AsikBelajar.Com | Problem Based Learning (PBL) = Pembelajaran Berbasis Masalah. Kehidupan adalah identik dengan masalah. Model pembelajaran ini melatih dan mengembangkan kemampuan untuk menyelesaikan masalah yang berorientasi pada masalah otentik dari kehidupan aktual siswa, untuk merangsang kemampuan berpikir tingkat tinggi. Kondisi yang tetap harus dipelihara adalah suasana kondusif, terbuka, negosiasi, demokrasi, suasana nyaman dan menyenangkan agar siswa dapat berpikir optimal.Indikator model pembelajaran ini adalah metakognitif, elaborasi (analisis), interprestasi, induksi, identifikasi, investigasi, eksplorasi, konjektur, sintesis, generalisasi dan inkuiri.
Karakteristik Model Pembelajaran PBL
Menurut Trianto (2009:93), karakteristik model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) adalah: (1) adanya pengajuan pertanyaan atau masalah, (2) berfokus pada keterkaitan antar disiplin, (3) penyelidikan autentik, (4) menghasilkan produk atau karya dan mempresentasikannya, dan (5) kerja sama.
Menurut Rusman (2010:232), karakteristik model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) adalah sebagai berikut:
1. Permasalahan menjadi starting point dalam belajar.
2. Permasalahan yang diangkat adalah permasalahan yang ada di dunia nyata yang tidak terstruktur.
3. Permasalahan membutuhkan perspektif ganda (multiple perspective).
4. Permasalahan menantang pengetahuan yang dimiliki oleh siswa, sikap, dan kompetensi yang kemudian membutuhkan identifikasi kebutuhan belajar dan bidang baru dalam belajar.
5. Belajar pengarahan diri menjadi hal yang utama.
6. Pemanfaatan sumber pengetahuan yang beragam, penggunaannya, dan evaluasi sumber informasi merupakan proses yang esensial dalam problem based learning.
7. Belajar adalah kolaboratif, komunikasi, dan kooperatif.
8. Pengembangan keterampilan inquiry dan pemecahan masalah sama pentingnya dengan penguasaan isi pengetahuan untuk mencari solusi dari sebuah permasalahan.
9. Sintesis dan integrasi dari sebuah proses belajar.
10. Problem based learning melibatkan evaluasi dan review pengalaman siswa dan proses belajar.
Tujuan Model Pembelajaran PBL
Tujuan yang ingin dicapai oleh PBL adalah kemampuan siswa untuk berpikir kreatif, analitis, sistematis, dan logis untuk menemukan alternatif pemecahan masalah malalui eksplorasi data secara empiris dalam rangka menumbuhkan sikap ilmiah.
Berikut ini beberapa tujuan pembelajaran menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL):
1. Mengembangkan keterampilan berpikir dan keterampilan memecahkan masalah.
Proses-proses berpikir tentang ide-ide abstrak berbeda dari proses-proses yang digunakan untuk berpikir tentang situasi-situasi dunia nyata. Resnick menekankan pentingnya konteks dan keterkaitan pada saat berpikir tentang berpikir yaitu meskipun proses berpikir memiliki beberapa kasamaan antara situasi, proses itu bervariasi tergantung dengan apa yang dipikirkan seseorang dalam memecahkan masalah.
2. Belajar peran orang dewasa
Problem Based Learning (PBL) juga dimaksudkan untuk membantu siswa berkinerja dalam situasi-situasi kehidupan nyata dan belajar peran-peran penting yang biasa dilakukan oleh orang dewasa. Resnick mengemukakan bahwa bentuk pembelajaran ini penting untuk menjembatani kerjasama dalam menyelesaikan tugas, memiliki elemen-elemen belajar magang yang mendorong pengamatan dan dialog dengan yang lain sehingga dapat memahami peran di luar sekolah.
3. Keterampilan-keterampilan untuk belajar mandiri
Guru yang secara terus menerus membimbing siswa dengan cara mendorong dan mengarahkan siswa untuk mengajukan pertanyaan dan memberi penghargaan untuk pertanyaan-pertanyaan berbobot yang mereka ajukan, dengan mendorong siswa mencari solusi/penyelesaian terhadap masalah nyata yang dirumuskan oleh siswa sendiri, maka diharapkan siswa dapat belajar menangani tugas-tugas pencarian solusi itu secara mandiri dalam hidupnya kelak.
Langkah-Langkah Penggunaan Model Pembelajaran PBL
Langkah-langkah operasional dalam proses pembelajaran yang dikonsepkan oleh Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan adalah sebagai berikut:
1. Konsep Dasar (Basic Concept)
Fasilitator memberikan konsep dasar, petunjuk, referensi, atau link dan skill yang diperlukan dalam pembelajaran tersebut. Hal ini dimaksudkan agar peserta didik lebih cepat masuk dalam atmosfer pembelajaran dan mendapatkan peta yang akurat tentang arah dan tujuan pembelajaran.
