AsikBelajar.Com | Pendidik anak usia dini (orang tua, pengasuh, dan guru) perlu mengingat bahwa bahasa berkembang sangat efisien di dalam sebagian besar individu. Orang dewasa seharusnya berusaha untuk tidak memfokuskan pada “masalah,” misalnya ketidakmampuan anak mengucapkan kata-kata seperti orang dewasa (misalnya, ketika anak mengucapkan r seperti l). Namun demikian, jika seorang anak tidak dapat mendengar yang dikatakan orang lain padanya; jika anggota keluarga dan orang yang terdekat padanya sulit mengerti apa yang dikatakannya; atau jika dia berbeda dari anak-anak seumurnya dalam kemampuan berkomunikasinya, maka orang dewasa harus membawanya ke spesialis anak dalam bidang bicara, bahasa, dan mendengar.
Guru dapat membantu mendorong perkembangan bahasa anak yang alami dengan menyediakan lingkungan yang penuh dengan kesempatan mengembangkan bahasa. Berikut Ini adalah beberapa petunjuk umum untuk guru, orang tua, dan pengasuh :
1. Pahamilah bahwa setiap bahasa atau dialek yang diucapkan anak, berguna sebagai suatu cara komunikasi yang sah, sebab hal tersebut merefleksikan identitas, nilai, dan pengalaman-pengalaman dari keluarga dan masyarakat tempat anak berada.
2. Perlakukan anak seperti seorang pembicara yang mahir, meskipun ia belum dapat berbicara. Anak belajar sangat dini tentang bagaimana suatu percakapan berlangsung (mengambil giliran, melihat penuh perhatian, menggunakan ekspresi muka, ketika berbicara dengan orang dewasa).
3. Dorong interaksi antar anak. Belajar dengan teman adalah bagian yang penting dari pengembangan bahasa anak, khususnya dalam suatu kelompok dengan usia yang berbeda-beda. Harus ada keseimbangan antara kegiatan individual dengan kerjasama dan diskusi, seperti bermain drama, bermain balok, membaca bersama, atau bermain menjadi tukang kayu. #6.28
4. Ingatlah bahwa orang tua, pengasuh, dan guru adalah sumber pengembangan bahasa anak. Anak belajar banyak dari orang dewasa karena orang dewasa adalah pembicara, penanya, pendengar, penanggap, dan pendorong utama perkembangan dan pertumbuhan bahasa anak.
5. Doronglah anak untuk terus melakukan interaksi dengan temannya pada saat anak mulai memahami bahasa tulisan. Anak di kelas-kelas sekolah dasar dapat terus mengembangkan kemampuan berbicara dengan berkonsultasi satu sama lain, saling mengajukan pertanyaan, dan saling memberikan informasi tentang berbagai hal. Ingatlah bahwa setiap bidang pengembangan dalam kurikulum dikembangkan melalui bahasa, sehingga bahasa selalu digunakan dalam setiap peristiwa pembelajaran.
Selain petunjuk umum tersebut, secara khusus kita dapat melakukan pengembangan bahasa anak secara berbeda di setiap fase perkembangan.
Berikut adalah hal-hal penting yang perlu kita lakukan di setiap fase perkembangan.
1. Bayi (usia 4-7 bulan)
Dorong keinginan bayi berbicara dengan berbicara padanya sepanjang hari. Ketika ia mengucapkan kalimat yang dapat dikenali, ulangi/ucapkan kembali kepadanya dan ucapkanlah kata-kata sederhana yang mengandung suara tersebut. Sebagai contoh, jika suaranya sepanjang hari adalah “ba,” perkenalkan dia dengan “bapak” “balon” “basah” dan sebagainya.
Partisipasi kita dalam perkembangan bahasa anak, akan menjadi lebih penting setelah anak berumur 6 atau 7 bulan, ketika ia mulai secara aktif meniru suara percakapan. Selebihnya, ia mungkin mengulang satu kata sepanjang hari atau bahkan beberapa hari sebelum mencoba kata-kata yang lain. Tetapi sekarang dia menjadi lebih responsif kepada suara yang kita buat, dan ia akan mencoba mengikuti arahan kita. Jadi perkenalkan ia kepada kalimat sederhana dan kata-kata seperti “bayi,” “kucing,” “anjing,” “pergi,” “panas,” “dingin” dan “jalan,” juga “mama” dan “dada.” Meskipun jauh sebelum kita memahami apa yang dikatakannya, bayi dapat memahami beberapa kata-kata dengan baik sebelum hari ulang tahun pertamanya.
2. Toddler (18 bulan 3 tahun)
Kita akan belajar memahami apa yang dikatakan anak dengan bantuan gesturnya. Jangan menganggap bodoh kesalahan bahasanya. Berikan waktu #6.29
secukupnya kepada anak untuk menyelesaikan apa yang ingin dikatakannya tanpa terburu-buru, dan kemudian jawablah dengan pengucapan kata yang benar. Misalnya anak mengatakan “boba”, kita dapat membetulkannya dengan mengatakan “betul, ini sebuah bola!”. Jika kita bersabar dan tanggap, kemampuan mengucapkannya secara bertahap akan bertambah.
