AsikBelajar.Com | Pada bagian ini kita akan membahas cara-cara mengembangkan pertumbuhan fisik motorik anak. Pertumbuhan dan perkembangan fisik berkaitan dengan perkembangan gerakan motorik, yakni perkembangan pengendalian gerakan tubuh melalui kegiatan yang terkoordinasi antara susunan saraf, otot, otak, dan spinal cord. Perkembangan motorik meliputi motorik kasar dan halus. Motorik kasar adalah gerakan tubuh yang menggunakan otot-otot besar atau sebagian besar atau seluruh anggota tubuh yang dipengaruhi oleh kematangan anak itu sendiri. Contohnya, kemampuan duduk, menendang, berlari, naik-turun tangga dan sebagainya. Sedangkan motorik halus adalah gerakan yang menggunakan otot-otot halus atau sebagian anggota tubuh tertentu, yang dipengaruhi oleh kesempatan untuk . belajar dan berlatih. Misalnya, kemampuan memindahkan benda dari tangan, mencoret-coret, menyusun balok, menggunting, menulis dan sebagainya. Pertumbuhan fisik-motorik, mental, sosial dan emosional semuanya terjadi secara bersamaan dalam diri anak. Dalam program di lembaga pendidikan anak usia dini aktivitas, seperti menari, menggambar, melukis, menempel dan aktivitas lainnya yang melatih otot-otot akan membantu perkembangan motorik anak. Anak-anak sebaiknya diberikan berbagai kegiatan yang kreatif untuk mengembangkan motorik kasar dan motorik halusnya secara seimbang.
Pendidik perlu mengetahui kebutuhan setiap anak untuk mengembangkan otot-otot besar dan kecilnya pada setiap tingkatan usia. Artinya pendidik memerlukan peralatan yang baik, namun yang lebih penting #4.42
lagi adalah sikap yang baik pada tiap tingkatan anak. Sikap yang baik di sini, yaitu membiarkan anak mengetahui sesuatu, mencoba berbagai aktivitas motorik kasar dan halus yang sesuai dengan tingkatan usianya.
1. Alasan Pentingnya Mengembangkan Motorik pada Masa Anak-anak
Masa anak-anak adalah masa yang sering disebut sebagai ”masa ideal” untuk mempelajari keterampilan motorik. Ada beberapa alasan yang mendasari hal tersebut, diantaranya adalah:
a. tubuh anak-anak lebih lentur dari pada tubuh remaja atau orang dewasa sehingga anak-anak lebih mudah untuk menerima pelajaran untuk mengembangkan motoriknya;
b. anak belum banyak memiliki keterampilan yang akan berbenturan dengan keterampilan yang baru dipelajarinya maka bagi anak mempelajari keterampilan baru lebih mudah;
c. secara keseluruhan anak lebih berani pada waktu kecil dari pada ketika dia sudah besar. Oleh karenanya, mereka lebih berani mencoba sesuatu yang baru. Keberanian ini akan menimbulkan motivasi yang diperlukan anak untuk belajar;
d. Anak-anak sangat menyenangi kegiatan yang sifatnya pengulangan. Oleh karenanya, anak-anak akan bersedia mengulangi suatu pelajaran hingga otot-ototnya terlatih untuk melakukannya secara efektif;
e. Tanggung jawab dan kewajiban anak lebih kecil dari pada tanggung jawabnya ketika mereka semakin besar sehingga anak-anak memiliki waktu yang lebih banyak untuk belajar memiliki keterampilan motorik dan mereka tidak pemah bosan mengulanginya berkali-kali.
2. Hal Penting dalam Mempelajari Keterampilan Motorik
Keterampilan motorik tidak akan berkembang melalui kematangan saja tetapi keterampilan ini harus dipelajari. Cara seorang anak mempelajari keterampilan motorik akan diuraikan pada bahasan berikut. Ada beberapa hal penting dalam mempelajari keterampilan motorik, diantaranya adalah sebagai berikut.
a. Kesiapan belajar Pengembangan keterampilan motorik sangat berkaitan dengan kesiapan belajar anak. Anak yang telah memiliki kesiapan belajar suatu keterampilan #4.43
motorik akan lebih unggul bila dibandingkan dengan anak yang belum memiliki kesiapan untuk mempelajari keterampilan tersebut. Misalnya, anak yang telah memiliki kesiapan untuk belajar membaca maka ia akan lebih cepat dapat membaca bila dibandingkan dengan anak yang belum memiliki kesiapan tersebut dan kesiapan yang dimiliki oleh setiap anak tidaklah sama. Oleh karenanya, pendidik diharapkan untuk tidak membandingkan antara anak yang satu dengan anak yang lain dalam hal keberhasilannya mempelajari suatu keterampilan motorik.
