Hal penting yang harus diingat bagi siapa saja yang ingin mempraktekkan kepemimpinan transformasional adalah tidak hanya mengandalkan kharisma personalnya, tapi ia harus mencoba untuk memberdayakan stafnya serta melaksanakan fungsi-fungsi kepemimpinan (Leithwood, 1992: 69). Adapun definisi rincian masing-masing ciri utama tersebut
(ciri-ciri kepemimpinan yang baik menurut teori kepemimpinan transformasional) adalah sebagai berikut :
Idealisasi pengaruh adalah perilaku yang menghasilkan standar perilaku yang tinggi, memberikan wawasan dan kesadaran akan visi, menunjukkan keyakinan, menimbulkan rasa hormat, bangga dan percaya, menumbuhkan komitmen dan unjuk kerja melebihi ekspektasi, dan menegakkan perilaku moral yang etis.
Pemimpin yang memiliki idealisasi pengaruh akan menunjukkan perilaku antara lain: mengembangkan kepercayaan bawahan kepada atasan, membuat bawahan berusaha meniru perilaku dan mengidentifikasi diri dengan pemimpinnya, menginspirasikan bawahan untuk menerima nilai-nilai, norma-norma dan prinsip-prinsip bersama, mengembangkan visi bersama, menginspirasikan bawahan untuk mewujudkan standar perilaku secara konsisten, mengembangkan budaya dan ideologi organisasi yang sejalan dengan masyarakat pada umumnya, dan menunjukkan rasa tanggung jawab sosial dan jiwa melayani yang sejati.b. Motivasi Inspirasional (Inspirational Motivation)
Motivasi inspirasional adalah sikap yang senantiasa menumbuhkan tantangan, mampu mencapai ekspektasi yang tinggi, mampu membangkitkan antusiasme dan motivasi orang lain, serta mendorong intuisi dan kebaikan pada diri orang lain. Pemimpin mampu membangkitkan semangat anggota tim melalui antusiasme dan optimisme. Pemimpin juga memanfaatkan simbol-simbol untuk memfokuskan usaha dan mengkomunikasikan tujuan-tujuan penting dengan cara yang sederhana. Pemimpin yang memiliki motivasi inspirasional mampu meningkatkan motivasi dan antusiasme bawahan, membangun kepercayaan diri terhadap kemampuan untuk menyelesaikan tugas dan mencapai sasaran kelompok.
c. Konsiderasi Individual (Individualized Consideration)
Konsiderasi individual adalah perilaku yang selalu mendengarkan dengan penuh kepedulian dan memberikan perhatian khusus, dukungan, semangat, dan usaha pada kebutuhan prestasi dan pertumbuhan anggotanya. Pemimpin transformasional memiliki perhatian khusus terhadap kebutuhan individu dalam pencapaiannya dan pertumbuhan yang mereka harapkan dengan berperilaku sebagai pelatih atau mentor. Bawahan dan rekan kerja dikembangkan secara suksesif dalam meningkatkan potensi yang mereka miliki. Konsiderasi ini sangat mempengaruhi kepuasan bawahan terhadap atasannya dan dapat meningkatkan produktivitas bawahan. Konsiderasi ini memunculkan antara lain dalam bentuk memperlakukan bawahan secara individu dan mengekspresikan penghargaan untuk setiap pekerjaan yang baik.
d. Stimulasi Intelektual (Intellectual Stimulation)
Stimulasi intelektual adalah proses meningkatkan pemahaman dan merangsang timbulnya cara pandang baru dalam melihat permasalahan, berpikir, dan berimajinasi, serta dalam menetapkan nilai-nilai kepercayaan. Dalam melakukan kontribusi intelektual melalui logika, analisa, dan rasionalitas, pemimpin menggunakan simbol sebagai media sederhana yang dapat diterima oleh pengikutnya. Melalui stimulasi intelektual pemimpin dapat merangsang tumbuhnya inovasi dan cara-cara baru dalam menyelesaikan suatu masalah. Melalui proses stimulasi ini akan terjadi peningkatan kemampuan bawahan dalam memahami dan memecahkan masalah, berpikir, dan berimajinasi, juga perubahan dalam nilai-nilai dan kepercayaan mereka. Perubahan ini bukan saja dapat dilihat secara langsung, tetapi juga perubahan jangka panjang ysng merupakan lompatan kemampuan konseptual, pemahaman dan ketajaman dalam menilai dan memecahkan masalah.
