaannya sebaliknya, metode kuesioner tentu lebih tepat.
5. Biaya dan waktu
Walaupun hasilnya akan lebih baik jika peneliti mengadakan observasi, akan tetapi karena biaya dan waktunya terbatas maka peneliti harus puas hanya mengadakan kuesioner.
6. Data
jika kita akan mengorek pendapat yang lebih dalam, maka wawancara kiranya lebih tepat.
Dari uraian ini tampaknya kuesioner merupakan metode yang selalu dapat digunakan. Namun demikian, apabila peneliti berpendapat bahwa apabila dengan metode selain kuesioner hasilnya akan jauh lebih baik, maka metode lain itulah yang harus dipakai.
Lagi pula, walaupun kuesioner digunakan sebagai metode pokok, metode lain perlu digunakan juga untuk pelengkap dalam mengumpulkan data lain, atau data yang sama sebagai checking silang (cross check).
Sebagai contoh, kita akan mengadakan penelitian terhadap pelaksanaan penataran. Untuk keperluan ini peneliti dapat menggunakan:
1. Angket untuk petatar.
2. Angket untuk penatar.
3. lnterviu untuk penatar, petatar, dan pelaksana.
lnterviu digunakan untuk kepentingan:
1. Cross check data yang diperoleh dengan angket.
2. Data lain yang tidak dapat diungkap melalui angket, misalnya tentang pendapat, sikap pihak-pihak yang terlibat.
Metode dokumentasi dapat digunakan pula untuk melihat catatan-catatan atau tugas-tugas/hasil penataran.
Sumber:
Arikunto, Suharsimi. 2014. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta. Hal. 203-209.
Keyword Terkait:
penelitian evaluasi program, penelitian evaluasi pendidikan, penelitian evaluasi pembelajaran, penelitian evaluasi kebijakan, penelitian evaluasi kinerja.
Leave a Reply