b. Kesempatan belajar
Banyak anak yang sebenarnya telah memiliki kesiapan belajar suatu keterampilan motorik, namun karena tidak Memiliki kesempatan untuk mempelajarinya maka anak tersebut tidak mencapai kemampuan tersebut. Hal ini dapat disebabkan karena lingkungan di sekitarnya tidak menyediakan kesempatan belajar atau karena orang tua atau orang di sekitarnya tidak membiarkan anak belajar keterampilan tersebut dengan alasan takut terluka atau takut terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Misalnya, seorang anak yang tidak mendapat kesempatan untuk belajar mengendarai sepeda maka kemungkinan besar dia tidak akan dapat mengendarai sepeda. Oleh karenanya, pendidik sebaiknya memberikan kesempatan seluas-luasnya pada anak untuk mempelajari berbagai keterampilan motorik dengan cara menyediakan sarana dan prasarana yang aman, nyaman, dan memberi dorongan bahwa setiap anak pasti akan dapat melakukannya.
c. Kesempatan berpraktik
Untuk mempelajari suatu keterampilan motorik seorang anak harus memiliki kesempatan untuk mencoba melakukannya (berpraktik) sesuai dengan kebutuhannya. Seorang anak yang tidak diberikan kesempatan untuk mencoba maka ia tidak akan pemah bisa melakukannya. Jika anak hanya diberi kesempatan untuk melakukan dengan intensitas yang sangat kecil maka kemungkinan kebiasaan untuk melakukan hal yang salah akan lebih besar. Misalnya, keterampilan menggunting yang hanya dilakukan anak sekali saja, selebihnya ia hanya melihat ”model” maka keterampilan mengguntingnya akan sulit untuk memperoleh kemajuan dan kemungkinan besar dia menggunting dengan cara yang salah. Implikasinya adalah pendidik harus selalu memberi kesempatan ada anak untuk ”melakukan” sehingga #4.44
pendidik maupun anak itu sendiri dapat mengoreksi apabila ia melakukannya dengan cara yang tidak benar.
d. Model yang baik
Dalam mempelajari keterampilan motorik, meniru merupakan hal yang sangat penting maka agar anak memiliki suatu keterampilan motorik yang baik dia memerlukan model yang baik pula. Apabila model memberikan contoh dengan cara yang salah maka kemungkinan besar anak akan melakukan keterampilan tersebut dengan cara yang salah pula. Misalnya, cara memegang sendok ketika makan. Bila pendidik memberi contoh yang tidak benar maka besar kemungkinan anak akan meniru hal tersebut dan apabila tidak dikoreksi kebiasaan tersebut akan berlanjut sampai anak itu besar.
e. Bimbingan
Agar dapat meniru suatu model dengan benar, anak memerlukan bimbingan. Selain itu bimbingan juga dapat membantu anak memperbaiki suatu kesalahan sehingga kesalahan tersebut tidak telanjur dipelajari yang akan membuatnya menjadi lebih sulit untuk diperbaiki. Misalnya, pendidik harus membimbing anak cara makan yang baik sambil memberikan contoh.
f. Motivasi
Motivasi belajar sangat penting untuk mempertahankan minat anak untuk mempelajari keterampilan motorik. Sumber motivasi umumnya adalah kepuasan pribadi yang diperoleh anak dari kegiatan tersebut, kemandirian dan gengsi yang diperoleh dari kelompok teman sebayanya, serta kompensasi terhadap perasaan kurang mampu dalam bidang lain. Implikasinya adalah pendidik harus menyediakan keterampilan mulai dari yang mudah ke yang sukar atau sederhana ke kompleks agar anak selalu bisa menyelesaikannya dan tidak membuat anak putus asa karena tidak dapat menyelesaikan tugasnya.
g. Setiap keterampilan motorik harus dipelajari secara individu
Keterampilan motorik harus dipelajari secara individu karena tidak ada hal yang bersifat umum dalam keterampilan tangan dan kaki. Setiap keterampilan memiliki perbedaan dan karakteristik tertentu sehingga keterampilan tersebut harus dipelajari secara individu. Misalnya, cara melempar bola besar tentu saja berbeda dengan melempar bola kecil. #4.45
4.46
Implikasinya adalah pendidik harus memberi kesempatan pada semua anak untuk mempelajari keterampilan tersebut dan tidak hanya satu atau dua orang saja yang diberi kesempatan untuk mencoba melakukannya.
h. Keterampilan sebaiknya dipelajari satu per satu
Apabila anak mempelajari keterampilan motorik secara serempak, khususnya bila menggunakan kumpulan otot yang sama maka akan membuatnya menjadi bingung dan keterampilan yang diperoleh anak akan tidak sesuai dengan yang diharapkan sertakan terjadi pemborosan waktu dan tenaga. Apabila suatu keterampilan sudah dikuasai maka keterampilan lain dapat di dipelajari dengan lebih fokus. Implikasinya bahwa pendidik memberi latihan secara bertahap dan satu per satu. Misalnya, keterampilan memanjat diberikan terlebih dahulu sampai anak menguasainya, kemudian barulah anak diajarkan keterampilan melompat atau sebaliknya. Sebaiknya jangan mengajarkan keterampilan melompat dan memanjat sekaligus.