Menurut Bass sebagaimana yang dikutip oleh Robbins (Danim, 2009: 57), bahwa ada empat ciri kepemimpinan transformasional, yakni 1) Karismatik, 2) Stimulasi inspiratif, 3) Stimulasi intelektual dan 4) Pertimbangan individu.
Keempat ciri kepemimpinan yang dimaksud adalah sebagai berikut:
1) Karismatik
Karismatik yaitu memberikan visi dan misi organisasi dengan jelas, menanamkan kebanggaan, memperoleh respek, dukungan dan kepercayaan dari bawahan atau rekan kerjanya (Danim, 2009: 57).
Selanjutnya Dubrin (2005: 44) menjelaskan bahwa karisma adalah pesona personal dan daya tarik pribadi yang dipakai untuk memimpin orang lain. Menurut Dubrin, dimensi perilakunya adalah optimis, jujur, ekspresi wajah yang hidup, pujian beralasan, tampilan gagah dan bersikap tegas, tindakan dan gerakan mempunyai tujuan.
Menurut Wahjosumidjo (2008: 34), bahwa kepemimpinan kharismatik adalah sebagai berikut:
1. Bawahan menaruh kepercayaan terhadap kebenaran dan keyakinan pimpinan.
2. Ada kesamaan keyakinan bawahan dan pimpinan.
3. Penerimaan tanpa perlu dipersoalkan dari bawahan terhadap pimpinan.
4. Terdapat rasa kasih sayang pengikut kepada pimpinan.
5. Kemauan untuk patuh dari bawahan terhadap pimpinan.
6. Keterlibatan secara emosional dari bawahan dalam melaksanakan misi organisasi.
7. Mempertinggi penampilan dalam mencapai tugas dari bawahan.
8. Ada keyakinan bawahan bahwa pemimpin akan memberikan bantuan demi keberhasilan misi kelompok.
Menurut Balitbang (2003: 17), karisma diartikan sebagai pola perilaku yang mencerminkan kewibawaan dan keteladanan. Melalui karisma pemimpin, akan mampu menumbuhkan rasa percaya diri dan saling mempercayai antara dirinya dengan bawahan. Karisma seorang pemimpin akan menyebabkan bawahan menerima sebagai model yang ingin ditirunya setiap saat dan pada gilirannya akan memberikan bawahan serta kesadaran misi dan membangkitkan kebanggaan serta menumbuhkan rasa hormat dan kepercayaan pada bawahan. Hal ini karena seorang pemimpin yang memiliki karisma akan lebih mudah dalam mengajak dan mempengaruhi para bawahan serta bersama-sama mengembangkan dan memajukan unit kerja.
Aspek-aspek perilaku karisma adalah sebagai berikut:
a. Keteladanan
Seorang pemimpin yang menjadi panutan ia harus mempunyai sikap setia kepada organisasi, setia pada bawahan, dedikasi pada tugas, disiplin kerja, landasan moral dan etika yang digunakan, kejujuran, perhatian pada kepentingan dan berbagai nilai-nilai yang bersifat positif. Selain itu, keteladanan kepala sekolah tidak hanya tercermin dalam kehidupan organisasi, akan tetapi juga dalam kehidupan pribadinya seperti kehidupan keluarga yang harmonis, gaya hidup yang sesuai dengan kemampuan dengan memperhitungkan keadaan lingkungan, dan kepekaan terhadap kondisi sosial lainnya (Siagian, 1990: 105).