3. Anak Usia Kelompok Bermain (3-4 tahun)
a. Memperluas kosa kata
Kita harus dapat melihat bagaimana anak menggunakan bahasa untuk menolongnya memahami dan berpartisipasi dalam suatu peristiwa yang terjadi di sekelilingnya. Misalnya, ia dapat menamai sebagian besar benda yang dikenalnya, dan ia akan dengan bebas bertanya “Apa ini?” Ketika ia tidak dapat menyebut sesuatu berdasarkan namanya, kita dapat menolongnya dengan memperluas kosa kata dan menyediakan tambahan kata-kata yang mungkin tidak ia minta. Sebagai contoh, jika ia menunjuk pada sebuah mobil dan berkata, “Mobil besar,” kita mungkin menjawab, “Ya itu mobil abu-abu besar. Lihat betapa mengkilapnya permukaannya.” Atau ketika ia membantu kita mengambil bunga, uraikan warna masing-masing bunga yang ia kumpulkan. “Itu setangkai bunga mawar yang putih, merah, dan indah, dan itu bunga melati yang putih.”
Kita juga bisa menolongnya menggunakan kata-kata untuk menguraikan sesuatu dan ide yang tidak bisa ia lihat. Misalnya : ketika ia menguraikan “binatang” dalam mimpinya, tanyakan padanya apakah binatang tersebut galak atau ramah. Tanyakan padanya tentang warna binatang tersebut, dimana hidupnya, apakah ia punya teman. Hal ini bukan hanya membantu anak menggunakan kata untuk mengekspresikan fikirannya, tetapi juga dapat menolongnya mengatasi rasa takutnya dari suatu bayangan yang asing dan menakutkan.
b. Menjelaskan kata ganti
Anak tiga tahun masih belajar menggunakan kata ganti, seperti “saya,” “ku,”kamu dan “mu”. Sederhana tampaknya, namun kata ganti tersebut sulit dikuasai sebagai sesuatu yang kompleks, kata ganti berubah tergantung pada siapa yang bicara. Seringkali, dia menggunakan namanya daripada mengatakan “aku” atau “ku.” Atau ketika mengatakan kepada kakaknya, dia mungkin mengatakan “kakak” daripada “kamu”, Jika kita mencoba # 6.30
membetulkannya (sebagai contoh dengan mensugestikan, “katakan aku mau kueh”), kita mungkin semakin membingungkan dia, karena ia akan berfikir kita sedang membicarakan diri kita. Oleh karena itu gunakan kata ganti ini dengan benar dalam percakapan. Katakan “saya mau kamu datang ke sini” dari pada “Ibu/ayah mau kamu datang kesini.” Hal ini bukan hanya menolongnya belajar penggunaan yang benar dari kata-kata ini, tetapi akan membantunya menstabilkan perasaan bahwa kita adalah bagian individual dari peran kita sebagai ibu/ayah.
4. Anak Usia TK (3-4 tahun)
a. Menangani sifat boss dan kata-kata sumpah
Untuk membantu menghilangkan sikap nge”bos”, ajarilah anak bagaimana menggunakan kata “tolong” dan “terimakasih.” Tetapi dalam hal ini kita perlu mengingat kembali bagaimana kita dan orang tua lainnya memperlakukan anak. Pada kenyataannya anak mengulang beberapa macam perintah yang sering didengar dari orang tuanya.
Cara terbaik menghapuskan prilaku mengeluarkan kata-kata sumpah adalah dengan menjadi contoh yang baik dan berusaha dengan sadar untuk tidak menggunakan kata-kata ini, meskipun kita sedang stres. Sebagai tambahan, cobalah meminimalisasi anak kita menggunakan kata-kata ini tanpa memberikan perhatian terlalu banyak padanya. Anak mungkin tidak tahu apa maksud kata-kata ini, ia hanya menikmati menggunakannya saja.
b. Menangani kemarahan
Ketika anak marah, kita akan mendengar anak menggunakan kata-kata amarahnya. Tentu saja anak akan mengarah pada kemarahan secara fisik, dan hal ini akan mengganggu kita. Akan tetapi ketika anak hanya menggunakan kata-katapun kita tentu merasa terganggu juga. Jika dia mengatakan “Aku benci kamu!” yang sebenarnya dia maksudkan adalah “aku sangat marah, dan. aku ingin kamu membantuku menyelesaikan urusan perasaanku.” Dengan bersikap marah dan berteriak kembali padanya, kita akan membuatnya merasa lebih sakit hati dan bingung. Sebaliknya, jika kita tetap tenang dan mengatakan padanya bahwa kita tahu sesungguhnya dia tidak benar-benar membenci kita. Kemudian beritahu dia bahwa tidak apa-apa ia marah, dan kemudian kita bicarakan dengannya kejadian yang membuatnya marah. Cobalah memberinya kata-kata yang memungkinkan ia mengatakan pada kita apa yang dirasakan. #6.31
Jika anak tidak terlalu marah, tanggapan yang baik adalah berupa lelucon. Sebagai contoh, jika ia memanggil kita “penyihir jahat,” kita bisa tertawa dan menanggapi, “dan aku baru saja mendidihkan air sepanci berisi sayap kelelawar dan bola mata. Mau ikut makan malam denganku?” Humor semacam ini adalah cara yang sangat bagus untuk menghilangkan kemarahannya dan sekaligus kejengkelan kita. Tentu, kadang-kadang anak tidak mengucapkan kata-kata yang menyerang untuk menguji kesabaran kita. Suara yang datar dan terus menerus mengucapkan kata yang sama juga akan menguji kesabaran kita. Salah satu pemecahan masalahnya adalah mengarahkan enerji verbalnya (enerji yang digunakan untuk bicara). Sebagai contoh, ajari ia beberapa lagu, atau puisi. Ini akan membantunya menaruh perhatian kepada kata-kata yang kita ucapkan dan akan menumbuhkan penghargaannya kepada bahasa tulisan. #6.32
Sumber:
Aisyah, Siti. 2008. Materi Pokok Perkembangan dan Konsep dan Pengembangan Anak Usia Dini. Jakarta: Universitas Terbuka Departemen Pendidikan Nasional. Hal. 6.28 – 6.32
Leave a Reply