AsikBelajar.Com | Pembelajaran anak usia dini menggunakan prinsip belaja melalui, bermain . Pembelajaran disusun sedemikian rupa sehingga menyenangkan, gembira, dan demokratis sehingga menarik anak untuk terlibat dalam setiap kegiatan pembelajaran. Anak tidak duduk tenang mendengarkan ceramah gurunya, tetapi mereka aktif berinteraksi dengan berbagai benda dan orang di lingkungannya, baik secara fisik #63
maupun mental. Bermain memerlukan orang lain untuk berinteraksi, bekerjasama, memberikan kontribusi, dukungan, memperhatikan nilai-nilai. Contohnya bermain dalam tim atau kelompok. Pembelajaran di TK harus menerapkan esensi bermain. Esensi bermain meliputi perasaan menyenangkan, merdeka, bebas memilih, dan merangsang anak terlibat aktif. Jadi prinsip bermain sambil belajar mengandung arti bahwa setiap kegiatan pembelajaran harus menyenangkan, gembira, aktif, dan demokratis. Sering prinsip ini disalah artikan dimana pembelajaran di TK isinya hanya bermain-main saja tanpa tujuan yang jelas, atau setelah belajar anak bebas bermain. Kegiatan pembelajaran di TK didisain untuk memungkinkan anak belajar. Setiap kegiatan harus mencerminkan jiwa bermain, yaitu senang, merdeka, dan demokratis. Permainan baik untuk membelajarkan anak, tetapi permainan tersebut harus diberi muatan edukati. Secara umum belajar melalui bermain menurut Suyadi bermain meliputi:
- Motivasi, yaitu anak ikut bermain berdasarkan keinginannya sendiri.
- Aktif, anak melakukan berbagai kegiatan, baik fisik maupun mental.
- Anak dapat melakukan apa saja yang diinginkan, terlepas dari realitas, seperti berpura-pura terbang, mengendarai mobil atau kapal terbang, serta jadi superman.
- Mengutamakan belajar walaupun tidak memiliki tujuan yang ditetapkan sebelumnya. Misalnya anak bermain dengan huruf pada papan magnetik. tidak #64
memiliki tujuan untuk belajar mengenal huruf. Jika kemudian setelah bermain, anak mampu mengembangkan kosa kata. Bermain dalam dunia anak, partisipasi lebih penting dari pada tujuan bermain. Bagi anak, benda apa saja dapat dijadikan permainan. Batu, kertas, kayu atau benda lain dapat dijadikan bahan mainan bagi anak. Pada saat bermain anak berinteraksi dengan suatu objek, secara sadar atau tidak sadar belajar sifat-sifat dari objek tersebut. Oleh karenanya itu pentingnya objek nyata untuk belajar pada anak usia dini. Anak memperoleh informasi demi informasi melalui interaksinya dengan objek dan kelak informasi tersebut disusunnya menjadi struktur pengetahuan. Struktur pengetahuan inilah yang kemudian menjadi dasar untuk berpikir.
Di samping bermain dengan objek, anak juga dapat bermain peran dengan teman. Pada saat bermain peran, anak dapat memodelkan berbagai karakter. Anak dapat berperan sebagai penjual dan pembeli, guru dan siswa, orangtua dan anak. Anak belajar berbagai karakter sosial. Oleh karena itu bermain potensial untuk mengembangkan aspek-aspek sosial.
Mengingat begitu pentingnya peranan bermain bagi anak usia dini, aktivitas bermain yang begitu dominan, banyak yang menganggap kegiatan bermain akan memberikan nilai positif dan perlu dilakukan oleh anak.
Permainan biasanya memiliki aturan. Bermain sepakbola ada aturannya, misalnya bola masuk gawang disebut gol. Anak belajar mengenal dan mematuhi aturan saat bermain. Mengenal dan mematuhi aturan adalah bagian dari pendidikan moral. Oleh karena itu bermain mengembangkan aspek moral anak #65
Pada saat bermain, anak juga bebas mengekspresikan perasaannya, seperti rasa gembira, marah, dan puas. Tidak jarang anak-anak berteriak-teriak dan tertawa keras saat bermain, ini dapat mengembangkan aspek emosional anak. Adakalanya pasangan bermainnya marah, tidak setuju, atau ngambek. Anak belajar memahami perasaan, emosi, dan pendapat orang lain, ini dapat mengembangkan sikap sosial pada anak. Jadi permainan dapat digunakan untuk mengembangkan berbagai aspek perkembangan anak.
Guru TK harus kreatif melihat potensi lingkungan dan mendisain kegiatan pembelajaran yang menyenangkan anak. Lingkungan sekitar menyediakan obyek belajar yang tak terhingga. Melalui obyek tersebut siswa dapat belajar berbagai hal. Siswa dapat mengumpulkan biji-bijian, mengelompokkannya, lalu membuat kalung dari biji-bijian. Tentu dalam pembuatan kalung anak dapat menggunakan suatu pola (pattern) dan menggunakan bilangan untuk menghitung biji-biji tersebut. Siswa dapat pula mengambil contoh daun-daun kering, lalu membuat tiruannya dengan cara mencontoh atau meniru, membuat stempel dari batang keladi atau memulas (memberi warna). Hasilnya dapat digunting dan dibuat pohon baru dalam buku dengan beragam bentuk daun yang diberi nama sesuai nama pohon aslinya.#66
Sumber:
Sofyan, H. 2018. Perkembangan Anak Usia Dini Dan Cara Praktis Peningkatannya. Jakarta: CV. INFOMEDIKA. 63-66.
Leave a Reply