AsikBelajar.Com | Buku Mochtar Lubis sangat laris, dicetak sembilan kali. Cetakan pertama tahun 1977 dan kesembilan tahun 1990. Bukunya berjudul ”Manusia Indonesia (Sebuah Pertanggungjawaban)” adalah buku yang kontroversial karena terjadi pro dan kontra terhadap ciri manusia Indonesia.
Ciri-ciri manusia Indonesia adalah sebagai berikut:
1) Munafik. Contoh yang relevan ialah lain di hati lain pula di mulut. Tidak konsistennya antara perkataan dengan perbuatan. Apabila berkata bohong, apabila berjanji ingkar, dan apabila dipercaya khianat.
Perilaku manusia Indonesia sulit dipahami. Sering mempromosikan sebagai bangsa yang ramah, tetapi mudah marah; mengaku negara kaya raya, tetapi miskin; mengaku religius, tetapi sering tidak religius (KKN); mengaku negara hukum, tetapi suka melanggar hukum (berlalu lintas); janji datang, tetapi ingkar; mau modern, tetapi ke dukun. Tidak mengatakan tidak jika memang tidak. Juga tidak mengatakan ya jika memang ya. Kita sering berada antara ia dan tidak. Kita sering bersikap ganda (ambivalen). Banyak ungkapan paradoksal dalam budaya kita. Misalnya, pantun Sunda, ”teras kangkung galeuh bitung” (inti bambu adalah inti batang kangkung). Di Cirebon ada ungkapan, ”galih kangkung” (batang kangkung itu isinya kosong). Ungkapan lain, ”kakak adiknya si bungsu, si cebol meraih bulan, si buta menghitung bintang, ngono ya ngono tapi ojo ngono” (Begitu ya begitu tapi jangan begitu). Sikap ganda kita sudah tua dan berakar pada budaya. Seorang raja harus dapat mengharmonikan delapan kepemimpinan Hastabrata yang bertentangan satu dengan lainnya. Seorang raja harus berwatak air, tetapi juga api; berwatak bumi, tetapi juga matahari; berwatak bintang (memberi petunjuk), tetapi juga samudra (minta masukan). Pawang pun paradoks, bisa menyembuhkan si sakit dan bisa membunuh si sehat (santet). Kita juga diam, bahkan tidak berdaya membiarkan pengusaha membangun tempat maksiat seperti perjudian, pelacuran, dan sebagainya serta menarik pajaknya untuk pembangunan termasuk pembangunan tempat-tempat ibadah dan pendidikan. Hal yang lebih parah lagi adalah menggunakan uang hasil korupsi untuk menyekolahkan anak-anaknya dan membelajakannya untuk kepentingan agama misalnya naik haji, umroh, menyumbang sekolah, menyumbang masjid, membayar zakat, memberi sedekah kepada fakir dan miskin, memberi sedekah pada anak yatim piatu, dan sebagainya. Mungkin gejala paradoks ini yang menyebabkan bangsa kita tertinggal dengan sesama negara Asean.
2) Segan dan enggan bertanggung jawab. Contoh: jika terjadi kegagalan terhadap dirinya, manusia lndonesia cenderung melemparkan kegagalan itu sebagai akibat perbuatan orang lain. Di Jepang, menteri akan mundur jika ternyata gagal dalam menjalankan tugasnya. Pejabat di Indonesia justru menyalahkan rakyatnya. Sebagai contoh, jika tidak mampu beli Elpiji, jangan beli. Harga BBM dalam negeri terlalu murah dibandingkan dengan luar negeri, tetapi yang lupa dibandingkan adalah daya beli dan penghasilan orang luar negeri dengan dalam negeri.
3) Feodal. Contohnya, bangsa kita terutama pejabat minta dilayani daripada melayani. Mengangkat pembantu sebanyak-banyaknya agar semakin banyak yang menghormati.
4) Masih percaya pada tahyul. Contohnya, suka menonton penayangan film-film horor dan dunia lain. Mengaku modern, tetapi masih sering pergi ke dukun.
5) Artistik. Contohnya, bangsa Indonesia senang pada keindahan terutama penampilan luarnya. Banyak hasil daya cipta artistik Indonesia dibeli dan diboyong ke luar negeri. Di sisi lain, demi memiliki pakaian, rumah, dan mobil yang indah, bangsa kita berani berutang.
6) Punya watak lemah. Contohnya, mudah dipaksa berubah keyakinannya demi kelangsungan hidupnya, mudah berubah pikirannya. Watak lemah ini erat kaitannya dengan munafik di atas.
7) Senang nostalgia. Ternyata lebih enak hidup di zaman orde baru ketimbang di era reformasi.
8) Cepat marah. Dipanasi nasionalismenya dalam konflik Ambalat dengan Malaysia langsung naik darah. Nekad siap berangkat walaupun tidak memiliki kemampuan bertempur. Setiap kali bom meledak, pasti marah kepada negara yang itu-itu juga. Kita saksikan di tv bahwa hampir setiap hari terjadi kemarahan para demonstran.
9) Tukang lego. Contohnya, bangsa kita pandai menjual barang-baran g bekas. Biasanya untuk ganti model baru. Handphone selalu model baru, yang lama dilego. Sudah pandai mencari uang, harga diri dilego untuk mendapatkan kekuasaan. Sudah mendapatkan kekuasaan, harga diri dilego untuk mendapatkan kekayaan.
10) Suka merek luar negeri demi gengsi. Manusia Indonesia lebih suka membeli produk-produk yang mahal harganya asalkan dari luar negeri daripada membeli produk dalam negeri meskipun mutunya lebih tinggi.
11) Pemalas. Contohnya, bangsa kita adalah bangsa yang santai, kurang menghargai waktu. Waktu digunakan berjam-jam untuk mengobrol bukan untuk bekerja produktif. Hasil penelitian Made Pidarta menyimpulkan bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa termalas nomor 3 di dunia.
12) Konsumtif. Setiap ada produk baru dan obralan pasti diserbu. Bangsa Indonesia adalah bangsa yang paling banyak belanjanya di tanah suci dan Singapura.
Koentjaraningrat (2004) menambahkan ciri sifat mentalitas bangsa Indonesia adalah (1) suka meremehkan mutu, (2) suka menerabas, (3) tidak Percaya pada diri sendiri, (4) tidak berdisiplin murni, dan (5) suka mengabaikan tangungjawab.
Sumber:
Usman, Husaini. 2011. Manajemen: Teori, Praktek, dan Riset Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Hal.160-161.
Leave a Reply