2. Pendefinisian Masalah (Defining The Problem)
Dalam langkah ini fasilitator menyampaikan scenario atau permasalahan dan peserta didik melakukan berbagai kegiatan brainstorming dan semua anggota kelompok mengungkapkan pendapat, ide, dan tanggapan terhadap scenario secara bebas, sehingga dimungkinkan muncul berbagai macam alternative pendapat.
3. Pembelajaran Mandiri (Self Learning)
Peserta didik mencari berbagai sumber yang dapat memperjelas isu yang sedang dinvestigasi. Sumber yang dimaksud dapat dalam bentuk artikel tetulis yang tersimpan dipepustakaan, halaman web, atau bahkan pakar dalam bidang yang relevan. Tahap investigasi memiliki dua tujuan utama,yaitu: (1) agar peserta didik mencari informasi dan mengembangkan pemahaman yang relevan dengan permasalahan yang telah didiskusikan dikelas, dan (2) informasi dikumpulkan dengan satu tujuan yaitu dipresentasikan di kelas dan informasi tersebut haruslah relevan dan dapat dipahami.
4. Pertukaran Pengetahuan (Exchange Knowledge)
Setelah mendapatkan sumber untuk keperluan pendalaman materi dalam langkah pembelajaran mandiri, selanjutnya pada pertemuan berikutnya peserta didik berdiskusi dalam kelompoknya untuk mengklarifikasi capaiannya dan merumuskan solusi dari permasalahan kelompok. Pertukaran pengetahuan ini dapat dilakukan dengan cara peserta didik berkumpul sesuai kelompok dan fasilitatornya.
5. Penilaian (Assessment)
Penilaian dilakukan dengan memadukan aspek pengetahuan (knowledge), kecakapan (skill), dan sikap (attitude). Penilaian terhadap penguasaan pengetahuan yang mencakup seluruh kegiatan pembelajaran yang dilakukan dengan ujian akhir semester (UAS), ujian tengah semester (UTS), kuis, PR, dokumen, dan laporan
Keunggulan Model Pembelajaran PBL
Berikut ini merupakan keunggulan penerapan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL), yaitu sebagai berikut (Sanjaya, 2006:220):
1. Pemecahan masalah merupakan teknik yang cukup bagus untuk lebih memahami isi pelajaran sehingga pembelajaran lebih bermakna.
2. Pemecahan masalah dapat menantang kemampuan siswa serta memberikan kepuasan untuk menemukan pengetahuan baru bagi siswa.
3. Pemecahan masalah dapat meningkatkan aktivitas pembelajaran siswa.
4. Pemecahan masalah dapat membantu siswa bagaimana mentransfer pengetahuan siswa untuk memahami masalah dalam kehidupan nyata.
5. Pemecahan masalah dapat membantu siswa untuk mengembangkan pengetahuan barunya dan bertanggungjawab dalam pembelajaran yang dilakukan. Disamping itu, pemecahan masalah itu juga dapat mendorong untuk melakukan evaluasi sendiri baik terhadap hasil maupun proses belajarnya.
6. Melalui pemecahan masalah bisa memperlihatkan kepada siswa bahwa setiap mata pelajaran pada dasarnya merupakan cara berpikir, dan sesuatu yang harus dimengerti oleh siswa, bukan hanya sekedar belajar dari guru atau dari buku saja.
7. Pemecahan masalah dianggap lebih menyenangkan dan disukai siswa.
8. Pemecahan masalah dapat mengembangkan kemampuan siswa untuk berpikir kritis dan menyesuaikan dengan pengetahuan baru.
9. Pemecahan masalah dapat memberikan kesempatan siswa untuk menerapkan pengetahuan yang dimiliki dalam dunia nyata.
10. Pemecahan masalah dapat mengembangkan minat siswa untuk secara terus menerus belajar, sekalipun belajar pada pendidikan formal telah berakhir.
Kelebihan Model Pembelajaran PBL
Setiap model pembelajaran yang diterapkan tentunya memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Beberapa kelebihan yang didapatkan ketika menerapkan model pembelajaran PBL adalah sebagai berikut :
• Pemecahan masalah sangat efektif digunakan untuk memahami isi pelajaran.
• Pemecahan masalah akan mendobrak dan menantang kemampuan siswa serta memberikan kepuasan untuk menemukan pengetahuan baru bagi siswa.
• Pemecahan masalah menjadikan aktivitas pembelajaran siswa lebih meningkat.
