Postingan ini ingin fokus mengulas aspek Afektif di dalam dunia pendidikan. Ranah afektif adalah ranah yang berkaitan dengan sikap dan nilai. Ranah afektif mencakup watak perilaku seperti perasaan, minat, sikap, emosi, dan nilai. Beberapa pakar mengatakan bahwa sikap seseorang dapat diramalkan perubahannya bila seseorang telah memiliki kekuasaan kognitif tingkat tinggi. Ciri-ciri hasil belajar afektif akan tampak pada peserta didik dalam berbagai tingkah laku.
Ranah afektif menjadi lebih rinci lagi ke dalam lima jenjang, yaitu:
1. Receiving atau attending ( menerima atua memperhatikan)
2. Responding (menanggapi) mengandung arti “adanya partisipasi aktif”
3. Valuing (menilai atau menghargai)
4. Organization (mengatur atau mengorganisasikan)
5. Characterization by evalue or calue complex (karakterisasi dengan suatu nilai atau komplek nilai)
Lalu, bagaimana pendapat umum tentang dunia pendidikan kita ? Inilah pendapat sahabat di FB yang kami resume sbb:
Assalamu’alaikum Bapak² dan Ibu² yg di rahmati Allah Ta’ala. Semoga kita semua selalu diberikan kesehatan dan kemudahan serta keberkahan didalam beraktifitas. Aamiin.
Masih suasana hari guru, ada materi sharing yg sangat bagus untuk kita dan anak cucu kita yaitu budaya mengantri. Semoga bermanfaat.
*MENGAPA GURU DI NEGARA MAJU LEBIH KHAWATIR JIKA MURIDNYA TIDAK BISA MENGANTRI KETIMBANG TIDAK BISA MATEMATIKA ?*
INILAH JAWABANNYA :
Seorang guru di Australia pernah berkata :
*“Kami tidak terlalu khawatir anak2 sekolah dasar kami tidak pandai Matematika”.*
Kami jauh lebih khawatir jika *mereka tidak pandai mengantri.*
Saya tanya “kenapa begitu?”
Jawabnya :
1. *Karena kita hanya perlu melatih anak 3 bulan saja secara intensif untuk bisa Matematika, sementara kita perlu melatih anak hingga 12 Tahun atau lebih untuk bisa mengantri dan selalu ingat pelajaran di balik proses mengantri.*
2. *Karena tidak semua anak kelak menggunakan ilmu matematika kecuali TAMBAH, KALI, KURANG DAN BAGI. Sebagian mereka anak jadi penari, atlet, musisi, pelukis, dsb.*
3. *Karena semua murid sekolah pasti lebih membutuhkan pelajaran Etika Moral dan ilmu berbagi dengan orang lain saat dewasa kelak.*
”Apakah pelajaran penting di balik budaya MENGANTRI?”
”Oh banyak sekali..”
1. *Anak belajar manajemen waktu jika ingin mengantri paling depan datang lebih awal dan persiapan lebih awal.*
2. *Anak belajar bersabar menunggu gilirannya jika ia mendapat antrian di tengah atau di belakang.*
3. *Anak belajar menghormati hak orang lain, yang datang lebih awal dapat giliran lebih awal.*
4. *Anak belajar disiplin, setara, tidak menyerobot hak orang lain.*
5. *Anak belajar kreatif untuk memikirkan kegiatan apa yang bisa dilakukan untuk mengatasi kebosanan saat mengantri.*
(di Jepang biasanya orang akan membaca buku saat mengantri)
6. *Anak bisa belajar bersosialisasi menyapa dan berkomunikasi dengan orang lain di antrian.*
7. *Anak belajar tabah dan sabar menjalani proses dalam mencapai tujuannya.*
8. *Anak belajar hukum sebab akibat, bahwa jika datang terlambat harus menerima konsekuensinya di antrian belakang.*
9. *Anak belajar disiplin, teratur, dan menghargai orang lain.*
10. *Anak belajar memiliki RASA MALU, jika ia menyerobot antrian dan hak orang lain.*
11. *Dan masih banyak pelajaran lainnya, silakan anda temukan sendiri.*
FAKTANYA di Indonesia..
Banyak orang tua justru mengajari anaknya dlm masalah mengantri dan menunggu giliran, Sebagai berikut :
1. *Ada orangtua yang memaksa anaknya untuk ”menyusup” ke antrian depan dan mengambil hak anak lain yang lebih dulu mengantri dengan rapi. Dan berkata ”Sudah cuek saja, pura-pura gak tau aja !!”*
2. *Ada orangtua yang memarahi anaknya dan berkata ”Dasar Penakut”, karena anaknya tidak mau dipaksa menyerobot antrian.*
3. *Ada orangtua yang memakai taktik atau alasan agar dia atau anaknya diberi jatah antrian terdepan, dengan alasan anaknya masih kecil, capek, rumahnya jauh, orang tak mampu, dsb.*
4. *Ada orang tua yang marah-marah karena dia atau anaknya ditegur gara-gara menyerobot antrian orang lain, lalu ngajak berkelahi si penegur.*
5. *Dan berbagai kasus lain yang mungkin pernah anda alami.*
Yuk kita ajari anak-anak kita, kerabat dan saudara untuk belajar etika sosial, khususnya ANTRI.
*Budaya SUAP dan KORUPSI juga dimulai dari tidak mau belajar mengantri…..*
Kesimpulan:
Masyarakat menghendaki pelaksanaan aspek kognitif, afektif dan psikomotorik hendaknya dilakukan dalam bentuk operasional yang sederhana namun benar-benar dapat dilaksanakan terutama dalam proses belajar mengajar (pbm) dan hal tsb dilakukan secara terus-menerus sehingga dapat membentuk watak pada anak didik.
Selamat hari Guru (Pahlawan Tanpa Tanda Jasa).
Leave a Reply