
Alasan Pendukung Jokowi Mulai Meninggalkannya – AsikBelajar.Com. Ada yang menjadi perhatian kita bersama pasca Pilpres 2014. Bagaimanapun, setelah presiden terpilih dilantik secara resmi oleh Dewan yang terhormat, ternyata masih banyak pemberitaan “miring” tentang Jokowi, termasuk partai pendukungnya PDIP. Kenapa hal tersebut bisa terjadi? Inilah opini yang bisa dijadikan pertimbangan oleh tim sukses Jokowi untuk memperbaiki keadaan menjadi lebih baik…
- Dosa Jokowi meninggalkan Solo: Kita tahu bahwa sebelum Jokowi mencalonkan diri menjadi Gubernur Jakarta adalah bahwa Jokowi masih berstatus walikota Solo. Dalam perjalanannya dalam jabatan ke-2, ia dan timnya merasa mantap untuk ikut dalam pemilihan Gubernur di Jakarta. Banyak yang menentangnya, terutama karena di Solo wakilnya adalah orang yang beragama non muslim. Alasan tersebut mencuat karena ada kalangan yang berprinsip tidak mau dipimpin oleh orang Non Muslim.
- Dusta Jokowi dengan rakyat Jakarta: Ternyata hal tersebut terulang lagi setelah Jokowi terpilih menjadi Gubernur Jakarta. Orang semua tahu Jokowi bersumpah, namun akhirnya dia dianggap TIDAK AMANAH.
- Janji tentang Departemen Ekonomi Kreatif: Banyak kalangan yang menyayangkan atas janji Jokowi tentang adanya sebuah departemen yang membidani ekonomi kreatif yang ternyata “hanya” isapan jempol semata alias janji tinggal janji.
- Omongan-omongan yang memancing: Jokowi pada saat pilpres terlanjur berucap bahwa penurunan elektabilitas tidak masalah, namun ia dan timnya akan menyelip di tingkungan terakhir. Nah, omongan ini yang memancing interprestasi banyak analisis. Ada yang berpendapat bahwa, Jokowi menggunakan kecurangan dengan bantuan negara-negara “donor”. Kadang omongannya tidak mencerminkan seorang pemimpin negarawan, tetapi cenderung memprovokasi.
- Dianggap Suka Bohong: Masalah kesalahan di Sinabung menjadi rame dibicarakan orang. Banyak pengguna fesbuk yang membuat status bahwa Jokowi “tega” bohongi penduduk Sinabung dengan memberi nomor HP palsu.
- Perilaku PDIP: Partai pendukung Jokowi juga menjadi sorotan publik. Publik selalu mengaitkan bahwa PDIP adalah partai yang banyak kadernya tersangkut korupsi. Hal ini dengan terlihat dalam index korupsi tertinggi nomor satu sebesar 7,8. Belum lagi tidak konsistennya PDIP dengan “politik” BBM-nya. Dulu sewaktu pemerintahan SBY, PDIP mati-matian tidak mau ikut menaikkan BBM dengan alasan menyesarakan rakyat, namun setelah menjadi partai pemerintah PDIP sangat lantang untuk menaikan harga BBM. Maka PDIP dianggap partai pendusta.
- Perilaku Megawati: Perilaku Megawati identikf dengan kesombongan dan keangkuhan pasca hubungannya dengan pemerintahan SBY.
- Tidak Berwibawa: Jokowi terkesan tidak mempunyai wibawa. Dia diidentikkan dengan terlalu santun dengan negara lain.
- Perilaku Kapolri: Institusi Polri kembali menjadi sorotan publik. Setelah Kapolri mengatakan bahwa mau pasang badan untuk pemerintahan Jokowi, hal tersebut memancing banyak tanggapan beragam.
Namanya juga politik…tidak ada yang abadi…yang abadi adalah kepentingan….Namun yang perlu kita renungkan adalah bila pemimpinnya kurang kuat, maka yang enak adalah para sponsor dalam mengambil keuntungan…rakyatlah yang akan dirugikan. Semoga hal tersebut tidak terjadi pada Jokowi. (IMHO).
Leave a Reply