AsikBelajar.Com | Penanaman nilai disiplin kepada anak sejak dini akan menghasilkan tumbuhnya perilaku moral yang baik dan positif. Dengan demikian anak dapat berperilaku sesuai dengan nilai dan norma yang berlaku di lingkungannya. Pada masa kanak-kanak penanaman disiplin sangat diperlukan karena beberapa hal yang berkaitan dengan kebutuhan dalam kehidupannya yaitu:
1. Memberi Rasa Aman kepada Anak
Melalui penanaman disiplin berarti anak diberi tahu dan diajarkan mana yang baik dan mana yang tidak baik, mana yang boleh dan mana yang tidak boleh dilakukannya. Dengan begitu anak akan tahu batasan-batasan yang berlaku di lingkungan keluarga dan masyarakatnya.
Contoh: Ani yang baru berusia 3 tahun disuruh oleh ibunya menunggu adeknya dibuayan dan mengayun buayan itu pelan-pelan, karena ibunya sedang mencuci piring di dapur. Tidak lama kemudian adeknya menangis karena buayannya berhenti berayun sebab ditinggalkan oleh Ani karena ia bermain sendiri. Perilaku Ani ini mendapat teguran dari ibunya bahwa Ani tidak boleh meninggalkan adeknya sendirian. Setiap kali berbuat yang sama reaksi ibunyapun sama menegur Ani karena perbuatannya tidak baik. Karena proses ini berlanjut, maka lama-lama Ani tahu bahwa meninggalkan adiknya sendirian di buayan itu tidak boleh dilakukannya. Karena itu Ani akan menjaga adiknya dengan baik dan Ani tahu ibunya tidak akan marah lagi karena ia melakukan perbuatan yang beanr dan ia
merasa aman tidak dimarahi lagi oleh ibunya. #23
2. Membantu Anak Menghindari Perasaan Bersalah dan Rasa Malu dari Perilaku yang Tidak Baik
Karena ada norma-norma tertentu yang berlaku di lingkungan keluarga (masyarakat) yang harus ditaati oleh anggota keluarganya, maka anak akan berusaha menyesuaikan diri dengan nilai dan norma-norma tersebut. Sehingga ia tidak akan berbuat atau berperilaku yang bertentangan dengan norma-norma yang berlaku. Karena tahu bahwa apabila perilakunya tidak sesuai dengan norma- norma tersebut dapat menimbulkan rasa malu, bersalah dan tidak bahagia. Contoh: Pak Amat mempunyai tiga orang anak, masing-masing berusia 5 tahun, 4 tahun dan 2 tahun. Sejak kecil anak-anaknya sudah diajarkan bahwa sebelum tidur harus cuci kaki dahulu, dan sebelum makan harus cuci tangan dahulu. Peraturan ini berlaku di lingkungan keluarganya bila anak melanggar peraturan ini akan mendapat reaksi dari kakak atau adek bahkan dari orang tuanya berupa teguran atau cemoohan/ejekan bahkan kemarahan yang membuat anak tersebut merasa bersalah dan malu atas perilakunya. Sebaliknya bila ia melanggar norma-norma yang berlaku di keluarganya tersebut, ia akan terhindar dari rasa malu, bersalah, dan akan membuat ia berbahagia. Pada gilirannya perilaku menghindari rasa malu dan bersalah ini akan melekat pada diri anak, dalam pergaulannya sehari-hari di masyarakat dimana ia berada.
3. Membiasakan Anak untuk Berperilaku yang Mendatangkan Pujian
Pujian yang diperoleh anak akan membuatnya bangga, sebab pujian itu akan dihayatinya sebagai lambang kasih-sayang, penerimaan atas dirinya karena perilaku yang benar dan baik. Hal ini memberikan kesadaran pada anak akan keberhasilannya memenuhi harapan lingkungan keluarga dan masyarakatnya. Sebaiknya apabila ia tidak mampu berperilaku sesuai dengan norma-norma yang berlaku di lingkungannya, maka ia akan mendapat kritikan dan tidak diterima oleh lingkungannya.
Contoh: Pada saat ibu guru TK masuk kelas dia melihat kertas berserakan. Ibu guru menyuruh anak-anak memungut kertas itu untuk dibuang pada tempat #24
sampah yang telah disediakan. Setelah itu guru memberi pujian pada anak-anak bahwa mereka sudah membuat hal yang baik dan teruji. Selanljutnya ibu guru menjelaskan bahwa mencintai kebersihan itu harus dimiliki oleh semua anak, sebab kebersihan adalah pangkal kesehatan. Penjelasan d.ai gurunya itu akan melekat dalam diri anak dan mereka akan berusaha berbuat hal-ha1 yang mendatangkan pujian dari anggota lingkungannya.
Anak-anak sedang membuang sampah pada tempatnya. (Depdiknas 2000:74)
4. Menumbuhkan/Meningkatkan Motivasi Anak Sesuai dengan Harapan Lingkungannya
Hal ini terjadi apabila penanaman disiplin itu sesuai dengan perkembangan yang sedang dialami oleh anak.
Contoh: Ketika anak mulai dapat menyuapkan makanan ke dalam mulutnya dan mulai mengembangkan koordinasi motoriknya, orang tua secara bertahap menanamkan aturan dan disiplin dalam ha1 makan. Bila sedang makan anak
diarahkan untuk duduk dan makan sendiri sambil didampingi dan diawasi dan sekali-kali dibantu oleh ibunya. Dengan menciptakan suasana makan yang menyenangkan dan memuji keberhasilan anak menyuapkan makanan ke dalam mulutnya, maka anak termotivasi dan bangga karena ia dapat berbuat yang #25
menyebabkan ibunya senang akan kepandaiannya. Tetapi sebaliknya bila anak belum mampu melakukannya dan dipaksa melaksanakannya, maka hasil yang dicapai justru tidak sesuai dengan harapan ibunya. Anak tidak menyukai
kegiatan/suasana makan dan menjadi rewel bila makan, karena se benarnya belum saatnya ia disuruh untuk melakukan itu.
5. Memantau Anak Mengembangkan Hati Nurani
Sebenarnya dalam diri anak sudah tertanam nilai mana yang baik, mana yang jelek, mana yang boleh, mana yang tidak boleh, mana yang pantas, mana yang tidak pantas. Karena itu apabila ada tekanan dan dorongan dari lingkungannya yang mendorong perilaku yang salawtidak baiWtidak pantas, maka hati nuraninya akan mengingatkan dan mencegahnya untuk tidak melakukan.
Contoh: Pada suatu hari Budi anak PAUD menemukan kotak pensil berisi isinya di halaman sekolah. Pada saat itu Budi ingin sekali memilikinya karena ia belum punya. Tetapi hati nuraninya mengingatkan bahwa mengambil milik orang lain itu perbuatan tidak baik, perbuatan yang salah dan tidak pantas. Oleh sebab itu Budi tidak jadi mengambilnya dan menyerahkannya kepada ibu guru dan menceritakan bahwa ia menemukan kotak pensil itu di halaman sekolah. Perilaku Budi ini mendapat pujian dari gurunya dan Budi bangga menuruti kata hati nuraninya.
Dari beberapa contoh tersebut di atas dapat diketahui betapa pentingnya penanaman disiplin kepada anak sejak masa kanak-kanak dengan pola yang tepat dan konsisten dari orang tua, guru dan orang-orang dewasa di lingkungannya. #26
Sumber:
Rakimahwati, 2012. Metodologi Pengembangan Moral, Agama, Disiplin, dan Afektif (Bahan Ajar). Padang: Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Padang. Hal. 23 – 26.
Leave a Reply