3. Cara Mempelajari Keterampilan Motorik
Cara yang digunakan anak untuk mempelajari suatu keterampilan motorik penting untuk memperoleh kualitas keterampilan yang dipelajari. Terdapat tiga cara yang paling umum digunakan anak dalam mempelajari keterampilan motorik, yaitu berikut ini.
a. Belajar coba dan ralat (trial and error)
Jika tidak ada model atau contoh tentang suatu keterampilan motorik maka anak akan mempelajarinya dengan cara mencoba-coba beberapa kali hingga dia berhasil menguasai keterampilan tersebut secara benar. Namun, cara ini biasanya akan menghasilkan keterampilan yang jauh di bawah kemampuannya. Misalnya, ketika anak belajar cara naik ayunan tanpa bimbingan maupun contoh. Dia akan mencoba berbagai cara agar dapat memainkan ayunan tersebut. Kemungkinan besar dia akan bisa memainkannya tetapi cara yang dilakukannya belum tentu benar bahkan bisa saja membahayakannya.
b. Meniru (imitation)
Belajar dengan cara meniru atau mengamati (orang tua atau anak lain yang lebih tua) lebih cepat dari pada belajar dengan cara coba dan ralat, tetapi belajar dengan cara ini dibatasi oleh kesalahan yang dilakukan oleh model. #4.46
Hasil yang didapat oleh anak akan kurang baik jika model yang ditirunya jelek. Misalnya, anak belajar berenang dengan melihat contoh yang jelek maka kemungkinan besar kemampuan berenang anak juga akan jelek.
c. Pelatihan
Belajar dengan supervisi atau bimbingan yang dikombinasi dengan meniru model akan menghasilkan keterampilan motorik yang baik. Bimbingan diberikan ketika anak mengamati dan memperhatikan model yang sedang melakukan suatu keterampilan motorik sehingga anak dapat meniru dengan tepat dan juga gerakan-gerakan yang kurang benar dapat langsung diketahui dan diperbaiki. Gerakan pada anak yang salah atau kurang benar yang sudah tertanam dalam diri anak akan sukar untuk dihilangkan.
4. Peningkatan dalam Keterampilan Motorik
Dalam tahap awal mempelajari keterampilan motorik, gerakan tubuh masih janggal dan tidak terkoordinasi dengan baik sena anak masih Banyak melakukan gerakan-gerakan yang tidak perlu.
Pada saat berkembangnya keterampilan motorik, meningkat pula tingkat kecerdasan, akurasi, kekuatan dan efisiensi gerakan. Peningkatan kecepatan yang paling besar terjadi pada masa kanak-kanak, dan kemudian menurun pada saat anak menjelang usia puber. Peningkatan akurasi yang paling besar terjadi pada masa kanak-kanak dan akurasi anak akan membaik pada usia 13 sampai 14 tahun kemudian berhenti. Contohnya, akurasi anak yang berumur 3 tahun hampir dua kali akurasi anak yang berusia 6 tahun. Kestabilan anak membaik sejalan dengan bertambahnya umur namun pada usia berapa tingkat kestabilan paling baik belum dapat ditentukan.
Keterampilan motorik yang cenderung paling memperlihatkan perbaikan yang terbesar adalah keterampilan yang dipelajari di sekolah, kelompok bermain yang dibimbing maupun dalam kegiatan perkemahan saat libur. Keterampilan ini, misalnya menulis, menggambar, melukis, menari, dan kegiatan yang berkaitan dengan keterampilan olah raga. Peningkatan tersebut memperlihatkan perbaikan paling besar karena guru atau pembimbing harus mengarahkan usaha anak ke arah yang benar, selain itu pembimbing dan guru juga berjaga-jaga terhadap kemungkinan timbulnya kesalahan dan mereka bersedia membetulkan kesalahan tersebut sebelum akhirnya menjadi kebiasaan yang salah. Dengan demikian, anak memperoleh keterampilan dan kecakapan yang lebih besar dan lebih baik melalui bimbingan di sekolah dari #4.47
pada yang dipelajarinya melalui teman sebaya atau keterampilan yang dipelajarinya di rumah, sedangkan orang tuanya kurang memiliki waktu untuk membimbingnya. #4.48
Sumber:
Aisyah, Siti. 2008. Materi Pokok Perkembangan dan Konsep dan Pengembangan Anak Usia Dini. Jakarta: Universitas Terbuka Departemen Pendidikan Nasional. Hal.4.42-4.48.
Leave a Reply