AsikBelajar.Com | Kecerdasan dan kreativitas memiliki kaitan yang erat walaupun tidak mutlak. Orang yang kreatif dapat dipastikan ia orang yang cerdas namun tidak selalu orang yang cerdas pasti kreatif. Lahirnya sebuah karya kreatif, membutuhkan lebih dari sekadar kecerdasan. Kreativitas merupakan salah satu ciri perilaku yang menunjukkan perilaku inteligent (cerdas), namun kreativitas dan intelegensi tidak selalu menunjukkan korelasi yang memuaskan. Sebab skor IQ yang rendah memang selalu diikuti oleh tingkat kreativitas yang rendah pula, namun skor IQ yang tinggi ternyata tidak selalu dibarengi oleh tingkat kreativitas yang tinggi pula.
Dibawah ini adalah contoh perilaku anak cerdas yang ditunjukkan dengan skor IQ tinggi memiliki karakteristik kreatif :
a. Lincah dalam berfikir yang sering kali ditandai dengan rasa ingin tahu yang besar, serta aktif dan giat dalam bertanya dan cepat tanggap dalam menjawab suatu persoalan.
b. Tepat dan cermat dalam bertindak dengan memperhitungkan berbagai konsekuensi yang mungkin muncul dari pilihan tindakannya tersebut. Sebagai konsekuensi dari perilaku ini orang kreatif biasanyua menunjukkan sikap yang penuh dedikasi dan senang senantiasa aktif dalam menjalankan tugas dan tanggung jawab.
c. Mempunyai semangat bersaing yang tinggi baik terhadap diri sendiri atau terhadap orang lain, dengan kata lain setiap menemukan rangsangan positif maupun negatif dari lingkungan dapat dimanfaatkan untuk motivasi diri.
d. Selalu berkeinginan untuk menjadi lebih baik dari waktu ke waktu. Cepat menemukan perbedaan dan mudah menangkap yang tidak biasa yang akan dijadikannya sebagai bahan dasar untuk menemukan kreativitas lebih lanjut.
e. Dapat menggunakan kesadaran yang tinggi untuk mengumpulkan #129
informasi dengan cepat sehingga mereka dapat belajar dari pengalamannya dan memanfaatkannya dalam mengembangkan diri.
f. Memiliki kepekaan yang tinggi, responsive, memiliki empati yang tinggi.
g. Memiliki keinginan belajar yng tinggi dan tidak mudah putus asa dalam proses yang dilaluinya.
h. Tidak kaku dan memiliki spontanitas yang tinggi terhadap segala stimulan yang muncul baik dan lingkungan interen ataupun lingkungan eksteren.
i. Memiliki kemampuan bertahan untuk menghadapi frustasi sehingga tidak mudah putus asa dalam menghadapi permasalahan yang mana mereka memiliki rasa percaya diri yang tinggi dan mandiri.
j. Mampu mengendalikan diri, mengatur suasana hati dan menjaga beban stres agar tidak melumpuhkan kemampuan berfikir (stabilitas emosi yang baik).
Kreativitas akan muncul pada individu yang memiliki motivasi tinggi, rasa ingin tahu, dan imajinasi. Seseorang yang kreatif akan selau mencari dan menemukan jawaban, dengan kata lain mereka senang memecahkan masalah. Permasalahan yang muncul selalu difikirkan kembali, disusun kembali, dan selalu berusaha menemukan hubungan yang baru, mereka selalu bersikap terbuka terhadap sesuatu yang baru dan tidak diketahui sebelumnya.
Pada umumnya, orang tua sering menjadi guru untuk anaknya. Orang tua selalu menjelaskan rasa ingin tahu anak, mengenalkan bermacam- macam binatang, bunga, dan hal-hal penting lainnya. Sementara itu, anak tekun mendengarkan dan menyimak setiap kata yang diucapkan oleh orang tuanya. Menjelaskan sesuatu yang dibutuhkan memang sangat positif karena bisa memperkaya dan memperluas wawasan anak. Hanya perlu diketahui oleh orang tua adalah dalam diri anak usia dini terdapat gambaran (imajinasi).
Oleh karena itu, jika sebelumnya orang tua menjadi subjek dan anak menjadi objek maka kini perannya dibalik, orang tua yang harus #130
menjadi pendengar ocehan anak. Dengan memberinya kesempatan menjadi guru atau komentator, anak bisa belajar banyak hal. Hal ini karena bentuk komunikasi yang semula bersifat satu arah berubah menjadi dua arah, sehingga komunikasi menjadi lebih dinamis, hangat, dan menyenangkan. Anak juga belajar dari pengalamannya sehari-hari. Setiap hari dia menyerap informasi dan kemudian tersimpan baik dalam memorinya. Sebab itu, orang tua perlu memberikan kesempatan kepada anak untuk menunjukkan pengetahuannya. Jika anak pasif, maka untuk memulainya orang tua bisa memancing anak agar mau menjelaskan sesuatu, misalnya jika anak sedang asik membaca buku pancinglah informasi yang ditangkapnya atau saat anak mendapat beberapa keterampilan baru dari sekolah. Dengan demikian anak merasa dihargai dan menganggap orang tua bersungguh-sungguh meminta penjelasan.
Jadi, dengan adanya komunikasi dua arah akan memberikan beberapa manfaat yang akan diperoleh anak jika ia diberi kesempatan untuk menjelaskan sesuatu. Berikut ini adalah beberapa manfaatnya:
a. Mengembangkan kemampuan berbicara
Anak belajar memahami sesuatu, kemudian menyusun kata-kata untuk menjelaskannya sehingga kemampuan bicaranya semakin berkembang. Pada awalnya, kemungkinan anak hanya memberikan jawaban pendek, tetapi lambat laun seiring dengan berkembangnya pemahaman tentang benda itu, penjelasannya akan semakin panjang.
b. Mengasah kemampuan menjelaskan
Dengan memberikan kesempatan kepada anak unutk menerangkan, maka kita telah mengajari anak untuk membuat sebuah penjelasan yang baik. Anak akan belajar menjelaskan sesuatu yang sistematis.
c. Menumbuhkan keberanian
Kemampuan menjelaskan atau mengajarkan sesuatu juga membutuhkan keberanian. In ilah yang harus dipupuk sejak usia dini. Anak harus diajarkan keberanian agar dia mampu dan bisa mengajarkan sesutu kepada orang lain. Dia juga harus diajarkan bahwa ada beberapa informasi yang tidak diketahui orang lain tapi diketahui olehnya. #131
d. Meningkatkan kepercayaan diri
Dengan memberinya kesempatan untuk menjelaskan, menjadi guru, anak akan merasa dihargai dan dinilai lebih pandai.
e. Membangkitkan motivasi belajar
Anak lebih termotovasi untuk belajar dan memahami sesuatu. Saat mengetahui sebuah benda dia tidak boleh tau nama benda itu, tetapi juga segala informasi lain tentang benda tersebut.
f. Muncul interaksi dan keterbukaan
Kebiasaan berdialog akan menumbuhkan komunikasi positif di dalam keluarga. Anak terbiasa terbuka tentang segala hal yang dialaminya. Hal ini sangat baik untuk mempererat hubungan antara orang tua dan anak. #132
Sumber:
Khadijah, 2016. Pengembangan Kognitif Anak Usia Dini. Medan: Perdana Publishing. Hal. 129-132.
Keyword terkait:
Kreativitas dan Media Pengembangan Kognitif AUD
Leave a Reply