Lalu, bagaimanakah kita menyikapi silang pendapat tersebut? Apakah kita akan berterus terang kepada guru, bahwa kita penganut Flat Eart atau Bumi Datar? Ataukah hanya berdiam diri? Ataukah kita mengetawakan para simpatisan dan pengikut teori bumi datar? Menurut kami, langkah yang bijaksana menanggapi dua pendapat itu adalah dengan cara mencoba mengambil hikmah yang tersembunyi, seperti:
Jadilah pribadi yang bijak dengan belajar menghargai beda pendapat tersebut. Kita menyakini bahwa pendapat yang dikeluarkan manusia itu mempunyai batasan, sehingga akan membentur dengan pendapat lain yang berseberangan dengan yang sudah ada. Yakinlah bahwa tidak ada yang benar-benar “benar” menurut manusia selama dilandasi dengan sifat egois.
Ambil keuntungan dengan banyak-banyak belajar dari data dan informasi yang berseberangan masing-masing pihak. Ambil informasi dari kedua pihak yang menurut kita baik dan ada benarnya karena tidak semua yang berseberangan dengan diri kita itu tidak ada yang baik dan benarnya. Tidak menutup kemungkinan beda pendapat tersebut membawa kita mendapat penghasilan dari masalah tersebut. Secara tidak sadar diantara kita banyak yang belajar nencari informasi keberbagai sumber. Intinya mereka ingin menyakinkan diri bahwa mana yang benar atau mendekati kebenaran antara bentuk bumi tersebut. Kita semua terpancing rasa kuriositasnya untuk membuktikan bumi datar atau bumi bulat.
Ini adalah hikmah utama dari perbedaan pendapat tersebut, bahwa yang paling maha tahu adalah Tuhan Yanh Maha Esa. Jadikanlah diri kita meyakini bahwa kebenaran yang hakiki hanyalah milik Tuhan, sedang kebenaran milik manusia hanya bersifat nisbi atau relatif. Selain itu banyak diantara kita yang mencari pendekatan informasi melalui Al-Qur’an.
Leave a Reply