AsikBelajar.Com | Sudah menjadi rahasia umum bahwa matematika memiliki citra negatif bagi kalangan siswa, yaitu momok menakutkan, sulit, membuat pusing dan sederet kesan negatif lainnya. Bahkan, dalam proses pembelajaran, matematika adalah mata pelajaran yang tidak disukai oleh siswa karena sulitnya. Hal ini dikarenakan dua faktor, yaitu faktor internal siswa dan faktor eksternal. Dari kedua faktor tersebut. faktor eksternal yang dianggap menjadi penyebab besar pelajaran matematika tidak disenangi siswa.
Dalam pembelajaran matematika, guru berperan sebagai pemimpin sekaligus fasilitator belajar, sedangkan siswa berperan sebagai individu yang belajar. Oleh karena itu, usaha-usaha yang dilakukan guru akan sangat mempengaruhi keberhasilan proses pembelajaran. Seiring dengan perubahan zaman, siswa juga mengalami perubahan. Sehingga proses pembelajaran juga harus disesuaikan dengan perkembangan siswa. Oleh karena itu, pembelajaran konvensional dengan cara lama yang sudah tidak sesuai Iagi dengan karakter siswa harus dimodifikasi.
Dalam pembelajaran matematika klasik, sebagian guru memulai proses pembelajaran pengurangan dengan membahas contoh-contoh soal, lalu meminta para siswanya untuk mengerjakan soaI-soal latihan yang mirip. Pada umumnya, …239
guru ketika mengajar matematika akan memulai proses pembelajaran suatu topik dengan membahas definisi, Ialu membuktikan atau hanya mengumumkan kepada para siswa rumus-rumus yang berkait dengan topik tersebut. Kemudian, diikuti dengan membahas contoh-contoh soal dan diakhiri dengan meminta para siswanya untuk mengerjakan soal-soal Iatihan.
Strategi pembelajaran seperti ini dapat dikatakan Iebih menekankan kepada para siswa untuk mengingat, menghafal, dan tidak menekankan pentingnya penalaran (reasoning), pemecahan masalah (problem-solving), komunikasi (communication), ataupun pemahaman (understanding). Di samping itu, dengan strategi pembelajaran seperti itu, kadar keaktifan siswa menjadi sangat rendah. Para siswa hanya menggunakan kemampuan berpikir tingkat rendah. Oleh karena itu, kita perlu mengubah strategi pembelajaran matematika. Sejalan dengan munculnya teori belajar terbaru (kontemporer) yang dikenal dengan konstruktivisme, maka menurut paham ini pengetahuan akan terbentuk atau terbangun di dalam pikiran siswa sendiri ketika ia berupaya untuk mengorganisasikan pengalaman barunya berdasar pada kerangka kognitif yang sudah ada di dalam pikirannya.
Pembelajaran yang mengacu kepada teori belajar konstruktivisme Iebih memfokuskan pada kesuksesan siswa dalam mengorganisasikan pengalaman mereka. Bukan kepatuhan siswa dalam refleksi atas apa yang telah …240
diperintahkan dan dilakukan oleh guru. Dengan kata Iain, siswa lebih diutamakan untuk mengkonstruksi sendiri pengetahuan mereka melalui asimilasi dan akomodasl.
Dengan strategi pembelajaran konstruktivisme, diharapkan adanya perubahan dari sikap guru dan siswa dalam belajar matematika berikut ini:
1. Dari semula berfokus mengingat (memorizing) atau menghafal (rote learning) ke arah berpikir (thinking) dan pemahaman (understanding).
2. Dari semula model ceramah ke pendekatan discovery, Ieaming, inductive Iearning, atau inquiry learning.
3. Dari semula belajar individual ke kooperatif (kelompok).
4. Dari semula positivis (behaviorist) ke konstruktivisme yang ditandai dengan perubahan paradigma pembelajaran, dari paradigma pengetahuan dipindahkan dari otak guru ke otak siswa (knowledge transmitted) ke bentuk interaktif, investigatif, eksploratif, open ended, keterampilan proses, modeling, ataupun pemecahan masalah.
5. Dari semula subject centered ke clearer centered (terkonstruksinya pengetahuan siswa).
Karena itulah, pendekatan dan strategi pembelajaran yang dapat disarankan adalah suatu pendekatan yang didasarkan pada suatu pendapat bahwa pemahaman suatu konsep atau pengetahuan haruslah dibangun sendiri (dikonstruksi) oleh siswa. …241
Untuk lebih praktisnya, berikut ini contoh praktik pembelajaran konstruktivisme pada pelajaran matematika.
1. Implikasi Konstruktivisme pada Pembelajaran [Penjelasan Klik Disini]
2. Belajar Arti Konstruktivisme dari Contoh Sebelumnya [Penjelasan Klik Disini]
3. Contoh Pembelajaran Berbasis Konstruktivisme [Penjelasan Klik Disini]
Sumber: Cahyo, Agus N. 2013. Panduan Aplikasi Teori-Teori Belajar Mengajar Teraktual dan Terpopuler. Diva Press: Yogyakarta.
Leave a Reply