b. Berlaku jujur
Pemimpin karismatik adalah pemimpin yang jujur dan terbuka pada orang lain, tidak kaku, biasanya terus terang dalam memberikan penilaian atas sesuatu dan situasi. Kebenaran itu pahit, tetapi tidak melemahkan pemimpin yang karismatik (Dubrin, 2005: 49).
c. Kewibawaan
Menurut Fiedler dan Chamers (Wahjosumidjo, 2001: 20), kewibawaan merupakan keunggulan, kelebihan atau pengaruh yang dimiliki oleh pimpinan. Kewibawaan pimpinan dapat mempengaruhi orang lain, menggerakkan, memberdayakan segala sumber daya institusi kerja untuk mencapai tujuan institusi sesuai dengan keinginan pimpinan.
d. Memiliki semangat
Optimisme dan enerjik merupakan kualitas yang luar biasa dari orang yang karismatik yaitu selalu bersemangat, optimis dan enerjik setiap saat.
e. Pujian yang beralasan
Pemimpin karismatik, selalu jujur dan memberi pujian. Pujian jujur membuat orang lain merasa senang. Membuat orang lain senang merupakan salah satu ciri pemimpin karismatik (Dubrin, 2005: 51).
f. Menggunakan ekspresi wajah yang hidup
Pemimpin karismatik selalu menunjukkan ekspresi wajah yang hidup, menghargai setiap bawahan yang diekspresikan dengan tulus, bersikap positif terhadap bawahan, tetap menghormati dan bersedia sepakat untuk berbeda pendapat, jika itu pilihannya (Trusco, 2002: 268).
2) Stimulasi Inspiratif
Stimulasi inspratif adalah mengkomunikasikan harapan tinggi, menggunakan lambang-lambang untuk memfokuskan upaya mengungkap-kan maksud-maksud penting dengan cara yang sederhana (Danim, 2009: 57).
Aspek perilaku dari stimulasi inspirasional adalah:
a. Komunikasi yang efektif
Menurut Gibson, Ivancevich dan Donelly (Danim, 2009: 17), bahwa komunikasi adalah pemindahan informasi dan pemahaman dengan menggunakan simbol-simbol verbal dan non verbal yang didalamnya mencakup komunikator, pesan, media, penerima pesan dan tanggapan baik.
Ada delapan faktor yang mempengaruhi komunikasi efektif, yaitu 1) mengkomunikasikan kemenangan, 2) membandingkan antara kata-kata dan perbuatan, 3) komitmen untuk melakukan komunikasi dua arah, 4) menitiberatkan pada komunikasi secara tatap muka, 5) meng-komunikasikan pembagian tanggung jawab, 6) mempertimbangkan baik-buruk, 7) mengetahui siapa pengguna, klien dan audien, 8) memiliki strategi komunikasi (Danim, 2009: 18).
b. Motivasi
Motivasi merupakan suatu kekuatan atau tenaga atau daya atau suatu keadaan yang kompleks dan kesiapsediaan dalam diri individu untuk bergerak ke arah tujuan tertentu baik disadari maupun tidak didasari (Makmun, 2009: 37).
Motivasi merupakan aspek psikologis yang mempengaruhi perilaku seseorang, yang mendorong untuk melakukan sesuatu untuk mencapai tujuan atau kebutuhan, baik sadar atau tidak sadar (Thoha, 2010: 207).
