Pertanyaan diatas meggelitik pikiran saya terkait aktivitas penyatuan tanah & air dari seluruh penjuru TANAH AIR Indonesia yang di wakili oleh para gubernur masing – masing provinsi pada tanggal 15 Maret 2022 di titik nol Ibukota Negara yang baru Kalimantan Timur.
Setelah prosesi acara penyatuan tanah & air selesai dilakukan kemudian banyak wartawan melakukan wawancara terhadap para Gubernur yang hadir pada acara tersebut, pada umumnya pertanyaan wartawan adalah terkait dengan asal atau sumber dari tanah & air yang di bawa ke acara tersebut oleh masing – masing Gubernur.
Umumnya Gubernur membawa tanah & air yang berasal dari tempat atau daerah yang memang memilki history dengan perkembangan kehidupan masyarakat di daerah tersebut, bahkan ada Gubernur yang melakukan kegiatan upacara tradisional dari daerah asal nya dengan melibatkan para Bupati dan tokoh adat yang ada agar seluruh daerah di propinsi tersebut dapat terwakili dalam acara penyatuan tanah & air di IKN.
Sebagai warga Kalimantan Selatan ada rasa bangga pada saat Gubernur Kalsel di wawancara oleh wartawan mengenai sumber tanah & air yang di bawa ke IKN , dalam hal ini Gubernur Kalsel mengatakan bahwa tanah yang di bawa berasal dari tempat kediaman Guru KH Arsyad Al Banjari di kampung dalam pagar Martapura karena beliau adalah Ulama Besar yang berasal dari Martapura serta memiliki pengaruh sangat besar di dalam kehidupan masyarakat di Kalimantan Selatan, kemudian air yang di bawa berasal dari mata air yang ada di dalam Mesjid Sekumpul Martapura yang merupakan salah satu sumber mata air sakral bagi masyarakat Kalimantan Selatan karena sumber mata air tersebut peninggalan dari Guru KH Muhammad Zaini (Guru Ijai), dengan demikian seluruh masyarakat Kalimantan Selatan merasa terwakili sekaligus bangga dan terharu akan hal itu.
Adapun Gubernur DKI Jakarta pada saat di wawancara oleh wartawan mengatakan bahwa tanah & air yang dibawa ke IKN bersumber dari tanah & air yang ada di kampung Aquarium Penjaringan Jakarta Utara, membuat saya bertanya tanya apakah DKI Jakarta sebesar itu cukup diwakili oleh tanah & air dari kampung aquarium penjaringan? Bukankah di Jakarta banyak sekali kampung bersejarah yang menjadi sentra peradaban masyarakat Betawi di Jakarta diantaranya Srengseng, Condet, Rawa Belong dan banyak lagi kampung Betawi lainnya, juga ada masjid yang bersejarah yaitu Masjid Fatahillah dan banyak lagi masjid bersejarah di Jakarta, kenapa tidak dilakukan pengambilan tanah dan air dari masing masing kotamadya di DKI Jakarta berdasarkan kearifan lokal di daerah tersebut? kenapa tidak dilakukan semacam pertemuan dengan para tokoh ulama betawi yang ada di Jakarta untuk memutuskan tanah & air yang akan dibawa ke IKN ? Dan banyak lagi pertanyaan tentang hal ini.
Kenapa saya merasa perlu menulis terkait dengan kegiatan penyatuan tanah & air pada titik nol IKN terhadap kedua Provinsi ini yaitu Kalimantan Selatan dan DKI Jakarta? Karena saya secara history memiliki keterkaitan dengan kedua Provinsi tersebut.
Sejak kecil hingga tamat SD, saya hidup di Jakarta bersama Orang Tua bahkan makam ibu kandung saya berada di kampung Klender Jakarta Timur, kemudian sejak SMP hingga kuliah saya tinggal di Banjarmasin Kalimantan Selatan, pasca kuliah saya Kembali ke Jakarta dan bekerja selama 10 tahun disana, kemudian saya Kembali lagi ke Banjarmasin dan menetap sampai sekarang di Banjarmasin, sehingga saya cukup mengenal baik kedua provinsi yang telah mewarnai perjalanan hidup saya selama ini, serta memiliki banyak sahabat baik di Jakarta maupun Banjarmasin. Hal itulah yang mendasari pemikiran saya terhadap Provinsi DKI Jakarta serta hubungannya dengan kegiatan di IKN Kalimantan Timur.
Seharusnya setiap Gubernur yang hadir pada acara penyerahan tanah & air di IKN melepaskan kepentingan pribadi dan mengutamakan kebanggaan masyarakat daerah masing masing yang diwakili nya, jangan sampai kepentingan tahun 2024 lebih diutamakan daripada kepentingan masyarakatnya.
Jika membaca berbagai media online & mainstream kebanyakan Gubernur membawa tanah & air mewakili seluruh wilayah kabupaten/kota dan wilayah adat pada masing masing provinsi , hanya DKI Jakarta yang membawa tanah & air dari kampung Aquarium seperti nya Gubernur DKI Anis Baswedan menganggap kampung Aquarium mewakili seluruh tanah & air di DKI Jakarta yang luas nya mencapai 661 Km persegi daratan dan 6,977 Km lautan.
Ataukah kampung Aquarium mewakili kepentingan Anis Baswedan untuk menuju tahun 2024 karena kampung Aquarium telah dibangun rumah susun oleh Anis Baswedan?
“ Hanya Tuhan Yang Mengetahui Isi Hati Manusia “
Banjarmasin , 19/03/22
Penulis : Nifli Fajran
Leave a Reply