AsikBelajar.Com | Sebagaimana kita ketahui, lingkungan pembelajaran konstruktivisme mengutamakan dan memfasiIitasi peran aktif siswa dalam belajar. Lingkungan pembelajaran konstruktivisme mengubah fokus dari penyebaran informasi oleh guru, yang mendorong peran pasif siswa, menuju otonomi dan refleksi siswa, untuk mendorong peran aktif siswa. Strategi-strategi pembelajaran aktif menganjurkan aktivitas-aktivitas pembelajaran yang di dalamnya siswa diberikan otonomi dan kontrol yang luas untuk mengarahkan aktivitas-aktivitas pembelajaran.
Aktivitas-aktivitas pembelajaran aktif meliputi pemecahan masalah, bekerja dalam bentuk kelompok kecil, pembelajaran kolaboratif, kerja investigatif, dan pembelajaran eksperiential. Sebaliknya, aktivitas-aktivitas pembelajaran pasif, yang di dalamnya siswa hanya menjadi penerima informasi, melibatkan peran siswa hanya dalam aktivitas mendengarkan (listening) apa yang dikatakan oleh guru dan tak jarang mereka diberi pertanyaan-pertanyaan yang sifatnya kurang berkualitas.
Pergeseran paradigma pembelajaran konstruktivisme ini didasarkan pada gagasan bahwa secara alamiah para pembelajar sebenarnya sudah memiliki sikap aktif dan rasa ingin tahu, yang kedua sifat ini kemudian menjadikan …175
metode ceramah (lecture) dan buku ajar (textbook) bukan sebagai penekanan utama dalam pembelajaran kelas. Pergeseran semacam ini bukan berarti bahwa guru tidak perlu menjelaskan materi pelajaran pada siswa. Namun sebaliknya, justru menyiratkan kepada kita bahwa seberapa banyak pemahaman yang telah dikembangkan oleh para pembelajar dari penjelasan-penjelasan yang telah kita berikan dan sejauh mana rekaman atau catatan mereka tentang pengetahuan tersebut.
lni menjadi hal yang sangat penting. Sebab, kalau seorang guru meyakini bahwa para pembelajar membangun materi daripada sekadar mencatat/merekam pemahaman, maka ia seharusnya bisa menentukan bagaimana cara-cara yang tepat untuk mengajar siswa tersebut. Di antara caracara mengajar yang harus dilakukan oleh seorang guru di dalam kelas adalah dengan menyediakan beragam contoh dan representasi materi pelajaran pada para pembelajar. Selain itu, guru juga harus mendorong tingkat interaksi yang tinggi dalam pembelajaran di kelas serta mampu menghubungkan materi pelajaran dengan dunia nyata.
Konstruktivisme memiliki pandangan bahwa pembelajaran harus berpusat pada siswa (student centered). Meski demikian, pembelajaran yang berpusat pada siswa juga memiliki fokus atau perhatian yang juga beragam. Pertama, saat siswa membangun pemahaman mereka mengenai suau materi pelajaran, mereka mengembangkan perasaan …176
personal bahwa pengetahuan adalah milik mereka. Kedua, pemusatan siswa menekankan adanya penelitian dan pembelajaran berbasis masalah dan kerja kelompok. Aktivitas-aktivitas pemecahan masalah dalam ruang kelas semacam ini, beserta dengan komponen-komponen teori konstruktivisme lain yang berpusat pada siswa, dibangun berdasarkan filsafat John Dewey (1906-1938), seorang filsuf dari Amerika yang paling berpengaruh.
Sebelum Dewey, pendidikan di Amerika Serikat masih bertujuan untuk memfasilitasi perolehan pengetahqan siswa. Namun, seiring dengan munculnya teori-teori Dewey dan metode reflektif, para pendidik kemudian sangat tertarik pada kemampuan siswa dalam berpikir mengenai informasi dan melibatkan diri mereka dalam pemecahan masalah yang nyata. Para guru yang menerapkan teori-teori Dewey Iebih menekankan kurikulum yang berpusat pada siswa dan berorientasi pada aktivitas.
