AsikBelajar.Com | Dikutip oleh Gage dan Berliner (1979), French dan Raven (1959) menyarankan sejumlah cara meningkatkan motivasi anak didik tanpa harus melakukan reorganisasi kelas secara besar-besaran:
1. Pergunakan Pujian Verbal
Penerimaan sosial yang mengikuti suatu tingkah laku yang diinginkan dapat menjadi alat yang cukup dapat dipercaya untuk mengubah prestasi dan tingkah laku akademis ke arah yang diinginkan. Kata-kata seperti ”bagus”, ”baik”, ”pekerjaanmu baik”, yang diucapkan segera setelah anak didik selesai mengerjakan pekerjaan yang diperintahkan atau mendekati tingkah laku yang diinginkan, merupakan pembangkit motivasi yang besar. Penerimaan sosial merupakan suatu penguat atau insentif yang relatif konsisten.
2. Pergunakan Tes dan Nilai Secara Bijaksana
Kenyataan bahwa tes dan nilai dipakai sebagai dasar berbagai hadiah sosial (penerimaan lingkungan, promosi, pekerjaan yang baik, uang yang lebih banyak, dan sebagainya) menyebabkan tes dan nilai dapat menjadi suatu kekuatan untuk memotivasi anak didik. Anak didik belajar bahwa ada keuntunggan yang diasosiasikan dengan nilai yang tinggi. Dengan demikian memberikan tes dan nilai mcmpunyai efek dalam memotivasi anak didik untuk belajar. Tapi tes dan nilai harus dipakai secara bijaksana, yaitu untuk memberikan informasi kepada anak didik dan untuk menilai penguasaan dan kemajuan anak didik, bukan untuk menghukum atau membanding-bandingkannya dengan anak didik lainnya. Penilaian diberikan sesuai dengan prestasi kerja dan perilaku yang ditunjukkan oleh anak didik dan bukan atas kemauan guru yang semena-mena. Penyalahgunaan tes dan nilai akan mengakibatkan menurunnya keinginan anak didik untuk berusaha belajar dengan baik.
3. Membangkitkan Rasa Ingin Tahu dan Hasrat Eksplorasi
Di dalam diri anak didik ada potensi yang besar yaitu rasa ingin tahu terhadap sesuatu. Potensi ini dapat ditumbuhkan dengan menyediakan lingkungan belajar yang kreatif. Rasa ingin tahu pada anak didik melahirkan kegiatan yang positif, yaitu ”eksplorasi”. Keinginan anak untuk memperoleh pengalaman-pengalaman …137
baru dalam situasi yang baru merupakan desakan eksploratif dan dalam diri anak didik. Kebangkitan motivasi tak dapat dibendung bila di dalam diri anak sudah membara rasa ingin tahu dan hasrat eksplorasi.
Dengan melontarkan pertanyaan atau masalah-masalah, guru dapat menimbulkan suatu konflik konseptual yang merangsang anak didik untuk bekerja. Di sini anak didik berusaha keras mencari jawaban atas pertanyaan yang dilontarkan itu dan berusaha memecahkan berbagai masalah dengan berbagai sudut pandang atau pendekatan. Motivasi akan berakhir bila konflik itu terpecahkan atau bila timbul rasa bosan untuk memecahkannya.
4. Melakukan Hal yang Luar Biasa
Untuk tetap mendapatkan perhatian, sekali-kali guru dapat melakukan hal-hal yang luar biasa, misalnya meminta anak didik melakukan penyusunan soal-soal tes, menceritakan problem guru dalam belajar di masa lalu ketika sedang sekolah seperti mereka, dan sebagainya.
5. Merangsang Hasrat Anak Didik
Hasrat anak didik perlu dirangsang dengan memberikan kepada anak didik sedikit contoh hadiah yang akan diterimanya bila ia berusaha dan berprestasi dalam belajar. Berikan kepada anak didik penerimaan sosial, sehingga ia tahu apa yang dapat diperolehnya bila ia berusaha lebih lanjut. Dalam menerapkali hai ini guru perlu membuat urutan pengajaran, sehingga anak didik dapat memperoleh sukses dalam tugas-tugas permulaan.