• Pemecahan masalah dapat membantu siswa mengetahui bagaimana menstansfer pengetahuan mereka untuk memahami masalah dalam kehidupan nyata.
• Pemecahan masalah dapat membantu siswa untuk mengembangkan pengetahuan barunya dan bertanggung jawab dalam pembelajaran yang mereka lakukan.
• Siswa menjadi lebih peka terhadap permasalahan yang terjadi di lingkungan sekitarnya.
Kekurangan Model Pembelajaran PBL
Selain memiliki kelebihan, model pembelajaran PBL juga memiliki beberapa kekurangan, berikut ini beberapa kekurangan yang sepertinya nampak dalam penerapan model pembelajaran berbasis proyek.
• Kesulitan memecahkan persoalan manakala siswa tidak memiliki minat atau tidak memiliki kepercayaan bahwa masalah tersebut bisa dipecahkan.
• Waktu yang dibutuhkan untuk melakukan persiapan agar model pembelajaran ini cukup lama.
• Jika tidak diberikan pemahaman dan alasan yang tepat kenapa mereka harus berupaya untuk memecahkan masalah yang sedang dipelajari, maka mereka tidak akan belajar apa yang mereka ingin pelajari.
Model Pembelajaran PBL untuk Kurikulum 2013
Saat ini, implementasi kurikulum 2013 menekankan pada proses belajar yang membutuhkan kemampuan berpikir tingkat tinggi (HOTS/ High Order Thinking Skill), dan Model Pembelajaran PBL inilah salah satu model yang bisa diandalkan. Model pembeajaran PBL atau Problem Based Learning merupakan salah satu metode pendekatan yang efektif untuk pengajaran proses berpikir tingkat tinggi (HOTS). Model pembelajaran ini akan sangat membantu siswa untuk memproses informasi yang sudah jadi dalam benaknya dan menyusun pengetahuan mereka sendiri tentang dunia sosial dan sekitarnya.
Dengan menerapkan model pembelajaran PBL ini, siswa dilatih menyusun sendiri pengetahuannya, mengembangkan keterampilan dan kemampuan dalam memecahkan masalah yang dihadapi. Selain itu, dengan pemberian masalah autentik, siswa dapat membentuk makna dari bahan pelajaran melalui proses belajar dan menyimpannya dalam memori mereka sehingga sewaktu-waktu dapat digunakan kembali.
Jadi PBL adalah metode pembelajaran berbasis masalah yang mengedepankan strategi pembelajaran menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu konteks bagi peserta didik untuk belajar tentang cara berpikir kritis dan keterampilan pemecahan masalah, serta untuk memperoleh pengetahuan dan konsep yang esensial dari materi pelajaran.
PBL sangat potensial diterapkan dalam penerapan Kurikulum 2013 di SMK. Kesesuaian implementasi pembelajaran dalam penerapan Kurikulum 2013 termasuk kategori Sebagian besar guru menyatakan bahwa PBL layak diterapkan di setiap mata pelajaran dalam implementasi Kurikulum 2013. langkah awal yang perlu dilakukan dalam menerapkan PBL adalah merubah pola pikir pengajar tentang PBL. Perlu diyakinkan bahwa PBL merupakan pembelajaran yang dapat diterapkan dalam mendukung pembelajaran di Kurikulum 2013. Langkah berikutnya adalah perlunya pelatihan guru dalam menerapkan PBL, menyiapkan materi ajar, media, dan bahan ajar.
Sumber:
Sanjaya, W. 2006. Strategi Pembelajaran. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Sofyan, Herminarto, dkk. 2016. Pembelajaran Problem Based Learning Dalam Implementasi Kurikulum 2013 Di SMK. Jurnal Pendidikan Vokasi Volume 6, No 3, November 2016 (260-271). (Online) https://journal.uny.ac.id/index.php/jpv/article/viewFile/11275/8744 (Diakses Tgl. 18/11/2018)8)
Suyatno. 2009. Menjelajah Pembelajaran Inofatif. Sidoarjo: Masmedia Buana Pusaka.
Trianto. 2007. Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Jakarta: Prestasi Pustaka.
Trianto.2009. Mendesain Model Pembelajaran Inofatif-Progresif. Surabaya: Kencana Prenada Media Group.
Wijayanto, M. 2009. Tesis: Pengaruh Penerapan Model Problem Based Learning dan Cooperative Learning terhadap Prestasi Belajar Matematika Ditinjau dari Motivasi Belajar Siswa (Studi Eksperimen pada Siswa Kelas X Sekolah Menengah Atas Negeri Kabupaten Wonogiri Tahun Pelajaran 2008/2009. Surakarta: UNS.
Keyword terkait:
problem base learning adalah, problem base learning pdf, problem base learning teori, pembelajaran problem base learning, problem base learning model
Leave a Reply