AsikBelajar.Com | Perilaku adalah tindakan atau aktifitas dari manusia itu sendiri yang mempunyai bentangan yang sangat luas meliputi semua kegiatan atau aktifitas manusia baik yang diamati langsung maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar. Sedangkan pengusaha yang biasa disebut wirausaha adalah berasal dari dua kata yaitu wira yang artinya pahlawan, dan usaha yang artinya melakukan kegiatan ekonomi, sehingga wirausaha dapat di definisikan sebagai seorang yang dengan gigih berusaha untuk menjalankan sesuatu kegiatan bisnis dengan tujuan mencapai hasil yang dapat dibanggakan dan bermanfaat untuk dirinya sendiri maupun orang lain.

Sedangkan menurut Murdeni Muis, perilaku wirausaha muslim itu harus sesuai dengan ajaran agama Islam, dan harus memiliki konsep yang berbeda yakni menggunakan konsep keadilan, sehingga konsep syariah akan dapat mencapai masyarakat yang adil dan makmur. #115
Berikut ini beberapa perilaku Rasulullah saw. yang harus ditiru oleh ummatnya dalam berbisnis adalah:
- Meyakini kerja sebagai ibadah, dengan keyakinan bahwa apapun yang dikerjakannya ibadah, maka semangat akan timbul dari dalam diri dalam menjalankannya. Allah menyerukan manusia untuk bekerja dengan sungguh-sungguh agar lebih memahami dan menghargai waktu dengan aktifitas yang bernilai ibadah. Diantara ayat Al-Ouran yang menyerukan manusia untuk bekerja sebagai berikut: Dialah yang menjadikan untukmu malam (sebagai) pakaian, dan tidur untuk istirahat, dan Dia menjadikan siang untuk bangun berusaha. (OS.Furgan: 47) dan Katakanlah: “Bekerjalah kamu, Maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) yang mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan (OS-Taubah: 105)
- Kreatif, perilaku pengusaha kreatif akan menciptakan suatu barang yang baru atau metode baru sehingga menarik untuk dipasarkan. Kreatif diartikan dengan melakukan atau menciptakan hal-hal yang baru dari sebelumnya. Islam memberikan perhatian besar bagi pentingnya penguasaan keahlian seperti kekreatifan. Salah satunya dengan memanfaatkan apa yang ada di bumi dan tidak merusaknya, sebagaimana firman Allah sebagai berikut: “dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) #116 bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan. (OS.Al-Oassash:77)
- Memiliki pengetahuan, tentu semua pebisnis memiliki pengetahuan yang berbeda. Namun, bagi perilaku muslim mengetahui dan mempraktikkan bisnis ala Rasulillah merupakan satu hal yang wajib. Pengetahuan itu diantaranya mengetahui peluang usaha, mengetahui bagaimana menghadapinya.
- Visioner, ada empat paradigma yang menjadi landasan pengusaha yang visioner, yaitu: mampu memprediksi kemungkinan di masa yang akan datang, penyesuaian terhadap lingkungan kerja, harus dinamis dalam mengantisipasi berbagai macam kemungkinan, kemampuan melanjutkan perubahan dari aturan atau bentuk yang telah ada sebelumnya?
- Selalu berhitung Waktu. Sebagimana Rasulullah bersabdah dengan ungkapannya yang paling indah:” Bekerjalah untuk duniamu, seakan-akan engkau akan hidup selama-lamanya dan beribadahlah untuk akhirat seakan-akan engkau akan mati besok”. Umar bin Khottob pernah berkata: “Maka hendaklah kamu menghitung dirimu sendiri, sebelum datang hari dimana engkau akan menghitungkan dan hal ini sejalan dan senapas dengan firman Allah yang bersabda:” Hendaklah kamu menghitung diri hari ini untuk mempersiapkan hari esok” (O.5. 59:18). Segala langkah dalam kehidupannya selalu memperhitungkan segala aspek dan resikonya dan tentu saja sebuah perhitungan yang rasional, tidak percaya dengan tahayul apalagi segala macam mistik atribut kemusyrikan. komitmen pada janji dan disiplin pada waktu merupakan citra seorang muslim sejati.
- Menghargai Waktu. Dia sadar waktu adalah netral dan terus merayap dari detik ke detik, dan dia pun sadar bahwa sedetik #117 yang lalau tak pernah akan kembali padanya. Waktu baginya adalah aset Ilahiyah yang sangat berharga, adalah ladang subur yang membutuhkan ilmu dan amal untuk diolah dan dipetik hasilnya pada waktu yang lainnya. Pokoknya, tidak seperseribu detik pun dia lewatkan waktu tanpa makna karena dia sadar betul bahwa waktu adalah aset yang paling berharga, bahkan dia hayati makna dari sebuah ucapan “Al Waktu kas saif in lam tagtho’ hu gotho’a” waktu itu bagaikan pedang apabila tidak waspada, maka pedang itu akan memotong leher kita sendiri. Sebab itulah disadari oleh setiap muslim bahwa memang apa yang akan diraih pada waktu yang akan datang ditentukan oleh caranya mengada pada hari ini.
- Dia tidak pernah merasa puas berbuat kebaikan (positive improvements), karena merasa puas di dalam berbuat kebaikan, adalah tanda-tanda kematian kreatifitas. Sebab itu sebagai konsekuensi logisnya, tipe seorang mujahid itu akan tampak dari semangat juangnya, yang tak mengenal lelah, tidak ada kamus menyerah, pantang surut apalagi terbelenggu dalam kemalasan yang nista.
- Hidup berhemat dan efisien. Orang yang berhemat adalah orang yang mempunyai pandangan jauh ke depan. Dengan berhemat bukanjah dikarenakan ingin mempunyai kekayaan, sehingga melahirkan sifat kikir individualistis. tetapi berhemat dikarenakan ada suatu reserve, bahwa tidak selamanya waktu itu berjalan secara lurus, ada up and down, sehingga berhemat berarti mengestimasikan apa yang akan terjadi dimana yang akan datang. #118
Sumber:
Ngalimun, et.al. (2019). Komunikasi Bisnis (Kewirausahaan Dalam Islam). Yogyakarta: Dua Satria Offset. Hal.115-118.
Leave a Reply