AsikBelajar.Com | Apakah semua penelitian harus berhipotesis? Untuk memberikan jawaban atas pertanyaan ini kita tidak boleh berpikir pada hal yang benar dan tidak benar secara mutlak. Ada dua alternatif jawaban dan masing-masing mendasarkan diri pada argumentasi yang kuat.
Pendapat pertama mengatakan, semua penelitian pasti berhipotesis. Semua peneliti diharapkan menentukan jawaban sementara, yang akan diuji berdasarkan data yang diperoleh. Hipotesis harus ada karena jawaban penelitian juga harus ada, dan butir-butirnya sudah disebut dalam problematika maupun tujuan penelitian.
Pendapat kedua mengatakan, hipotesis hanya dibuat jika yang dipermasalahkan menunjukkan hubungan antara dua variabel atau lebih. Jawaban untuk satu variabel yang sifatnya deskriptif, tidak perlu dihipotesiskan. Peneiitian ekspioratif yang jawabannya masih dicari dan sukar diduga, tentu sukar ditebak apa saja, atau bahkan tidak mungkin dihipotesiskan.
Berdasarkan pendapat kedua ini maka mungkin sekali di dalam sebuah pene|itian, banyak hipotesis tidak sama dengan banyaknya problematika dan tujuan penelitian. Mungkin problematika unsur 1 dan 2 yang sifatnya deskriptif tidak diikuti dengan hipotesis, tetapi problematika nomor 3 dihipotesiskan.
Contoh:
Hubungan antara motivasi berprestasi dengan etos kerja para karyawan kantor A.
Problematika 1:
Seberapa tinggi motivasi berpretasi karyawan kantor A? (tidak dihipotesiskan).
Problematika 2:
Seberapa tinggi etos kerja karyawan kantor A? (tidak dihipotesiskan).
Problematika 3:
Apakah ada dan seberapa tinggi hubungan antara motivasi berprestasi dengan etos kerja karyawan kantor A?
Hipotesis:
Ada hubungan yang tinggi antara motivasi berprestasi dengan etos kerja karyawan kantor A.
Sumber:
Arikunto, Suharsimi. 2014. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta. Hal. 117-118.
Leave a Reply