AsikBelajar.Com | Teori Piaget tidak luput dari kritik. Muncul pertanyaan tenga beberapa area tentang estimasi terhadap kompetensi anak di level perkembangan yang berbeda-beda; tentang tahap-tahap perkembangan; tentang pelatihan anak untuk melakukan penalaran pada level yang lebih tinggi dan tentang kultur dan pendidikan.
1) Estimasi kompetensi anak. Beberapa kemampuan kognitif anak muncul lebbih awal ketimbang yang diyakini Piaget. Misalnya sepeti yang telah disebutkan di atas. Beberapa aspek dari objek permanen muncul lebih awal ketimbang yang diyakini ooleh Piaget. Bahkan anak usia dua tahun dalam beberapa konteks tertentu bersifat non egosentris ketika mereka menyadari bahwa orang lain tidak melihat suatu objek, mereka akan meneliti apakah orang tua buta atau sedang mengarahkan perhatian ke tempat lain.
Konservensi angka telah muncul sejak usia tiga tahun, sementara Piaget berpendapat kemampuan ini baru muncul pada usia tujuh tahun. Anak-anak biasanya tidak secara tegas masuk ketahap “pra-” ini atau “pra-’itu (prakausal, praoperasional) sebagaimana yang diyakini oleh Piaget. Kemampuan kognitif lain dapat muncul lebih kemudia ketimbang yang dianggap Piaget. Banyak remaja masih berfikir dalam tahap operasional konkret atau baru saja akan menguasai pemikiran operasional formal. Bahkan #79
banyak orang dewasa bukan pemikir opersional formal. Ringkasnya revisi teoritiis belakangan ini menunjukkan adanya kompetensi yang lebih kognitif di kalangan bayi dan anak kecil dan ada labih banyak kekurangan kognitif di kalangan remaja dan dewasa.
2) Tahap. Piaget memandang tahapan sebagai struktur pemikiran yang seragam. Jadi teorinya mengasumsikan perkembangan yang sinkron yaitu berbagai aspek dari satu tahap akan muncul pada saat yang sama. Akan tetapi beberapa konsep operasional konkrit tidak muncul secara sinkron atau empak. Misalnya anak-anak tidak belajar untuk melakukan conservation pada saat yang sama ketika mereka belajar melakukan klasifikasi silang. Jadi, kebanyakan teoritisi developmental kontemporer sepakat bahwa perkembangan kognitif anak-anak tidak bertahap seperti diyakini oleh Piaget.
3) Melatih anak untuk menalar pada level yang lebih tinggi. Beberapa anak yang pada tahap kognitif (seperti pra operasional) dapat dilatih untuk bernalar) seperti pada tahap kognitif yang lebih tinggi (misalnya operasional konkrit). Ini menimbulka problem bagi Piaget. Dia mengatakan bahwa training seperti itu tidak efektif dan dangkal, kecuali si anak berada di dalam titik transisi kedewasaan diantara tehapan tersebut.
4) Kultur dan pendidikan. Kultur dan pendidikan lebih banyak memengaruhi perkembangan anak ketimbang yang dipikirkan Piaget. Usia anak mendapatkan kemampuan konservasi terkait denagn sejauh mana kultur mereka memberikan praktik yang relevan. Guru dan pengajar yang hebat dalam logika mathematika dans sains dapat meningkatkan kemampuan pemikiran operasional formal dan konkret si anak.
Tetapi beberapa psikolog perkembangan percaya bahwa kita tidak boleh meninggalkan semua teori Piaget. Mereka ini yang dinamakan aliran neo-Piagetian, mengatakan bahwa teori Piaget ada yang benar, tetapi teorinya perlu banyak direvisi. Dalam merevisi teori Piaget banyak ahli yang menekankan pada bagaimana anak memproses informasi memalui perhatian, memory dan strategi. Mereka terutama percaya bahwa pegamatan yang lebih akurat tentag strategi, seberapa cepat #80
dan seberapa otomatiskah anak memproses informasi, kegaitan kognitif tertentu yang dilakukan. Pengamatan ini juga mesti membagi problem kognitif menjadi langkah-langkah yang lebih kecil namun tepat. Walaupun mendapat kritik namun teori Piaget sangat penting karena informasi tentang tahapan-tahapan perkembangan Piaget dapat diaplikasikan untuk mengajar anak-anak. #81
Sumber:
Khadijah, 2016. Pengembangan Kognitif Anak Usia Dini. Medan: Perdana Publishing. Hal. 79-81.
Leave a Reply