Perilaku manusia, selalu mengandung tiga aspek, yang kedudukannya bertahap dan berurutan, yaitu:
a) Motivating state, yaitu timbulnya kekuatan dan terjadinya kesiapsediaan sebagai akibat terasanya kebutuhan jaringan atau sekresi, hormonal dalam diri seseorang atau karena terangsang oleh simulasi tertentu.
b) Motivated behavior, yaitu bergeraknya seseorang ke arah tujuan tertentu sesuai dengan sifat kebutuhan yang hendak dipenuhi dan dipuaskan.
c) Satisfied conditions, yaitu dengan berhasilnya dicapai tujuan yang dapat memenuhi kebutuhan yang terasa, maka keseimbangan dalam diri seseorang pulih kembali yakni terpeliharanya homeostatis, kondisi demikian dihayati sebagai rasa nikmat, puas dan lega. Jika yang terjadi sebaliknya, tujuannya tidak tercapai, maka terjadilah ketegangan yang memuncak sehingga seseorang merasa kecewa (frustation) (Makmun, 2009: 39).
c. Pemberian inspirasi
Kepala sekolah pada hakekatnya adalah sumber semangat bagi para guru, staf dan siswa. Oleh sebab itu kepala sekolah harus selalu membangkitkan semangat, percaya diri terhadap para guru, staf dan siswa sehingga mereka menerima dan memahami tujuan sekolah secara antusias, bekerja secara bertanggungj awab ke arah tercapainya tujuan sekolah (inspiring) (Wahjosumidjo, 1999: 109).
3) Stimulasi Intelektual
Dalam stimulasi intelektual, pemimpin mendorong bawahan untuk memikirkan kembali cara kerja dan mencari-cari cara kerja baru dalam menyelesaikan tugasnya. Pengaruhnya diharapkan, bawahan merasa pimpinan menerima dan mendukung mereka untuk memikirkan cara-cara kerja mereka, mencari cara-cara baru dalam menyelesaikan tugas, dan merasa menemukan cara-cara kerja baru dalam mempercepat tugas-tugas mereka. Pengaruh positif lebih jauh adalah menimbulkan semangat belajar yang tinggi (oleh Peter Senge, hal ini disebut sebagai “learning organization”).
Aspek perilaku dari stimulasi intelektual adalah:
a. Inovatif
Adalah pimpinan mengajak bawahan untuk melakukan sesuatu yang baru atau menemukan sesuatu dalam pengembangan institusi ke arah perubahan sesuai dengan yang ditetapkan. Selain itu, pimpinan harus menimbulkan kepekaan para staff terhadap sesuatu yang baru dan dapat diimplementasikan.
b. Profesionalisme
Seseorang dikatakan profesional jika melakukan pekerjaannya dengan keahlian khusus dan menghasilkan produk yang berkualitas, bertang-gungjawab dan sistematis (Trusco, 2002: 405).
c. Evaluasi diri
Pemimpin transformasional selalu mengevaluasi diri atas tindakan-tindakan yang dilakukan dengan tujuan untuk perbaikan selanjutnya.
d. Mengembangkan ide baru
Pemimpin transformasional selalu mencari ide-ide baru dalam mengembangkan organisasi dan ide tersebut disampaikan pada bawahan untuk diimplementasikan.
e. Kepemimpinan kolektif
Kepemimpinan yang melibatkan bawahan dalam perencanaan dan pengambilan keputusan dalam organisasi. Pimpinan tidak melakukan sendiri pekerjaan atau hanya menugaskan pada orang-orang tertentu saja, melainkan melibatkan semua anggota organisasi untuk terlibat dalam rangka mencapai tujuan.
f. Kreatif
Pimpinan mendorong bawahan untuk kreatif dalam melaksanakan tugas.
4) Pertimbangan Individual
Pertimbangan individual adalah memberikan perhatian pribadi, memperlakukan setiap karyawan secara individual, melatih dan menasehati (Danim, 2009: 57).
Menurut Wahjosumidjo (1999: 24), bahwa pertimbangan individual (Individual consideration) menunjukkan perilaku yang bersahabat, saling adanya kepercayaan, saling menghormati dan hubungan yang sangat hangat dalam kerja sama antara pemimpin dengan anggota kelompok. Seorang pemimpin transformasional akan memperhatikan faktor-faktor individu sebagaimana mereka tidak boleh disamaratakan karena adanya perbedaan, kepentingan, latar belakang, sosial budaya, dan pengembangan pribadi yang berbeda satu dengan lain. Pemimpin transformasional akan memberikan perhatian untuk membina, membimbing dan melatih setiap anggota sesuai dengan karakteristik individu yang dipimpinnya.