Dewey percaya bahwa aktivitas-aktivitas seperti ini seharusnya berguna dan bernilai praktis, bahwa aktivitas-aktivitas pembelajaran yang efektif bagi siswa pada akhirnya dapat melibatkan mereka untuk belajar dengan tindakan (learning by doing), dan bahwa pembelajaran seharusnya menjadi pengalaman seumur hidup yang berkelanjutan di mana otak/pikiran yang aktif dapat berorientasi dengan dunia terbuka yang luas untuk memecahkan masalah-masalah …177
nyata yang terus menerus muncul bersama dengan pengalaman sebelumnya, meski dalam bentuk yang berbeda.
Sebagaimana telah kita ungkap pada bab sebelumnya, teori-teori konstruktivisme mengenai pembelajaran juga dipengaruhi oleh teori-teori pengembangannya Piaget (1952, 1959) dan teori-teori pembelajaran sosialnya Vygotsky. Kajian Piaget fokus pada pengalaman-pengalaman individu langsung yang menggerakkan pembelajaran secara berurutan pada periode waktu tertentu untuk membangun pengetahuan perseptual, konkret, dan pada akhirnya abstrak. Sedangkan kajian Vygotsky menekankan pentingnya interaksi sosial saat siswa berpartisipasi dalam tugas-tugas pembelajaran.
Di sini, para pembelajar meningkatkan pemikiran mereka sendiri dengan bersikap terbuka pada pandangan-pandangan dan wawasan-wawasan orang Iain. Salah satu strategi pembelajaran kerja kelompok yang paling umum diimplementasikan adalah pembelajaran kooperatif yang di dalamnya guru berperan mendorong pembelajar dengan menekankan pada kerja team/kelompok sebagai lawan dari pendekatan kompetitif dalam pembelajaran. Dengan peran ini, guru dapat memfasilitasi usaha siswa untuk mengonstruksi pengetahuan.
Namun, kata yang penting untuk diperhatikan pada kalimat sebelumnya adalah kata dapat. Secara khusus, pandangan bahwa interaksi sosial memfasilitasi konstruksi …178
pemahaman merupakan prinsip yang menggaris bawahi teori pembelajaran konstruktivisme. Hal ini terkadang dimaksudkan pada tujuan bahwa seorang guru yang menerapkan pembelajaran kooperatif adalah seorang konstruktivis. Padahal, seseorang yang mengandalkan aktivitas-aktivitas pembelajaran berkelompok besar bukanlah seorang kons uktivis. Sebenarnya, ada guru yang mungkin mendasarkan pembelajaran mereka pada pandanganpandangan konstruktivisme, namun ada pula yang tidak. Pembelajaran berkelompok besar, yang dilakukan secara efektif, dapat mendorong konstruksi pemahaman, sementara pembelajaran kooperatif, yang dijalankan dengan kurang maksimal, tidak dapat mendorong konstruksi pemahaman.
Oleh karena itu, yang perlu digaris bawahi bukanlah bagaimana para guru mengajar, tetapi Iebih pada apa dan bagaimana para siswa belajar. Efektivitas suatu strategi pembelajaran dapat kita capai tidak dalam hal bagaimana strategi tersebut diimplementasikan, tetapi dalam hal apakah strategi dapat mendorong perolehan dan pemahaman personal siswa akan pengetahuan.
Hal tersebut menyiratkan bahwa selama proses perencanaan, para guru seharusnya tidak hanya mempertimbangkan pertanyaan-pertanyaan tradisional mengenai pembelajaran bagaimana mengatur dan menerapkan aktivitas-aktivitas pembelajaran, bagaimana memotivasi siswa, dan bagaimana mengevaluasi pembelajaran, tetapi …179
juga menganalisis semua hal tersebut dalam bentuk-bentuk pembelajaran siswa.
Ada beberapa hal yang haru dilakukan untuk menerapkannya di dalam kelas, yaitu:
1. Penerapan Konsep Teori Konstruktivisme di Dalam Kelas Secara Umum [Klik Disini]
2. 4 Tahap Aplikasi Mengajar Guru di Kelas [Klik Disini]
Sumber:
Cahyo, Agus N. 2013. Panduan Aplikasi Teori-Teori Belajar Mengajar Teraktual dan Terpopuler. Diva Press: Yogyakarta. Hal. 175-185
Leave a Reply