6. Memanfaatkan Apersepsi Anak Didik
Pengalaman anak didik baik yang didapat di lingkungan sekolah maupun di luar sekolah dapat dimanfaatkan ketika guru sedang menjelaskan materi pengajaran. Anak didik mudah menerima atau menyerap materi pelajaran dengan mengasosiasikannya dengan bahan pelajaran yang telah dikuasainya. Dengan cara asosiasi, anak didik berusaha mrnghubungkan materi pelajaran …138
yang akan diserap dengan pengalaman yang telah dikuasai. Bahan apersepsi merupakan seperangkat materi yang dikuasai yang melicinkan jalan menuju penguasaan materi pelajaran yang baru.
7. Terapkan konsep-konsep atau prinsip-prinsip dalam konteks yang unik dan luar biasa agar anak didik lebih terlibat dalam belajar.
8. Minta kepada anak didik untuk mempergunakan hal-hal yang sudah dipelajari sebelumnya. Hal ini menguatkan belajar yang lain dan sekaligus menanamkan suatu penghargaan pada diri anak didik, bahwa apa yang sedang dipelajarinya sekarang, juga berhubungan dengan pengajaran yang akan datang.
9. Pergunakan Simulasi dan Permainan
Kedua hal ini akan memotivasi anak didik, meningkatkan interaksi, menyajikan gambaran yang jelas mengenai situasi kehidupan sebenamya, dan melibatkan anak didik secara langsung dalam proses belajar.
10. Perkecil daya tarik sistem motivasi yang bertentangan
Kadang-kadang agar diterima oleh teman-temannya, anak didik melakukan hal-hal yang tidak diinginkan oleh guru. Dalam hal ini guru sebaiknya melibatkan pimpinan (ketua kelas) anak didik dalam aktivitas yang berguna (menyusun tes, mewakili sekolah dalam pameran ilmiah dan sebagainya), sehingga teman-temannya akan meniru melakukan hal-hal yang positif.
11. Perkecil konsekuensi-konsekuensi yang tidak menyenangkan terhadap anak didik dari keterlibatannya dalam belajar, yaitu:
a. Anak didik kehilangan harga diri karena gagal memahami suatu gagasan atau memecahkan suatu permasalahan dengan tepat.
b. Dari aspek fisik anak merasa ketidaknyamanan, seperti duduk terlalu lama, mendengarkan penjelasan guru dalam …139
ruangan yang akustiknya buruk, melihat ke papan tulis yang terlalu jauh.
c. Anak didik frustasi karena tidak mungkin mendapatkan penguatan (reinforcement).
d. Teguran guru bahwa anak didik tidak mungkin mengerti sesuatu dari bahan pelajaran yang disampaikan.
e. Anak didik harus berhenti di tengah-tengah aktivitas yang menarik.
f. Anak didik harus melakukan ujian yang materi dan gagasan-gagasannya belum pernah diajarkan.
g. Anak didik harus mempelajari materi yang terlalu sulit bagi tingkat kemampuannya.
h. Guru tidak melayani permintaan anak didik akan pertolongan.
i. Anak didik harus melakukan tes yang pertanyaan-pertanyaannya tidak dapat dimengerti atau soal-soalnya terlalu remeh.
j. Anak didik tidak mendapatkan umpan balik dari guru.
k. Anak didik harus belajar dengan kecepatan yang sama dengan anak didik lainnya yang lebih pandai.
l. Anak didik harus bersaing dalam situasi di mana hanya beberapa orang anak didik saja yang dapat sukses menyelesaikan suatu tugas.
m. Anak didik dikelompokkan bersama anak didik yang kurang pandai dibandingkan dirinya.
n. Anak didik hams duduk mendengarkan presentasi (penjelasan/ keterangan) guru yang membosankan.
o. Anak didik harus menghadapi guru yang tidak menaruh perhatian (minat) pada mata pelajaran yang diajarkannya.
p. Anak didik dipaksa menyelesaikan tugas yang banyak dengan sedikit waktu yang disediakan. …140
Sumber:
Djamarah, Syaiful Bahri, 2000. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.Hal.137-140.
Leave a Reply