Selanjutnya Bass (1985: 29) mengatakan bahwa kepemimpinan transformasional mau mendengarkan dengan penuh perhatian masukan-masukan bawahan/pengikut serta secara khusus mau memperhatikan kebutuhan bawahan/pengikut akan pengembangan karir. Dalam kepemimpinan transformasional, penyamarataan perbedaan individu tidak mendapatkan tempatnya. Setiap pemimpin transformasional akan memperhatikan faktor-faktor individual sebagaimana tidak bisa disamaratakan karena adanya perbedaan, kepentingan, dan pengembangan diri yang berbeda.
Perilaku dari pertimbangan individu (individual consideration) adalah:
a. Toleransi
Toleransi adalah penyimpangan-penyimpangan yang diperbolehkan. Manusia tidak luput dari segala kekurangan, namun demikian, kekurangan tersebut ada norma yang membatasi sesuai dengan aturan dalam organisasi. Pemimpin adalah juga manusia biasa, sudah pasti dalam melaksanakan tugasnya dan berinteraksi dengan sesama staf dan pegawai pasti ada kekurangan. Pemimpin harus dapat memberikan tindakan yang pantas sesuai dengan batasan penyimpangan yang diperbolehkan.
b. Adil
Adil artinya tidak membeda-bedakan staf yang ada dalam organisasi. Hal ini akan menimbulkan persaingan sehat diantara staf dalam upaya meningkatkan kinerjanya. Bagi mereka yang melakukan kesuksesan dalam pekerjaan harus mendapatkan penghargaan yang setimpal, sebaliknya yang melakukan kesalahan mendapatkan sanksi setimpal yang sifatnya pembinaan.
c. Pemberdayaan
Dubrin (2005: 150), menyatakan bahwa pemimpin dapat membangun kepercayaan, keterlibatan dan kerjasama antar anggota tim. Pemimpin harus menaruh kepercayaan yang tinggi terhadap staf, artinya tanpa ragu-ragu kepada staf dengan satu keyakinan tugas tersebut akan dapat dilaksanakan dengan baik. Pemberian kepercayaan dengan sendirinya akan menanamkan dan meningkatkan rasa percaya diri staf.
d. Demokratis
Demokratis artinya keterbukaan dan keinginan memposisikan pekerjaan dari, oleh dan untuk bersama. Menurut Thoha (2010: 131), dalam kepemimpinan demokratis, ada atau tidak adanya pemimpin, organisasi tetap berjalan.
e. Partisipatif
Partisipatif artinya melibatkan bawahan dalam pengambilan keputusan. Pimpinan meminta pendapat, saran dari staf tentang apa yang akan dilaksanakan. Dengan demikian staf merasa ikut bertanggungjawab atas keputusan yang diambil pimpinan.
f. Penghargaan
Penghargaan merupakan sesuatu yang diharapkan untuk diperoleh. Penghargaan ada dua macam, yakni penghargaan instrinsik dan ekstrinsik. Saefullah (2005: 248) menyatakan bahwa penghargaan instrinsik adalah sesuatu yang dirasakan oleh dirinya ketika melakukan sesuatu. Sesuatu yang dirasakan ini dapat berupa kepuasan dalam melaksanakan tugas. Hal ini akan berdampak terhadap adanya kepercayaan diri. Sedangkan penghargaan ekstrinsik adalah sesuatu yang diterima seseorang dari lingkungan tempat kerja dimana sesuatu yang diperolehnya sesuai dengan harapannya. Penghargaan ini dapat berupa dari pimpinan yang bentuknya berupa promosi.
Leave a Reply